Katakomba adalah ruangan atau jalan di bawah tanah yang biasanya digunakan untuk keperluan religius. Biasanya merupakan kuburan bawah tanah yang terletak di berbagai kota Kekaisaran Roma, khususnya di Kota Roma sendiri.[1]

Sebuah prosesi penguburan San Callistus di Roma.

Asal Mula

sunting

Dari pekuburan yang semula digunakan seperti biasa, digalilah lorong-lorong panjang di bawah tanah sampai beberapa tingkat.[1] Penguburan orang meninggal adalah warisan tradisi dari nenek moyang mereka yang dulunya kafir.[2] Tapi hal ini kemudian diadopsi oleh orang-orang Kristen.[2]

Penggunaan

sunting

Dinding-dinding lorong itu dipergunakan untuk makam orang beriman dan ruang-ruang besar untuk pertemuan ibadat rahasia waktu penganiayaan yang dilakukan oleh pemerintah Romawi pada abad permulaan orang Kristen (abad 1 hingga permulaan abad 4) dari zaman Kaisar Valeranius.[1][2] Orang-orang Kristen diam-diam berkumpul di katakomba-katakomba San Sebastiano di luar tembok Kota Roma untuk mohon perlindungan Rasul Petrus dan Paulus yang jenazahnya dikuburkan di katakomba ini.[1]

Pemilihan tempat pada batu yang disebut tanah tuffa, yaitu tanah yang kurang keras, tetapi setelah terkena udara kering menjadi keras. katakomba dibangun sejak abad 2.[1] Pada abad 4, katakomba digunakan untuk upacara peringatan para saksi iman atau martir Kristen yang mati dalam penganiayaan.[1][2] Setelah abad 7 peratalat ibadat dalam katakomba dijarah oleh suku Langobard dan berbagai penyerbu dan banyak para martir dipindahkan ke tempat-tempat yang lebih aman pada abad ke 9.[1] Setelah itu katakomba telantar hingga abad 16.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h (Indonesia) Adolf Heuken., Ensiklopedia Gereja jilid IV K-KI,Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. 2005
  2. ^ a b c d (Indonesia)Michael Collins & Matthew A.Price.,THE STORY OF CHRISTIANITY, Menelusuri Jejak Kristianitas, Yogyakarta: Kanisius, 2006

Pranala luar

sunting