Aneksasi Tibet oleh Republik Rakyat Tiongkok

invasi Tiongkok ke Tibet

Penggabungan Tibet ke dalam Republik Rakyat Tiongkok (disebut "Invasi Tiongkok ke Tibet" oleh Pemerintahan Tibet dalam Pengasingan;[6] disebut 'Pembebasan Damai Tibet' di Tiongkok[7][8][9]) adalah proses di mana Republik Rakyat Tiongkok (RRT) memperoleh penguasaan atas Tibet. Wilayah ini berada di bawah penguasaan Tiongkok setelah upaya oleh Pemerintah Tibet untuk memperoleh pengakuan internasional, upaya untuk memodernisasi militernya, perundingan antara Pemerintah Tibet dan RRT, konflik militer di daerah Qamdo di Kham Barat pada Oktober 1950, dan akhirnya penerimaan Persetujuan Tujuh Belas Poin oleh Pemerintah Tibet di bawah tekanan Tiongkok pada Oktober 1951.[10][11] Di Barat, proses ini umumnya diyakini bahwa Tiongkok mencaplok Tibet.[12] Pemerintah Tibet dan struktur sosial Tibet tetap pada tempatnya di Daerah Otonomi Tibet di bawah otoritas Tiongkok sampai pemberontakan Tibet 1959, ketika Dalai Lama melarikan diri ke pengasingan dan setelah itu Pemnerintah Tibet dan struktur sosial Tibet dibubarkan.[13]

Aneksasi Tibet oleh Republik Rakyat Tiongkok
Tanggal6 Oktober 1950 – 23 Mei 1951
(7 bulan dan 3 hari)
LokasiTibet
Hasil Tujuh Belas Butir Perjanjian Pembebasan Damai Tibet
Perubahan
wilayah
Tibet dianeksasi oleh Republik Rakyat Tiongkok.
Pihak terlibat
 Tibet  Republik Rakyat Tiongkok
Tokoh dan pemimpin
Ngawang Sungrab Thutob
Ngapoi Ngawang Jigme (POW)[1]
Lhalu Tsewang Dorje[2]
Mao Zedong
Liu Bocheng
Zhang Guohua
Fan Ming
Pasukan
 Angkatan Darat Tibet[3]  Angkatan Darat Tiongkok[4][5]

Latar belakang sunting

Pada tahun 1913, segera setelah invasi Britania ke Tibet pada tahun 1904—pembentukan formasi Agen Perdagangan Britania di Gyantse—dan Revolusi Xinhai pada tahun 1911, sebagian besar wilayah yang terdiri dari Daerah Otonomi Tibet (TAR) saat ini (Ü-Tsang dan Kham barat) menjadi independen de facto dari pangkuan Tiongkok saat kini[14] dengan bagian lainnya dari TAR saat ini menjadi di bawah kekuasaan Pemerintah Tibet pada tahun 1917.[15] Beberapa daerah perbatasan dengan populasi etnis Tibet yang tinggi (Amdo dan Kham Timur) tetap berada di bawah penguasaan Kuomintang atau panglima perang setempat.[16]

Wilayah TAR juga dikenal sebagai "Tibet Politis", sementara semua daerah dengan populasi etnis Tibet yang tinggi secara kolektif dikenal sebagai "Etnis Tibet". Tibet Politis mengacu kepada pemerintahan yang diperintah terus-menerus oleh pemerintah Tibet sejak masa-masa awal hingga tahun 1951, sementara etnis Tibet mengacu kepada wilayah utara dan timur di mana orang Tibet secara historis mendominasi tetapi hingga zaman modern, yurisdiksi Tibet tidak teratur dan terbatas hanya pada daerah-daerah tertentu.[17]

Pada saat itu, Tibet Politis memperoleh kemerdekaan de facto, sistem sosial ekonomi dan politiknya menyerupai Eropa Abad Pertengahan.[18] Upaya-upaya oleh Dalai Lama ke-13 antara tahun 1913 dan 1933 untuk memperbesar dan memodernisasi militer Tibet akhirnya gagal, sebagian besar karena penentangan dari para aristokrat dan biarawan yang berpengaruh.[19][20] Pemerintah Tibet hanya memiliki sedikit kontak dengan pemerintah lainnya di dunia selama periode kemerdekaan de facto,[20] dengan beberapa pengecualian, terutama India, Britania Raya, dan Amerika Serikat.[21][22] Hal ini menyebabkan Tibet terisolasi secara diplomatis dan terputus pada hal di mana ia tidak dapat membuat posisinya menjadi dikenal masyarakat internasional mengenai isu Tibet[23] dan Tibet dibatasi oleh traktat yang memberikan kewenangan kepada Imperium Britania atas pajak, hubungan luar negeri, dan benteng pertahanan.

Lihat juga sunting

Referensi sunting

Kutipan sunting

  1. ^ Mackerras, Colin. Yorke, Amanda. The Cambridge Handbook of Contemporary China. [1991]. Cambridge University Press. ISBN 0-521-38755-8. p.100.
  2. ^ Goldstein, Melvyn C. (1991). A history of modern Tibet, 1913–1951, the demise of the lamaist state. University of California Press. hlm. 639. 
  3. ^ Freedom in Exile: The Autobiography of the Dalai Lama, 14th Dalai Lama, London: Little, Brown and Co, 1990 ISBN 0-349-10462-X
  4. ^ Laird 2006 p.301.
  5. ^ Shakya 1999, p.43
  6. ^ "China could not succeed in destroying Buddhism in Tibet: Sangay". Central Tibetan Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-21. Diakses tanggal 2018-11-23. 
  7. ^ "Peaceful Liberation of Tibet". Xinhua News Agency. 
  8. ^ Dawa Norbu (2001). China's Tibet Policy. Psychology Press. hlm. 300–301. ISBN 978-0-7007-0474-3. 
  9. ^ Melvyn C. Goldstein; Gelek Rimpoche (1989). A History of Modern Tibet, 1913-1951: The Demise of the Lamaist State. University of California Press. hlm. 679,740. ISBN 978-0-520-06140-8. 
  10. ^ Anne-Marie Blondeau; Katia Buffetrille (2008). Authenticating Tibet: Answers to China's 100 Questions. University of California Press. hlm. 61. ISBN 978-0-520-24464-1. It was evident that the Chinese were not prepared to accept any compromises and that the Tibetans were compelled, under the threat of immediate armed invasion, to sign the Chinese proposal. 
  11. ^ Tsepon Wangchuk Deden Shakabpa (October 2009). One Hundred Thousand Moons: An Advanced Political History of Tibet. BRILL. hlm. 953,955. ISBN 90-04-17732-9. 
  12. ^ "Tibet Through Chinese Eyes", The Atlantic, 1999 
  13. ^ Goldstein 1997 p.54,55. Feigon 1996 p.160,161. Shakya 1999 p.208,240,241. (all sources: fled Tibet, repudiated agreement, dissolved local government).
  14. ^ Shakya 1999 p.4
  15. ^ Feigon 1996 p.119
  16. ^ Shakya 1999 p.6,27. Feigon 1996 p.28
  17. ^ The classic distinction drawn by Sir Charles Bell and Hugh Richardson. See Melvin C. Goldstein,'Change, Conflict and Continuity among a community of Nomadic Pastoralists: A Case Study from Western Tibet, 1950-1990,' in Robert Barnett and Shirin Akiner, (eds.,) Resistance and Reform in Tibet, Indiana University Press, Bloomington, 1994, pp. 76-90, pp.77-8.
  18. ^ Shakya 1999 p.11
  19. ^ Feigon 1996 p.119-122. Goldstein 1997 p.34,35.
  20. ^ a b Shakya 1999 p.5,11
  21. ^ Shakya 1999 p.7,15,16
  22. ^ Goldstein 1997 p.37
  23. ^ Goldstein 1997 p.36

Sumber sunting

  • Feigon, Lee. Demystifying Tibet: Unlocking the Secrets of the Land of Snows (1996) Ivan R. Dee Inc. ISBN 1-56663-089-4
  • Ford, Robert. Wind Between The Worlds The extraordinary first-person account of a Westerner's life in Tibet as an official of the Dalai Lama (1957) David Mckay Co., Inc.
  • Goldstein, Melvyn C. A History of Modern Tibet, 1913-1951: The Demise of the Lamaist State (1989) University of California Press. ISBN 978-0-520-06140-8
  • Goldstein, Melvyn C. The Snow Lion and the Dragon: China, Tibet, and the Dalai Lama (1997) University of California Press. ISBN 0-520-21254-1
  • Grunfeld, A. Tom. The Making of Modern Tibet (1996) East Gate Book. ISBN 978-1-56324-713-2
  • Knaus, Robert Kenneth. Orphans of the Cold War: America and the Tibetan Struggle for Survival (1999) PublicAffairs . ISBN 978-1-891620-18-8
  • Laird, Thomas. The Story of Tibet: Conversations with the Dalai Lama (2006) Grove Press. ISBN 0-8021-1827-5
  • Shakya, Tsering. The Dragon In The Land Of Snows (1999) Columbia University Press. ISBN 0-231-11814-7
  • Robert W. Ford Captured in Tibet, Oxford University Press, 1990, ISBN 978-0-19-581570-2