Tjio Joe Hin

(Dialihkan dari Joe Hin Tjio)

Joe-Hin Tjio adalah seorang ilmuwan genetika kelahiran Indonesia, yang menemukan bahwa kromosom manusia berjumlah 23 pasang. Tjio yang dilahirkan di Pekalongan pada 2 November 1919, lebih sering dikenal sebagai ahli sitogenetika Amerika karena selama 23 tahun terakhir hidupnya dihabiskan di Institut Kesehatan Nasional (National Institute of Health), Amerika Serikat.[2]

Tjio Joe-Hin
(蔣有興[1]/ 蒋有兴 / Jiǎng Yǒuxìng)
LahirTjio Joe Hin
2 November 1919
Hindia Belanda Pekalongan, Hindia Belanda
Meninggal27 November 2001
Amerika Serikat Gaithersburg, Maryland, Amerika Serikat
AlmamaterInstitut Pertanian Bogor
Dikenal atasPenemuan kromosom manusia berjumlah 23 pasang
Suami/istriInga Bjorg Arna Bildsfell Tjio
Anak1
PenghargaanInternational Prize Award winner dari Joseph P. Kennedy, Jr. Foundation.
Karier ilmiah
BidangSitogenetika
InstitusiNational Institute of Health

Latar Belakang

sunting

Tjio dilahirkan dari keluarga Tionghoa pada zaman pendudukan Hindia Belanda. Tjio kecil sering membantu ayahnya yang berprofesi sebagai fotografer dengan mencetak foto di dalam ruang gelap. Dia menuntut ilmu di sekolah penjajahan Belanda yang mengharuskannya untuk mempelajari bahasa Prancis, Jerman, Inggris, dan Belanda, selain bahasa nasionalnya, yaitu Indonesia. Saat melanjutkan pendidikannya di Sekolah Ilmu Pertanian, Bogor, Tjio mendalami bidang pertanian (agronomi)dan memusatkan penelitiannya pada pengembangan tanaman hibrida yang tahan terhadap penyakit.[3]

Ketika terjadi Perang Dunia II pada tahun 1942, Tjio dipenjara selama 3 tahun oleh kolonial Jepang yang ketika itu berkuasa di Indonesia. Tjio mendekam di kamp konsentrasi dan disiksa akibat memberikan bantuan medis kepada penduduk yang membutuhkan. Setelah perang usai, dia berlayar menggunakan perahu Palang Merah yang diperuntukkan bagi pengungsi untuk berlayar ke Belanda. Negara tersebut menyediakan beasiswa untuknya di Eropa. Pada 3 bulan pertama, Tjio mendapatkan bantuan dari kerabat teman-teman yang pernah ditolongnya di penjara dan kemudian, dia dapat melanjutkan pekerjaannya di bidang pemuliaan tanaman (plant breeding) di kota Royal Danish Academy, Copenhagen selama 6 bulan. Sejak tahun 1948-1959, Tjio mendapatkan kesempatan dari pemerintah Spanyol untuk bekerja pada program pengembangan tanaman mereka. Dia mengepalai penelitian sitogenetika di Zaragoza dan pada setiap masa liburan, Tjio pergi ke Universitas Lund, Swedia, di mana ia memulai kerja sama untuk mempelajari jaringan sel mamalia dengan Institute of Genetics yang dikepalai Albert Levan.[4][5]

Di Universitas Lund inilah, Tjio bertemu dengan Inga Bjorg Arna Bildsfell, seorang ilmuwan di bidang botani dan geologi yang sedang menempuh pendidikan doktoralnya di univesitas yang sama. Pada tahun 1948, dia menikah dengan Inga dan memiliki seorang anak laki-laki bernama Yu-Hin Tjio.[6]

Penemuan 23 pasang kromosom manusia

sunting
 
23 pasang kromosom pria.

Pada 1921, Theophilus Painter secara tidak sengaja menemukan cara untuk mengamati dan menghitung jumlah kromosom pada manusia. Dia mengamati sel testis dari dua pria kulit hitam yang meminta dikebiri dengan cara membuat sayatan tipis dan diproses dengan larutan kimia. Setelah diamati di bawah mikroskop, Painter menemukan adanya serabut-serabut kusut yang ternyata adalah kromosom tak berpasangan pada sel testis dan jumlahnya 24 pasang. Selama hampir 30 tahun, para ilmuwan menyakini temuan tersebut dan mereka juga melakukan penghitungan dengan cara lain yang juga mendapatkan hasil 24 pasang kromosom manusia.

Pada 22 Desember 1955, Joe menghasilkan suatu penemuan secara kebetulan ketika dia sedang memisahkan kromosom dari inti sel (nukleus) sejumlah sel. Dia mencoba mengembangkan suatu teknik untuk memisahkan kromosom di preparat kaca. Ketika preparat tersebut diamati di bawah mikroskop, dia menemukan hasil yang mengejutkan, yaitu terdapat 46 kromosom (23 pasang) pada jaringan embrionik paru-paru manusia. Joe kemudian menuliskan temuannya dalam Scandinavian Journal Hereditas, pada 26 Januari 1956. Pada masa itu, merupakan suatu kewajiban di Eropa untuk menuliskan nama kepala laboratorium sebagai penulis utama sebagai pengakuan/penghormatan atas bimbingan dan dukungan yang diberikan laboratorium tersebut, namun Tjio menolak untuk melakukannya. Dia mengancam akan membuang karyanya bila tidak ditempatkan sebagai penulis utama pada jurnal terhadap temuan tersebut hingga akhirnya nama Tjio tercantum sebagai penulis utama (first author), sedangkan Albert Levan sebagai penulis pendamping (co-author).[2]

Teknik yang dikembangkannya untuk pengamatan kromosom pada manusia merupakan salah satu temuan besar di bidang sitogenetika (cabang ilmu genetika yang mempelajari hubungan antara hereditas dengan variasi dan struktur kromosom). Tjio membantu pengembangan sitogenetika menjadi salah satu bidang penting dalam bidang medis pada tahun 1959 seiring dengan penemuan kromosom tambahan pada penderita sindrom down. Dia menunjukkan bahwa ada kaitan antara kromosom abnormal dengan penyakit tertentu.[5]

Karier

sunting

Setelah penemuannya mengenai jumlah tepat kromosom manusia, Tjio sering mendapatkan undangan untuk mengajar atau membawakan seminar. Pada kongres internasional mengenai genetika manusia (International Human Genetics Congress) di Copenhagen tahun 1956, Tjio mendapatkan tawaran untuk pindah dan bekerja di Amerika Serikat dari Herman Muller, peraih Nobel di bidang genetika dan profesor di Universitas Indiana. Awalnya, Tjio sempat menolak sebelum pada akhirnya ia menyetujui untuk mengembangkan penelitiannya di Universitas Colorado pada tahun 1957. Beberapa saat kemudian, dia bergabung dengan Institut Nasional Artritis dan Laboratorium Penelitian Patologi terhadap Penyakit Metabolik di Bethesda, Maryland - Amerika Serikat. Bersama dengan Institut Kesehatan Nasional Amerika (National Institutes for Health), Tjio mengembangkan penelitiannya mengenai kromosom dan mempelajari lebih dalam kaitannya dengan leukemia dan keterbelakangan (retardasi) mental.[5]

Pada 6 Desember 1962, Tjio menerima International Prize Award winner dari yayasan Joseph P. Kennedy, Jr. yang diberikan secara langsung oleh Presiden AS saat itu, John F. Kennedy untuk karyanya dalam bidang keterbelakangan mental. Pada Februari 1992, Tjio pensiun dengan status sebagai ilmuwan emeritus. Pada usianya yang ke-78 (1997), Tjio berpindah dari tempat tinggalnya di dekat NIH ke Asbury Methodist Village, suatu kompleks pensiunan di daerah Gaithersburg, Maryland. Hingga pada 27 November 2001, Tjio meninggal pada usia 82 tahun.

Daftar Pustaka

sunting
  1. ^ 李名揚 (2008), "台灣癌症醫療之母" (PDF), 《科學人看》: 86–91, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-03-28, diakses tanggal 2011-08-03 
  2. ^ a b ScienceBiotech.net - Sang Penemu 23 Kromosom dari Indonesia. Diarsipkan 2013-03-02 di Wayback Machine. Yepy Hardi Rustam. 17 Mei 2009. Diakses pada 26 September 2012.
  3. ^ NIH Record - Photographer, Prisoner, Polyglot: NIDDK's Tjio Ends Distinguished Scientific Career. Diarsipkan 2012-04-15 di Wayback Machine. Rich McManus. National Institute of Health - record. Accessed on 26 September 2012.
  4. ^ The New York Times: Joe Hin Tjio, 82; Research Biologist Counted Chromosomes, Wolfgang Saxon. 7 Desember 2011. Diakses pada 26 September 2012.
  5. ^ a b c The Guardian UK. Joe Hin Tjio:The man who cracked the chromosome count, Pearce Wright. 11 Desember 2001. Diakses pada 26 September 2012.
  6. ^ WashintonTimes.com: Inga Tjio, 85, geneticist’s wife, 30 Juli 2005. Diakses pada 29 September 2012.