Jowo Sanyoto atau Jawa Sanyata adalah salah satu aliran Agama Kejawen yang berkembang di Pulau Jawa. Titik persebaran Jowo Sanyoto meliputi Kabupaten Klaten, Kabupaten Malang (Desa Ngadas), dan Kabupaten Lumajang (Desa Senduro). Jowo Sanyoto diajar dan disebarkan oleh seorang tokoh yang dikenal sebagai Ki Kere Sabda Gedibal atau masyarakat lebih mengenal sebagai Ki Kere. Ki Kere berasal dari Titang, Jogonalan, Klaten. Ajaran Jowo Sanyoto bersumber dari ajaran Jawa Kuno masa Majapahit. Sesuai dengan konsep ajaran  Jowo Sanyoto yang meyakini adaya reinkarnasi, Ki Kere Sabda Gedibal dipercaya sebagai penerima wahyu yang diturunkan dari Sang Hyang Ismaya atau Ki Semar Badranaya. Jowo Sanyoto meyakini eksistensi Tuhan yang tunggal (monoteistik) yang dipercaya sebagai pencipta dan pemilik seluruh alam semesta yang disebut sebagai Sang Hyang Wenanging Jagad. Selain itu Jowo Sanyoto juga mempercayai sebuah kekuatan yang memberi kemakmuran dan anugerah melalui bumi yang dikenal sebagai Hyang Ibu Bumi atau Eyang Sri Widayaningrat. Para umat Jowo Sanyoto biasa berkumpul di Sanggar pada hari Rebo Legi untuk berdoa dan memberikan sesaji Sego Liwet sak pirantine untuk menghormati Hyang Ibu Bumi atau Eyang Sri Widayaningrat.

Sejarah sunting

Jowo Sanyoto merupakan sebuah gerakan untuk kembali kepada agama leluhur orang Jawa pada masa Majapahit. Jowo Sanyoto pertama kali berkembang dan diajarkan oleh seorang tokoh yang dikenal sebagai Ki Kere atau Ki Sabda Gedibal. Kere yang berarti miskin dan Gedibal yang berarti pembantu atau kuli menggambarkan bahwa sosok Ki Kere atau Ki Sabda Gedibal adalah seorang yang miskin dan bekerja sebagai pembantu namun dapat memberikan sabda atau nasehat tentang jalan kebaikan dan kehidupan bagi umatnya. Ki Kere atau Ki Sabda Gedibal bernama asli Jiko adalah reinkarnasi dari Ki Semar Badranaya. Semar yang oleh orang Jawa dianggap sebagai sosok punakawan yang mengasuh para Pandawa dan selalu memberikan nasehat. Ki Semar Badranaya adalah titisan dari Sang Hyang Ismaya.

Kitab Suci sunting

Ajaran Jowo Sanyoto bersumber pada sebuah kitab yang disebut sebagai Adam Makna (Hanacaraka: ꦄꦢꦩ꧀ꦩꦏ꧀ꦤ). Kitab Adam Makna Jowo Sanyoto berbeda dengan dengan Kitab Betaljemur Adammakna karya KPH Cokroningrat yang terdiri dari 8 jilid dan dikenal sebagai Primbon Jawa. Kitab Adam Makna berisi sabda-sabda dari Ki Kere Sabda Gedibal semasa hidup yang berisi tentang ajaran kehidupan, tata persembahan, sesaji, penanggalan, dan penjelasan terkait makna huruf-huruf Jawa (Hanacaraka). Kitab Adam Makna awalnya ditulis dalam huruf Jawa, namun sudah diromanisasi penulisannya menggunakan alfabet latin. Kitab ini berisi 10 bab, yang terdiri dari:

  1. BAB I = Tata waktu dan penanggalan
  2. BAB II = Konsep dasar Agama Jowo Sanyoto
  3. BAB III = Kewajiban dan larangan
  4. BAB IV = Tata cara persembahan
  5. BAB V = Sesaji
  6. BAB VI = Kurban
  7. BAB VII = Penjelasan makna huruf Jawa (Hanacaraka)
  8. BAB VIII = Puasa dan penyucian diri
  9. BAB IX = Salam
  10. BAB X = Penutup

Salam sunting

Umat Jowo Sanyoto mengenal salam khusus yaitu :

"Teguh Wiyono"

Dibalas :

"Widodo Mulyo"

Salam ini diungkapkan secara langsung sembari berjabat tangan menggunakan tangan kiri. Hal ini karena tangan kiri adalah tangan yang penuh dengan nilai kejujuran dan sering digunakan untuk membersihkan diri. Selain itu penggunaan tangan kiri juga agar manusia selalu ingat bahwa manusia itu penuh dengan dosa sehingga harus selalu bersikap rendah hati dan memohon pengampunan ke Tuhan.

Sistem Penanggalan sunting

Jowo Sanyoto menggunakan sistem penanggalan khusus yang disebut sebagai Kalender Nungso Mulyo Tiyoso (Hanacaraka: ꦟꦸꦁꦱꦩꦸꦭ꧀ꦪꦠꦶꦪꦱ). Kalender ini menggunakan perhitungan berdasarkan perputaran bulan terhadap bumi atau Lunar Calendar. Kalender Nungso Mulyo Tiyoso mengenal penggabungan 2 siklus mingguan yaitu siklus harian (saptawara) dan siklus pasaran (pancawara) seperti Kalender Jawa dan Kalender Bali, namun menggunakan penamaan yang berbeda.

Hari pada Kalender Nungso Mulyo Tiyoso diawali dengan hari kamis atau Kelahir. Hari kamis diangganggap sebagai permulaan kehidupan manusia atau lahirnya manusia. Sedangkan pasaran dalam Kalender Nungso Mulyo Tiyoso diawali dengan pasaran kliwon atau Karumat.

Nama Hari Kalender Nungso Mulyo Tiyoso Nama Hari Kalender Masehi
Kelahir (ꦏꦼꦭꦲꦶꦂ) Kamis
Ngadil (ꦔꦢꦶꦭ꧀‌) Jum'at
Kalis (ꦏꦭꦶꦱ꧀‌) Sabtu
Manis (ꦩꦤꦶꦱ꧀‌) Minggu
Ginaris (ꦒꦶꦤꦫꦶꦱ꧀‌) Senin
Kapikir (ꦏꦥꦶꦏꦶꦂ) Selasa
Kampir (ꦏꦩ꧀ꦥꦶꦂ) Rabu
Nama Pasaran Kalender Nungso Mulyo Tiyoso Nama Pasaran Kalender Jawa
Karumat (ꦏꦫꦸꦩꦠ꧀‌) Kliwon
Karawat (ꦏꦫꦮꦠ꧀‌) Legi
Kasimpen (ꦏꦱꦶꦩ꧀ꦥꦼꦤ꧀‌) Pahing
Kapepet (ꦏꦥꦼꦥꦼꦠ꧀‌) Pon
Kasumpet (ꦏꦱꦸꦩ꧀ꦥꦼꦠ꧀) Wage

Kalender Nungso Mulyo Tiyoso memiliki 12 bulan dalam satu dengan nama-nama bulan yang hanya dikenal di Kalender Nungso Mulyo Tiyoso. Bulan pada Kalender Nungso Mulyo Tiyoso diawali dengan Bulan Kaweca. Siklus 1 bulan dalam Kalender Nungso Mulyo Tiyoso memiliki umur genap 30 hari, sehingga jumlah hari dalam 1 Kalender Nungso Mulyo Tiyoso berjumlah genap 360 hari.

Nama Bulan Kalender Nungso Mulyo Tiyoso
Kaweca (ꦏꦮꦼꦕ)
Kasingkur (ꦏꦱꦶꦁꦏꦸꦂ)
Kasabda (ꦏꦱꦧ꧀ꦢ)
Kapungkur (ꦏꦥꦸꦁꦏꦸꦂ)
Gugur (ꦒꦸꦒꦸꦂ)
Surud (ꦱꦸꦫꦸꦢ꧀‌)
Timbul (ꦠꦶꦩ꧀ꦧꦸꦭ꧀‌)
Kebacut (ꦏꦼꦧꦕꦸꦠ꧀‌)
Kasimpar (ꦏꦱꦶꦩ꧀ꦥꦂ)
Kawedar (ꦏꦮꦼꦢꦂ)
Tawar (ꦠꦮꦂ)
Kaputus (ꦏꦥꦸꦠꦸꦱ꧀)

Kalender Nungso Mulyo Tiyoso juga mengenal penamaan tahun seperti yang terdapat pada Kalender Jawa yang berjumlah 8 atau mengikuti siklus 1 Windu Kalender Jawa. Namun siklus windu dalam Kalender Nungso Mulyo Tiyoso berbeda karena menetapkan usia 1 Windu adalah 56 tahun atau 7 Windu Kalender Jawa). Tahun Kalender Nungso Mulyo Tiyoso diawali dengan Tahun Kaserat.

Nama Tahun Kalender Nungsa Mulya Tiyasa
Kaserat (ꦏꦱꦼꦫꦠ꧀‌)
Kinodrat (ꦏꦶꦤꦺꦴꦢꦿꦠ꧀‌)
Sengsara (ꦱꦼꦁꦱꦫ)
Bebendu (ꦧꦼꦧꦼꦤ꧀ꦢꦸ)
Sesiku (ꦱꦼꦱꦶꦏꦸ)
Husada (ꦲꦸꦱꦢ)
Sekarat (ꦱꦼꦏꦫꦠ꧀‌)
Kapecat (ꦏꦥꦼꦕꦠ꧀)