Pertempuran Selat Badung

Pertempuran Selat Badung merupakan pertempuran laut kampanye Pasifik selama Perang Dunia II, terjadi pada malam 19 Februari20 Februari 1942 di Selat Badung antara American-British-Dutch-Australian Command (ABDA) dan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Dalam pertempuran itu, 4 kapal perusak Jepang, mengalahkan angkatan Sekutu yang lebih banyak jumlah dan senjatanya, sedang mengawal 2 kapal pengangkut dan menenggelamkan kapal perusak Belanda Piet Hein. Pertempuran itu menunjukkan keunggulan AL Jepang atas Sekutu dalam pertempuran malam.

Pertempuran Selat Badung
Bagian dari Perang Dunia II, Perang Pasifik
Tanggal18 Februari 194219 Februari 1942
LokasiSelat Badung lepas pantai Bali di Indonesia
Hasil Kemenangan Jepang
Pihak terlibat
Angkatan Laut Kerajaan Belanda
Angkatan Laut Amerika Serikat
Royal Navy
Angkatan Laut Kekaisaran Jepang
Tokoh dan pemimpin
Karel Doorman Kubo Kyuji
Kekuatan
3 kapal penjelajah,
7 kapal perusak,
7 perahu torpedo,
2 kapal selam,
20 pesawat tempur
4 kapal perusak,
2 kapal pengangkut,
Tidak mengikuti pertempuran :
1 kapal penjelajah ringan,
3 kapal perusak
Korban
1 kapal perusak tenggelam,
1 kapal penjelajah rusak,
1 kapal perusak rusak
25 tewas,
~~83 terluka,
3 kapal perusak rusak,
1 kapal angkut rusak

Latar belakang sunting

1 Batalion dari Divisi Infanteri 48, Tentara Kekaisaran Jepang mendarat di Bali pada tanggal 18 Februari 1942.

Kekuatan Angkatan Laut Laksamana Doorman tersebar di seluruh Hindia Belanda, tetapi serangan Bali tak dapat diabaikan — yang akan memberikan Jepang pangkalan udara dalam kisaran markas AL ABDA di Surabaya — sehingga ia mengirimkan semua kapal perang yang tersedia. Peringatan pendek tak memberikan waktu untuk mengkonsentrasikan kapal-kapalnya; karena itu beberapa pasukan Sekutu diserang oleh Jepang.

Pertempuran sunting

Kapal Sekutu yang pertama bertempur adalah kapal selam USS Seawolf dan HMS Truant yang menyerang konvoi Jepang pada tanggal 18 Februari namun tak membuat kapal lawan rusak dan dihalau oleh bom laut dari kapal perusak Jepang. Kemudian pada hari itu 20 pesawat United States Army Air Forces menyerang konvoi itu namun hanya dapat merusak kapal pengangkut Sagami Maru.

Jepang sadar bahwa konvoi serbu mereka mungkin diserang lagi, sehingga mereka menarik diri ke utara sejauh mungkin. Kapal penjelajah Nagara dan kapal perusak Wakaba, Hatsushimo and Nenohi pergi terlebih dahulu dan tak ikut serta dalam aksi itu. Kapal terakhir yang tinggal adalah 2 kapal pengangkut, masing-masing dikawal oleh 2 kapal perusak. Sasago Maru dikawal oleh Asashio dan Ooshio; Sagami Maru yang rusak parah dikawal oleh Michishio dan Arashio.

Kelompok Sekutu yang pertama, terdiri atas kapal penjelajah HNLMS De Ruyter dan HNLMS Java dan kapal perusak USS John D. Ford, USS Pope, dan HNLMS Piet Hein, melihat Jepang di Selat Badung sekitar pukul 22:00 dan melepas tembakan pada pukul 22:25 pada tanggal 19 Februari. Tidak ada kerusakan yang ditimbulkan dalam tembak-menembak ini, dan 2 kapal penjelajah Belanda terus melintasi selat itu ke timur laut, untuk memberi bantuan bebas dan berhadapan dengan torpedo. Lalu Piet Hein, Pope dan John D. Ford masuk ke kisaran itu. Pada pukul 22:40 sebuah torpedo laras panjang dari Asashio menghantam 'Piet Hein, segera menenggelamkan kapal perusak Belanda itu. Asashio dan Ooshio kemudian terlibat baku tembak dengan Pope dan John D. Ford, memaksa kedua kapal perusak milik AS itu mundur ke tenggara daripada mengikuti kapal penjelajah itu ke timur laut.

Di kegelapan, Asashio dan Ooshio salah mengira satu sama lain dan saling menembak satu sama lain selama beberapa menit tanpa kerusakan apapun.

Sekitar 3 jam kemudian kelompok kapal ABDA yang kedua — kapal penjelajah HNLMS Tromp dan kapal perusak USS John D. Edwards, USS Parrott, USS Pillsbury, dan USS Stewart — mencapai Selat Badung. Pada pukul 01:36 Stewart, Pillsbury dan Parrott meluncurkan torpedo namun tak merusak apapun. Lalu Ooshio dan Asashio menyerang mendadak lagi dan ada baku tembak meriam lainnya. Tromp dihantam oleh 11 tembakan meriam 5 inci dari Asashio, membuatnya rusak parah (kapal itu kemudian kembali ke Australia untuk diperbaiki), dan menghantam 2 kapal perusak Jepang, membunuh 4 orang di Asashio (kapal itu hanya menderita sedikit kerusakan) dan 7 di Ooshio.

Arashio dan Michishio telah diperintahkan oleh Laksamana Kyuji Kubo untuk memutar balik, dan sekitar pukul 02:20 mereka bergabung dengan pertempuran itu. Michishio dihantam granat dari Pillsbury, John D. Edwards dan Tromp, membunuh 13 ABK-nya dan melukai sebanyak 83 orang. Kapal itu tidak bisa melaju cepat dan harus digandeng setelah pertempuran itu. Kedua kelompok kapal itu berbalik pergi, dan pertempuran itu selesai.

Kelompok ketiga ABDA — 7 perahu torpedo — tiba di Selat Badung sekitar pukul 06:00 namun tak bertemu kapal Jepang manapun.

Kejadian setelahnya sunting

Pertempuran itu menjadi kemenangan berarti bagi Jepang. Letnan Komandan Gorō Yoshii dari Asashio dan Komandan Kiyoshi Kikkawa dari telah menunjukkan keberanian dan kecakapannya yang besar. Mereka telah menghalau angkatan Sekutu yang lebih besar, menenggelamkan kapal perusak Piet Hein dan membuat kerusakan parah pada kapal penjelajah Tromp, memungkinkan kerusakan kecil di pihak mereka, dan melindungi kapal pengangkutnya.

Garnisun Bali yang terdiri atas 600 milisi Indonesia tak mengadakan perlawanan apapun kepada Jepang, dan lapangan udaranya dapat ditaklukkan secara utuh. Jepang melanjutkan penaklukannya atas Hindia Belanda dengan penaklukan Timor pada tanggal 20 Februari23 Februari. Angkatan ABDA yang bertempur di Selat Badung dikalahkan secara telak dalam Pertempuran Laut Jawa pada tanggal 1 Maret 1942, di mana kapal penjelajah Belanda Java dan De Ruyter ditenggelamkan dan Laksamana Doorman gugur. Tromp berhasil kabur dari situ, untuk ditarik ke Australia untuk diperbaiki dari kerusakan akibat pertempuran di Selat Badung. Kapal perusak Stewart diperbaiki di Soerabaia, di mana kemudian kapal ini diambil oleh Jepang dan dikanibal sebagai kapal patroli P-102 mereka.

Pranala luar sunting