Jahmiyah

salah satu mazhab akidah Islam Sunni

Jahmiyah (Arab: جهمي) adalah aliran kalam "dalam Islam" (tepatnya sebetulnya menisbahkan kepada Islam[1]) yang didirikan oleh Jaham bin Shafwan, muncul pada abad-2 Hijriah di kota Tirmizh (Iran Utara).[1][2] Jahmiyah dalam masalah sifat-sifat Allah mengambil metode peniadaan sifat, yaitu menafikan seluruh sifat dengan dalih Allah tidak serupa dengan apapun.

Jahmiyah menafikan seluruh sifat-sifat karena yang dipahami oleh sebagian ahli kalam adalah bahwa kalau menetapkan sifat-sifat Allah berarti akibatnya Allah butuh tempat, Allah terbatasi, di dalam langit, Allah berada di dalam alam, makhluk-Nya meliputi-Nya dan makhluk-Nya lebih besar dari Allah Swt.

Akidah Jahmiyah sunting

Akidah Jahmiyah tidak diterima oleh kalangan Suni dan dianggap bidah dalam akidah karena menyelisihi akidah salaf saleh.[3] Jahmiyah memiliki ajaran-ajaran utama yang wajib diimani oleh aliran ini, yakni:

  1. Tauhid :
    • Menafikan seluruh nama-nama Allah dan sifat-sifatnya.
    • Al-Quran adalah makhluk bukan Kalamullah;[4]
  2. Dalam takdir mereka berpendapat bahwa manusia itu dipaksa dalam berbuat dan dia tidak punya kehendak dan kemampuan dalam berbuat, Tuhanlah yang menentukan segala-galanya;[2]
  3. Pengakuan iman cukup hanya dalam hati. Jadi pengikut aliran ini tidak dituntut membuktikan keimanan dalam perbuatan sehari-hari; [5]
  4. Menafikan kabar berita tentang hari akhir. Jadi Jahmiyah menafikan bahwa Allah dapat dilihat dengan mata kepala, adanya telaga, mizan, sirat, syafaat, pengikut aliran ini juga berkeyakinan bahwa surga dan neraka pasti akan musnah;
  5. Ilmu Allah itu baru dan Allah tidak mengetahui sesuatu melainkan setelah terjadinya sesuatu itu.

Tentang keberadaan Allah, para Jahmiyah adalah panteisme dan berkata bahwa ia ada di mana-mana dan tinggal di semua makhluk.[1] Keyakinan ini berseberangan dengan pendapat Suni bahwa Allah ada tanpa tempat.[6]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b c Putriningsih. W 2018, hlm. 6.
  2. ^ a b Maskhuroh 2015, hlm. 91.
  3. ^ Putriningsih. W 2018, hlm. 7.
  4. ^ Atabik 2016, hlm. 219.
  5. ^ Sariah, hlm. 9.
  6. ^ Kitab Ithaf As-Sadati Al-Muttaqin - Jilid 2 halaman 36

Bibliografi sunting