J.P. Guilford

pakar psikologi AS

J.P Guilford adalah psikolog khususnya penemu model structure of intellegence (SOI). Guilford lahir pada tahun 1897 merupakan orang asli Nebraska, Amerika Serikat. Beliau sangat tertarik dalam pengujian psikologis. Tokoh yang mempengaruhinya dalam penelitian psikologis di Universitas Nebraska adalah Winifred Hyde sedangkan pada tingkat sarjana di Cornel adalah tokoh psikolog Karl Dallebach dan Kurt Koffka.[1]

J. P. Guilford
LahirJoy Paul Guilford
(1897-03-07)7 Maret 1897
Marquette, Nebraska, U.S.
Meninggal26 November 1987(1987-11-26) (umur 90)
Los Angeles, California, U.S.
AlmamaterUniversity of Nebraska
Cornell University
PekerjaanPsychologist
PenghargaanE. L. Thorndike Award (1975)

Keluarga

sunting

Joy Paul Guilford dilahirkan pada tanggal 7 Maret 1897 di sebuah peternakan yang dekat dari Marquette, Nebraska. Orang tuanya bernama Edwin Guilford dan Arvilla Monroe Guilford.[2]

Pendidikan

sunting

Guilford menamatkan pendidikan menengah di Aurora High School pada tahun 1914. Ia merupakan siswa yang diminta menjadi pemberi pidato perpisahan mewakili kelasnya ketika upacara kelulusan. Setelah itu, Guilfor menjadi guru sekolah dasar selama dua tahun. Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Nebraska. Ia sempat masuk ke Angkatan Darat sebagai prajurit. Setelah itu, ia kembali melanjutkan pendidikannya di Universitas Nebraska hingga memperoleh gelar Bachelor of Art dan Magister of Art.[2]

Pemikiran

sunting

Model struktur intelektual

sunting

Guilford tidak menetapkan faktor tunggal atau hanya beberapa faktor sebagai penentu inteligensi. Ia menetapkan faktor penentu inteligensi sebanyak 120 faktor. Guilford mengadakan analisis faktor dan membentuk sebuah model faktor berbentuk kubus. Model ini disebut sebagai model struktur intelektual.[3] Model yang dibuatnya mampu mengukur berbagai jenis kemampuan. Terdapat tiga dimensi yang membentuk model ini, yaitu konten, produk dan proses berpikir. Guilford meyakini bahwa seseorang dapat memiliki tingkat kemampuan yang tinggi pada dimensi tertentu, tetapi juga memiliki tingkat kemampuan yang rendah pada dimensi yang lainnya. Model struktur intelektual beserta dengan hasil pengembangannya dijelaskan oleh Guilford dalam karya tulisnya yang berjudul The Nature of Human Intelligence (1967) and Way beyond the IQ (1977).[4]

TIga dimensi dasar yang ditetapkan oleh Guilford mencakup banyak hal. Proses berpikir mencakup kognisi, retensi dan perekaman ingatan, produksi divergen, dan proses evaluasi. Dimensi konten merupakan isi dari pikiran yang mencakup konten visual, auditori, semantik, simbolik dan perilaku. Sedangkan produk merupakan hasil berpikir yang meliputi unit, kelas, sistem, transformasi dan implikasi dari informasi.[5]

Prinsip-prinsip pengukuran kecerdasan

sunting

Guilford menetapkan empat prinsip dalam pengukuran kecerdasan, yaitu keterampilan mengemukakan alasan dan penyelesaian masalah, operasi-operasi ingatan, keterampilan membuat keputusan dan keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan mengemukakan alasan dan penyelesaian masalah berhubungan dengan kemampuan berpikir divergen dan kovergen. Guilford menetapkan prinsip ini terdiri dari 30 kemampuan yang berbeda. Jumlah ini diperoleh dari hasil perkalian enam kemampuan produk dengan lima kemampuan konten. Sebanyak 30 kemampuan yang berbeda juga ditetapkan untuk prinsip operasi-operasi ingatan, keterampilan membuat keputusan dan keterampilan dalam berbahasa. Jumlah ini juga diperoleh dari hasil perkalian enam kemampuan produk dengan lima kemampuan konten.[6]

Divergensi pemikiran

sunting

Gagasan umum tentang divergensi pemikiran telah ada di dalam teori-teori yang dikemukakan para tokoh pemikir abad ke-19. Beberapa di antaranya yaitu teori divergensi oleh Alfred Binet dan Theodore Simon pada tahun 1905. Gagasan umum tersebut kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Joy Paul Guilford pada tahun 1950. Ia menghubungkan antara produksi divergen dengan potensi kreatif. Dia memberikan hipotesis bahwa berpikir divergen memerlukan beberapa komponen berpikir.[7] Guilford juga menetapkan faktor-faktor khusus yang menentukan kemampuan produktif-divergen, yaitu kelancaran, keluwesan, elaborasi dan orisinalitas.[8]

Berpikir kreatif

sunting

Guilford menetapkan dua cara berpikir yang menandakan seseorang kreatif, yaitu cara berpikir konvergen dan cara berpikir divergen.[9] Cara berpikir konvergen diartikannya sebagai cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan asumsi bahwa jawaban yang benar hanya ada satu. Sedangkan cara berpikir divergen diartikan sebagai kemampuan individu dalam menjawab sebuah persoalan melalui pencarian alternatif jawaban.[10]

Kreativitas

sunting

Guilford menetapkan lima ciri bagi kreativitas, yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian, penguraian dan perumusan kembali. Kelancaran diartikan sebagai kemampuan menghasilkan banyak ide. Keluwesan diartikan sebagai kemampuan dalam memberikan beragam pendekatan dalam penyelesaian masalah. Keaslian diartikan sebagai kemampuan dalam menghasilkan gagasan asli yang berasal dari diri sendiri. Penguraian berarti kemampuan menguraikan gagasan secara rinci. Sedangkan perumusan kembali berarti kemampuan mengkaji ulang suatu persoalan yang telah dianggap lazim dengan cara yang berbeda.[11]

Pengaruh pemikiran

sunting

Kreativitas arsitektural

sunting

Definisi operasional dari kreeativitas arsitektural dikembangkan dari konsep dan teori kreativitas yang menggunakan pendekatan kognitif. Pendekatan koginitif ini didasari oleh teori divergen yang dikemukakan oleh Guilford (1967) dan teori proses asosiasi oleh Sarnoff A. Mednick (1962). Pengembangan definisinya kemudian didukung oleh beberapa penelitian tentang pentingnya inovasi, imajinasi dan orisinalitas dalam kreativitas.[12]

Referensi

sunting
  1. ^ Baihaqi, MIF (2014). Tokoh Pendidikan Luar Biasa. Bandung: Nuansa Cendekia. hlm. 199. 
  2. ^ a b Comrey, Andrew L. (1993). "Joy Paul Guilford: 1897—1987" (PDF). Biographical Memoir. National Academy of Sciences: 199. 
  3. ^ Purwanto (2010). "Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya" (PDF). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 16 (4): 482. 
  4. ^ Barlow, Christopher M. (30 Maret 2000). "Guilford's Structure of the Intellect" (PDF). cocreativity.com. Diakses tanggal 21 Maret 2022. 
  5. ^ Hidayah, N., dkk. (2017). Psikologi Pendidikan (PDF). Malang: Universitas Negeri Malang. hlm. 33. ISBN 978-979-495-934-3. 
  6. ^ Sit, Masganti (2012). Perkembangan Peserta Didik (PDF). Medan: Perdana Publishing. hlm. 42–43. ISBN 978-602-8935-11-1. 
  7. ^ Runco, M. A., dan Acar, S. (2012). "Divergent Thinking as an Indicator of Creative Potential" (PDF). Creativity Research Journal. 24 (1): 2. ISSN 1040-0419. 
  8. ^ Dermawan, Dwi Ardy (2017). "Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama" (PDF). Seminar Nasional Matematika: Peran Alumni Matematika dalam Membangun Jejaring Kerja dan Peningkatan Kualitas Pendidikan: 433. ISBN 978-602-17980-9-6. 
  9. ^ Sijabat, O. P., dkk. (2021). Santoso, E., dan Sijabat, A., ed. Perkembangan Peserta Didik Tingkat Dasar dan Menengah (PDF). Tasikmalaya: Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia. hlm. 118. ISBN 978-623-6535-33-2. 
  10. ^ Asrori (2020). Psikologi Pendidikan (PDF). Banyumas: Penerbit CV. Pena Persada. hlm. 32. ISBN 978-623-7699-72-9. 
  11. ^ Yuswatiningsih, E., dan Ike S., H. (2017). Mahmudah, Rifa’atul Laila, ed. Peningkatan Kreativitas Verbal Pada Anak Usia Sekolah (PDF). Mojokerto: STIKes Majapahit Mojokerto. hlm. 3. ISBN 978-602-51139-3-2. 
  12. ^ Pratitis, N. T., dan Purwono, U. (2018). "The Architectural Creativity Test Development: A Many Facet Rasch Model Analysis to Establish Inter-Rater Reliability". Journal of Educational, Health and Community Psychology. 7 (3): 231. ISSN 2460-8467.