Sejarah Sumatera Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
MichaelJLowe (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 57:
Tahun 1918 sebagai kelanjutan perguruan agama tradisional Surau Jembatan Besi berdirilah sekolah [[Sumatera Thawalib]]. Selain pendirinya H. Abdul Karim Amrullah guru lain yang berpengaruh di sekolah ini adalah Zainuddin Labai el-Yunusiah yang juga mendirikan sekolah Diniyah. Berbeda dengan Sumatera Thawalib yang terutama adalah perguruan agama sekolah Diniyah menekankan pada pengetahuan umum, seperti matematika, ilmu falak, ilmu bumi, kesehatan dan pendidikan. Kedua sekolah ini berhubungan erat.
 
Banyak tokoh pergerakan atau ulama seperti [[Ahmad Rasyid Sutan Mansur]], [[Djamaluddin Tamin]], H. Dt. Batuah, [[Rasuna Said|H.R. Rasuna Said]] dan [[HAMKA]] merupakan murid atau pernah mengajar di perguruan di PadangpanjangPadang Panjang ini.
 
Di kedua perguruan ini berkembang berbagai gagasan radikal. Pada dasawarsa 1920-an sebuah gagasan baru mulai menarik hati para murid sekolah PadangpanjangPadang Panjang: [[komunisme]]. Di PadangpanjangPadang Panjang pentolan komunis ini terutama Djamaluddin Tamin dan H. Datuk Batuah. Gagasan baru ini ditentang habis-habisan Haji Rasul yang saat itu menjadi guru besar Sumatera Thawalib.
 
Gerakan Islam Modernis ini tidak didiamkan saja oleh ulama tradisional. Tahun 1930 ulama tradisional mendirikan '''Perti''' ([[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]) untuk mewadahi sekolah Islam Tradisional.
Baris 67:
Djamaluddin Tamin sudah bergabung dengan [[PKI]] pada [[1922]]. Dalam perjalanan singkat ke Aceh dan [[Jawa]] pada tahun [[1923]] Dt. Batuah bertemu dengan Natar Zainuddin dan H. Misbach. Agaknya ia terkesan dengan pendapat H. Misbach yang menyatakan komunisme sesuai dengan Islam. Bersama Djamaluddin Tamin ia menyebarkan pandangan ini dalam koran ''Pemandangan Islam''. Natar Zainuddin kemudian kembali dari Aceh dan menerbitkan koran sendiri bernama ''Djago-djago''. Akhir tahun itu juga Djamaluddin Tamin, Natar Zainuddin dan Dt. Batuah ditangkap Belanda.
 
Setelah penangkapan tersebut pergerakan komunis malah menjadi-jadi. Tahun [[1924]] Sekolah Rakyat didirikan di PadangpanjangPadang Panjang, meniru model sekolah [[Tan Malaka]] di [[Semarang]]. Organisasi pemuda Sarikat Rakyat, Barisan Muda, menyebar ke seluruh Sumatera Barat.
Dua pusat gerakan komunis lain adalah [[Silungkang]] dan Padang. Bila di PadangpanjangPadang Panjang gerakan berakar dari sekolah-sekolah di Silungkang pendukung komunis berasal dari kalangan saudagar dan buruh tambang.
 
Sulaiman Labai, seorang saudagar, mendirikan cabang [[Sarekat Islam]] di Silungkang pada [[1915]]. Pada tahun 1924 cabang ini diubah menjadi [[Sarekat Rakyat]]. Selain itu berdiri juga cabang organisasi pemuda komunis, IPO.
Baris 81:
Meskipun komunisme menjadi sangat populer pada dasawarsa 1920-an kaum agama yang tak setuju dengan ideologi baru itu pun tetap berkembang. Awal tahun 1920 berdiri PGAI (Persatuan Guru Agama Islam) dengan tujuan mengumpulkan ulama-ulama di Sumatera Barat. Atas prakarsa H. Abdullah Ahmad tahun [[1924]] berdirilah sekolah Normal Islam di Padang. Sekolah ini dimaksudkan sebagai sekolah lanjutan, lebih tinggi daripada Sumatera Thawalib yang merupakan sekolah rendah.
 
Setelah melawat ke [[Jawa]] tahun [[1925]] dan bertemu pemimpin-pemimpin [[Muhammadiyah]] di sana Haji Rasul turut mendirikan cabang Muhammadiyah. Pertama di [[Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam|Sungai Batang]] dan kemudian di [[PadangpanjangPadang Panjang]]. Organisasi ini dengan cepat menjalar ke seluruh Sumatera Barat.
 
Muhammadiyah berperan penting dalam menentang pemberlakuan Ordonansi Guru di Sumatera Barat tahun [[1928]]. Dengan ordonansi ini guru agama diwajibkan melapor kepada pemerintah sebelum mengajar. Peraturan ini dipandang mengancam kemerdekaan menyiarkan agama. Sebelumnya Muhammadiyah di Jawa sudah memutuskan meminta ordonansi ini dicabut. Pada tanggal 18 Agustus 1928 diadakanlah rapat umum yang kemudian memutuskan menolak pemberlakuan ordonansi guru.
Baris 89:
Partai lain yang juga penting adalah [[PSII]] cabang Sumatera Barat yang berdiri tahun 1928, dan [[PNI Baru]]. PSII Sumatera Barat seperti Permi sangat kuat sikap anti-penjajahannya. Namun tidak seperti Permi yang berakar dari perguruan agama tokoh-tokoh PSII umumnya berasal dari pemimpin adat.
 
Cabang PNI Baru di [[Bukittinggi]] diresmikan [[Mohammad Hatta|Hatta]] tak lama setelah kepulangannya dari Belanda tahun 1932. Sebelumnya cabang PadangpanjangPadang Panjang sudah didirikan oleh Khatib Sulaiman.
 
[[PARI]] pimpinan Tan Malaka (didirikan di [[Bangkok]] [[1929]]) punya pengaruh cukup besar, meskipun anggotanya sendiri tidak banyak. Pengaruh PARI terutama lewat tulisan Tan Malaka yang disebarkan sampai tahun [[1936]].