Jurnalisme data merupakan kegiatan pengumpulan, analisis, penyiapan informasi digital dengan tujuan publikasi jurnalistik. Jurnalisme data juga merupakan bentuk khusus dari liputan investigasi dengan menggunakan data dan aplikasi statistik untuk mengembangkan laporan yang hasilnya disajikan secara visual. Definisi lain yang berasal dari Antonopoulos dan Karyotakis pada tahun 2020, yang menyebutkan bahwa jurnalisme data adalah sebuah cara untuk menyusun laporan, memberikan wawasan yang lebih mendalam dan menyoroti data yang relevan terkait isu-isu terkini yang dikemas dalam konten interaktif melalui visualisasi data misalnya, tabel, grafik, infografis, dan lain-lain.[1]

Jurnalisme data adalah jenis jurnalisme di mana reporter membuat berita menggunakan kumpulan data yang besar. Hal ini membuat data numerik menjadi penting dalam produksi berita. Data mampu menjadi sumber jurnalisme data, atau bisa menjadi instrumen yang digunakan untuk menceritakan suatu peristiwa atau keduanya. Sehingga dalam produksinya membutuhkan kerja sama antara jurnalis dengan profesi seperti desain, ilmu komputer dan statistik. Karena melalui visualisasi data yang ada, jurnalis mampu membantu menceritakan kisah pada data. [2]

Etimologi sunting

Jurnalisme data, juga dapat digambarkan sebagai jurnalisme yang dilakukan dengan data. Dalam hal ini, data merupakan kumpulan angka yang dikumpulkan.

Jurnalisme data dapat membantu seorang jurnalis menceritakan kisah yang kompleks melalui infografis yang menarik. Misalnya, Hans Rosling yang memvisualisasikan kemiskinan dunia dengan Gapminder, telah menarik jutaan penonton di dunia. Data dapat menjadi alat untuk menceritakan suatu fenomena atau peristiwa. [3]

Sejarah sunting

Jurnalisme data yang pertama adalah laporan The Guardian pada tahun 1821 yang berisikan data sekolah di Manchester, biaya, serta jumlah muridnya[4].

Pada tahun 1858, muncullah sebuah laporan yang digabungkan dengan grafik di The Guardian[5]. Laporan tersebut adalah laporan yang dibuat oleh Florence Nightingale dengan berisikan kondisi tentara Inggris pada tahun 1858[6].

Istilah “Jurnalisme Data” awalnya diciptakan oleh seorang komentator politik, Ben Wattenberg pada pertengahan 1960[7].

Pada sekitar tahun 1970, Philip Mayer yang saat itu bekerja di Detroit Free Press melakukan analisis data dalam jurnalisme untuk meningkatkan laporan kerusuhan yang saat itu terjadi.

Setelahnya, Mayer membuat sebuah buku dengan judul Precision Journalism yang berisikan tentang penggunaan teknik penggabungan analisis data ke dalam jurnalisme. Jurnalisme presisi tersebut yang kemudian menjadi ilmu dasar jurnalisme data[3].

Di akhir 1980-an, terdapat peristiwa yang memunculkan laporan dengan menggunakan bantuan komputer. Terbentuklah National Institute for Computer Assisted Reporting (NICAR) setelah pemberitaan dengan menggunakan teknik CAR yang dilakukan oleh Bill Dedman dari The Atlanta Journal-Constitution memenangkan penghargaan[8].

Sampai pada abad 20 akhir, penggunaan Jurnalisme data masih dihubungkan dengan teknik CAR.

Mulai akhir tahun 2000-an, penggunaan Jurnalisme Data akhirnya tercatat setelah The Guardian membuat Datablog pada Maret 2009[4].

Peran Jurnalisme Data sunting

Jurnalisme data sangatlah penting untuk mengolah data-data yang ada. Jurnalisme data dapat mencari hubungan-hubungan yang tidak terlihat langsung seperti kegiatan sehari-hari setiap individu dengan isu yang sedang terjadi. Adanya teknologi membantu jurnalis untuk mengolah data untuk menjadi sebuah informasi yang masuk akal dan penting untuk diketahui[9].

Data-data yang berserakan dan menginterpretasi fakta juga harus dibarengi dengan kemampuan dan keterampilan yang objektif serta cakap dalam menganalisis data. Jika tidak, maka informasi yang berserakan dapat disalahgunakan bahkan dapat merugikan publik.

Maka jurnalisme data bertujuan untuk mengumpulkan, menyaring, dan memvisualisasikan suatu kejadian yang sedang terjadi dan dapat meningkatkan nilai informasi[2].

Jurnalisme data pun menjadi salah satu upaya untuk melawan hoaks karena melalui data validitas informasi pada sebuah media massa dapat diuji.

Selain untuk jurnalis, jurnalisme data memiliki peran yang penting bagi masyarakat karena dapat membantu dalam penyebaran informasi yang lebih akurat dan faktual.

Meningkatkan kualitas berita dan meminimalisir hoaks yang beredar, membantu masyarakat memperoleh informasi yang lebih akurat dan jelas, membantu masyarakat jadi lebih kritis, membantu jurnalis dalam melakukan verifikasi dan validasi atas informasi yang diterimanya, dan membantu jurnalis untuk menyampaikan informasi yang lebih mudah dicerna dan menarik bagi pembaca[10].

Hal tersebutlah yang membuat jurnalisme data dipandang menjadi sangat penting, karena jurnalisme data sangat membantu dalam proses dan penyebaran informasi yang lebih akurat dan mudah untuk dipahami masyarakat.

Jenis-jenis Jurnalisme Data sunting

Jenis Jurnalisme Data

Ada banyak contoh Jurnalisme data dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang data scientist. Terdapat tiga contoh teknik penceritaan data yang menarik, yaitu Jurnalisme Data Kuantitatif, Jurnalisme Data Kualitatif, dan Jurnalisme Data Visual. [11]

Jurnalisme data kuantitatif berfokus pada angka dan gambar, sedangkan jurnalisme data kualitatif menggunakan wawancara, survei, dan metode lainnya untuk mencari informasi yang mendukung. Terakhir, jurnalisme data visual menonjolkan gambar dan grafis sebagai dukungan dalam menyampaikan informasi. [11]

Jurnalisme Data Kuantitatif

Jurnalisme Data Kuantitatif adalah bentuk jurnalisme yang berfokus pada data dan angka. Ini terutama ditemukan dalam publikasi digital seperti The Guardian, Fast Company, dan Quartz. Jurnalisme data kuantitatif membutuhkan pemahaman yang kuat dalam angka dan penggunaan perangkat lunak analisis statistik seperti Excel, SPSS, dan lainnya.[11]

Keuntungan dari menerapkan jurnalisme data kuantitatif oleh seorang ilmuwan data adalah sebagai berikut:

  • Semua informasi didasarkan pada angka dan fakta, bukan hanya kata-kata belaka.
  • Membantu organisasi dalam mengidentifikasi preferensi konsumen, melakukan riset pasar, menganalisis tren, dan lainnya.
  • Mudah dipahami, dianalisis, dan diinterpretasikan.
  • Dapat menggunakan model statistik untuk membahas isu-isu terkini.
  • Tidak memerlukan keahlian khusus atau latar belakang pendidikan tertentu untuk melibatkan diri dalam jurnalisme data kuantitatif.[11]

Jurnalisme Data Kualitatif

Jurnalisme Data Kualitatif, di sisi lain, melibatkan transkrip wawancara, tinjauan dokumen, dan rekaman percakapan. Tujuannya adalah agar ilmuwan data dapat menggali informasi dari riset kualitatif yang telah dilakukan. Jurnalisme data kualitatif mengandalkan teknik narasi yang menarik dan menarik minat. Keuntungan dari menggunakan jurnalisme data kualitatif adalah mengurangi bias karena kesalahan manusia, tidak terlalu bergantung pada angka, dan menggunakan teknik penceritaan yang menarik bagi pembaca.[11]

Jurnalisme Visual

Jurnalisme Data Visual adalah jenis jurnalisme yang paling baru, di mana informasi disajikan dalam bentuk infografis. Ini sering digunakan oleh platform seperti Business Insider dan BBC. Keuntungan dari menggunakan teknik jurnalisme data visual adalah kemampuan infografis untuk menyajikan informasi dengan mudah dipahami, memberikan wawasan yang menarik bagi pembaca, dan memungkinkan informasi yang mudah ditangkap karena penggunaan ruang yang efisien.[11]

Referensi sunting

  1. ^ Maulid, Reyvan (2022-10-11). "Data Journalism, Skill Jadi Data Scientist Andal". Dqlab.id. Diakses tanggal 2023-05-25. 
  2. ^ a b Martadila, Ani (2022-11-11). "Mengenal Jurnalisme Data dan Fungsinya yang Relevan dengan Masa Kini". Merdeka.com. Diakses tanggal 2023-05-24. 
  3. ^ a b Gray, Bounegru, Chambers, Jonathan, Liliana, Lucy (2012). The Data Journalism Handbook. Sebastopol: O'Reilly Media. hlm. 9. ISBN 978-1-449-33006-4. 
  4. ^ a b Rogers, Simon (2011-09-26). "The first Guardian data journalism: May 5, 1821". the Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-05-25. 
  5. ^ Rogers, Simon (2011-07-28). "Data journalism at the Guardian: what is it and how do we do it?". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2023-05-25. 
  6. ^ Rogers, Simon (2010-08-13). "Florence Nightingale, datajournalist: information has always been beautiful". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2023-05-25. 
  7. ^ Langer, Emily (2015-06-29). "Ben J. Wattenberg, writer and television commentator, dies at 81". The Washington Post. Diakses tanggal 2023-05-24. 
  8. ^ "About IRE - Investigative Reporters & Editors". Investigative Reporters & Editors (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-05-25. 
  9. ^ Media, Kompas Cyber (2022-08-15). "Jurnalisme Data dalam Perbincangan Jurnalisme Digital". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-05-25. 
  10. ^ Widiantara, I. Komang Agus (2021-07-28). "Tren Dan Fenomena Jurnalisme Data Pada Media Online Di Indonesia". Danapati: Jurnal Ilmu Komunikasi (dalam bahasa Inggris). 1 (2): 118–125. ISSN 2774-9177. 
  11. ^ a b c d e f Hans, Rizal. "Data Journalism, Salah Satu Skill Jadi Data Scientist Andal". dqlab.id. Diakses tanggal 2023-05-25.