Demonstrasi Kosovo 1981

Pada bulan Maret dan April 1981, sebuah demonstrasi mahasiswa di Pristina, ibu kota Provinsi Otonom Sosialis Kosovo, menyebabkan demonstrasi meluas oleh orang Kosovo Albania menuntut otonomi lebih dalam Republik Federal Sosialis Yugoslavia. Presiden Yugoslavia menyatakan keadaan darurat di Pristina dan Kosovska Mitrovica, yang menyebabkan kerusuhan. Kerusuhan ini dapat dipadamkan setelah dilakukan pengerahan anggota polisi dalam jumlah besar yang menyebabkan jatuhnya banyak korban dan diikuti dengan penindasan politik.

Demonstrasi Kosovo 1981

Monumen peringatan untuk 2 orang yang tewas, 2013
Tanggal11 Maret – 3 April 1981
LokasiPOS Kosovo, RS Serbia, RSF Yugoslavia
Hasil Kegagalan demonstran
Pihak terlibat

 Yugoslavia

Orang Albania Kosovo
Pendukung :
 Albania
Tokoh dan pemimpin
Yugoslavia Cvijetin Mijatović
Yugoslavia Branko Mamula
Besim Baraliu
Milazim Shala
Korban
5 Tewas
17 Terluka
9 Tewas
4.000+ ditangkap

Latar belakang sunting

Universitas Pristina adalah titik awal dari demonstrasi mahasiswa Kosovo pada tahun 1981. Isolasi kebudayaan Kosovo dalam Yugoslavia dan kemiskinan mengakibatkan provinsi ini memiliki rasio buta aksara tertinggi di Yugoslavia. Pendidikan universitas tidak menjamin masa depan yang sukses; alih-alih melatih mahasiswa dalam karier teknis, universitas ini mengkhususkan diri dalam ilmu kebudayaan, khususnya di Albanologi, yang hampir tidak mengamankan kesempatan bekerja kecuali di lembaga kebudayaan lokal, terutama di luar Kosovo.[1] Hal Ini menciptakan rombongan pengangguran besar tetapi berpendidikan tinggi.[1]. Demonstrasi direncanakan oleh beberapa dosen dan mahasiswa: Besim Baraliu, Fehmi Lladrovci, Hashim Thaci.

Selain itu, keberadaan orang Serbia dan Montenegro di Kosovo semakin meningkatkan beban ekonomi dan sosial yang ditanggung oleh populasi mahasiswa universitas ini. Pada tahun 1981, Universitas Pristina memiliki 20.000 mahasiswa – sepersepuluh dari jumlah penduduk kota.[1]

Demonstrasi mahasiswa sunting

Demonstrasi dimulai pada tanggal 11 Maret 1981, awalnya sebagai protes skala kecil menuntut makanan kantin yang lebih baik dan peningkatan kondisi kehidupan di asrama. Lelah menunggu dalam antrean selama berjam-jam untuk makanan berkualitas buruk, mahasiswa mulai berdemonstrasi di bawah komando Besim Baraliu, yang kemudian ditangkap.[1] Dua sampai empat ribu demonstran dibubarkan oleh polisi, dengan sekitar seratus orang ditangkap.[1][2]

Protes mahasiswa kembali dilakukan dua minggu kemudian pada tanggal 26 Maret 1981, beberapa ribu demonstran semakin sering meneriakkan slogan-slogan nasionalis, dan polisi membubarkan mereka secara paksa, mengakibatkan 32 orang luka-luka.[2]

Polisi bereaksi negatif terhadap peningkatan nasionalisme di antara para pengunjuk rasa, penangkapan lebih sering dilakukan, sehingga memicu protes lebih lanjut.[2] Pada 30 Maret lalu, mahasiswa-mahasiswa dari tiga fakultas terbesar menyatakan boikot, takut akan kembalinya Rankovićisme.[2]

Peningkatan ketegangan sunting

Pada 1 April, demonstrasi melanda Kosovo, dan 17 polisi terluka dalam bentrokan dengan demonstran, setelah gagal untuk membubarkan mereka.[2] Tentara bergerak untuk mengamankan lembaga-lembaga negara, dan Mahmut Bakalli segera meminta mereka untuk mengirim kendaraan tempur ke jalanan.[2]

Dalam beberapa hari, protes atas kondisi mahasiswa berubah menjadi ketidakpuasan terhadap perlakuan mayoriyltas Serbia kepada etnis Albania, kemudian kerusuhan terjadi dan nasionalis Albania membuat beberapa tuntutan.[1][2] Tuntutan utama demonstran adalah Kosovo menjadi sebuah republik yang berada di bawah Yugoslavia, bertentangan dengan keadaan saat ini dimana Kosovo merupakan salah satu provinsi dari Serbia.[2][3]

Pihak berwenang menyalahkan demonstran sebagai nasionalis radikal – Politika edisi Mei 1982 mengatakan tujuan sebenernya dari demonstrasi ini adalah Republik Kosovo memisahkan diri dari Yugoslavia dan bergabung dengan Albania.[4] Pihak berwenang memberlakukan larangan pemberitaan asing dan lokal, tidak seperti pada demonstrasi tahun 1968 di Kosovo.[1] Beberapa pernyataan resmi yang tidak jelas, mengatakan tentang "musuh dalam dan luar negeri", memicu berbagai teori konspirasi yang memicu sentimen nasionalis di tempat lain di Yugoslavia.[1] Salah satu teori konspirasi dipromosikan oleh Azem Vllasi, yang kemudian secara terbuka membahas dugaan keterlibatan satuan keamanan Albania, Sigurimi, dalam demonstrasi ini.[1]

Tuntutan Kosovo menjadi republik ketujuh Yugoslavia secara politik tidak dapat diterima oleh Serbia dan Republik Sosialis Makedonia. Pihak Serbia melihat tuntutan ini sebagai awal pembentukan "Albania Raya" yang mencakup bagian-bagian dari Montenegro, Republik Makedonia dan Kosovo itu sendiri.

Kebuntuan terjadi di dekat Podujevo, dimana bala bantuan polisi yang datang dari Serbia Tengah dihentikan oleh demonstran Albanua yang telah menyandera penduduk lokal Serbia dan Montenegro.[2]

Akibat sunting

 
Monumen peringatan untuk dua orang yang tewas.

Partai Komunis Kosovo mengalami kekosongan, setelah beberapa tokoh-tokoh penting, termasuk presiden partai, diasingkan. Veli Deva menggantikan Bakalli.[1]

Setelah demonstrasi, dosen dan mahasiswa di Universitas Pristina dibersihkan dari orang-orang yang dianggap "separatis". 226 mahasiswa dan pekerja diadili, dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman lima belas tahun penjara. Banyak etnis Albania yang disingkirkan dari jabatan resmi, termasuk presiden universitas dan dua rektor. Mereka digantikan oleh anggota Partai Komunis garis keras. Universitas ini juga dilarang menggunakan buku teks yang diimpor dari Albania; sejak saat itu, universitas ini hanya diijinkan untuk menggunakan buku-buku yang diterjemahkan dalam bahasa Serbo-Kroasia. Demonstrasi juga mengembangkan kecenderungan politisi Serbia untuk meminta sentralisasi, kesatuan tanah Serbia, penurunan pluralisme budaya dan peningkatan perlindungan serta promosi kebudayaan Serbia.[1] Universitas dikecam oleh pimpinan komunis Serbia sebagai "benteng nasionalisme".[5]

Liga Komunis Kosovo menyatakan kerusuhan ini merupakan produk dari nasionalisme Albania. Serbia bereaksi dengan keinginan untuk mengurangi kekuatan dari etnis Albania di provinsi ini dan mengkampanyekan propaganda yang mengklaim bahwa etnis Serbia sedang didorong keluar dari provinsi ini.[6]

Pada tahun 1981, dilaporkan bahwa sekitar 4.000 etnis Serbia berencana untuk pindah dari Kosovo ke Serbia Tengah setelah kerusuhan pada bulan Maret yang mengakibatkan beberapa warga etnis Serbia tewas dan penodaan terhadap arsitektur dan kuburan Serbia Ortodoks. 33 formasi nasionalis dibubarkan oleh Kepolisian Yugoslavia dan menjatuhi hukuman kepada 280 orang serta menyita senjata dan materi propaganda.[7]

Demonstrasi di Kosovo adalah awal dari sebuah krisis mendalam di Yugoslavia yang kemudian menyebabkan pembubarannya.[2] Respon pemerintah terhadap demonstrasi mengubah wacana politik di negara ini secara signifikan mengganggu kemampuannya dalam mempertahankan diri sendiri di masa mendatang.[1]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f g h i j k l Mertus 1999.
  2. ^ a b c d e f g h i j Jović 2009.
  3. ^ Pavlović, Momčilo (26 April 2013). "1981 demonstrations in Kosovo". transconflict.com. Diakses tanggal 2013-08-13. 
  4. ^ Bulatović 1981.
  5. ^ Kostovicova 2005.
  6. ^ [[#CITEREF|]]
  7. ^ Paul Lendvai (February 5, 1982). "Police fail to crush resistance in Kosovo". London: Financial Times. 

Sumber sunting