Preposisi

Kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat
(Dialihkan dari Kata depan)

Preposisi (Bahasa Latin: prae, "sebelum" dan ponere, "menempatkan, tempat") atau kata depan adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat dan biasanya diikuti oleh nomina atau pronomina. Preposisi bisa berbentuk kata, misalnya di dan untuk, atau gabungan kata, misalnya bersama atau sampai dengan.

Penggolongan

sunting

Cara penggolongan preposisi bervariasi tergantung dari rujukan yang digunakan. Berikut salah satu cara penggolongan yang dapat digunakan:

  1. Preposisi yang menandai tempat, misalnya: di, ke, dari.
  2. Preposisi yang menandai waktu, misalnya: hingga, hampir.
  3. Preposisi yang menandai sebab, misalnya: demi, atas.
  4. Preposisi yang menandai arah asal, misalnya: dari.
  5. Preposisi yang menandai arah tujuan, misalnya: ke, kepada, akan, terhadap.
  6. Preposisi yang menandai pelaku, misalnya: oleh.
  7. Preposisi yang menandai alat, misalnya: dengan, berkat.
  8. Preposisi yang menandai perbandingan, misalnya: daripada.
  9. Preposisi yang menandai hal atau masalah, misalnya: tentang.
  10. Preposisi yang menandai akibat, misalnya: hingga, sampai.
  11. Preposisi yang menandai maksud dan tujuan, misalnya: untuk, agar, buat, guna, bagi.

Di, ke, dari

sunting

Penulisan preposisi ini ditulis terpisah, contoh: di rumah, ke kantor, dan dari Surabaya. Kesalahan yang paling umum adalah penulisan kata seperti "dimana", "disana", "disini", "ditempat", dibawah", "diatas", "ditengah", "kemana", "kesana", "kesini", "keatas", "kebawah" yang seharusnya ditulis "di sana", "di sini", "di tempat", di bawah", "di atas", "di tengah", "ke sana", "ke sini", "ke atas", "ke bawah".

Perkecualian untuk hal ini adalah:

  • kepada
  • keluar (sebagai lawan kata "masuk", untuk lawan kata "ke dalam", penulisan harus dipisah, "ke luar")
  • kemari
  • daripada

Di mana, yang mana

sunting

Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk "di mana" (padanan dalam bahasa Inggris adalah who, whom, which, atau where) atau variasinya ("dalam mana", "dengan mana", "yang mana", dan sebagainya).[1]

Penggunaan "di mana", "yang mana", dll. sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata "yang" sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu, dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, penggunaan bentuk "di mana" maupun "yang mana" harus dihindari,[1] termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Kaidah tata bahasa Indonesia memiliki kosakata yang cukup untuk menerjemahkan who, where, which, atau whom tanpa menggunakan kata "di mana". Contohnya seperti::[2]

  • di mana → tempat
    1. Kami ke restoran di mana teman merayakan pesta ulang tahunnya. (seharusnya) Kami ke restoran tempat teman merayakan pesta ulang tahunnya.
  • di mana → dengan
    1. Acara berikutnya adalah “Kuis Remaja” di mana Kris Aria sebagai presenternya. (seharusnya) Acara berikutnya adalah “Kuis Remaja” dengan Kris Aria sebagai presenternya.
  • di mana → yang
    1. Pemerintah memberi bantuan kepada korban di mana mereka tertimpa bencana alam. (seharusnya) Pemerintah memberi bantuan kepada korban yang tertimpa bencana alam.
  • di mana → (subklausa)
    1. Perusahaan itu mengadakan pelatihan di mana karyawan dibina untuk menjadi tenaga terampil. (seharusnya) Perusahaan itu mengadakan pelatihan; dalam pelatihan itu karyawan dibina untuk menjadi tenaga terampil.
  • yang mana → yang
    1. Penanggung jawab surat kabar itu akan dituntut untuk berita yang mana dianggap melecehkan artis itu. (seharusnya) Penanggung jawab surat kabar itu akan dituntut untuk berita yang dianggap melecehkan artis itu.
  • yang mana → sehingga/dan
    1. Koperasi itu harus berjalan dengan baik yang mana kebutuhan setiap anggota dapat dipenuhi dari sini. (seharusnya) Koperasi itu harus berjalan dengan baik sehingga kebutuhan setiap anggota dapat dipenuhi dari sini.
    2. Wisatawan mancanegara meningkat terus yang mana negara tujuan wisata pun bertambah. (seharusnya) Wisatawan mancanegara meningkat terus dan negara tujuan wisata pun makin bertambah.

Kekisruhan ini mungkin disebabkan pengaruh oleh Ejaan Soewandi (1947) yang mengharuskan penulisan diserangkai dengan kata yang mengikutinya, baik sebagai kata depan maupun sebagai awalan.

Penggunaan "di mana" (selalu ditulis terpisah) yang tepat hanyalah dalam sebagai kata tanya dalam kalimat tanya, sebagai kata penghubung yang menyatakan tempat, dan dalam bentuk "di mana-mana". Contoh

  • Di mana ia menginap?
  • Kami akan berunding tentang di mana ia akan menginap.
  • Di mana ia menginap, di situ keluarganya menginap.
  • Ia dapat menginap di mana-mana.

Referensi

sunting
  1. H. Alwi; Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moeliono (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 

Catatan kaki

sunting