Jalur kereta api Tarik–Sidoarjo: Perbedaan antara revisi

jalur kereta api di Indonesia
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi ''''Jalur kereta api Sidoarjo-Tarik''' adalah jalur kereta api yang mengbungkan Stasiun Sidoarjo dengan Stasiun Tarik. Jalur ini dahulu sudah ada sejak jaman ...'
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 21 November 2014 04.12

Jalur kereta api Sidoarjo-Tarik adalah jalur kereta api yang mengbungkan Stasiun Sidoarjo dengan Stasiun Tarik. Jalur ini dahulu sudah ada sejak jaman Belanda, dibangun oleh perusahaan kereta api Hindia Belanda Staats Spoorwegen sekitar tahun 1910-1920. Akan tetapi, jalur ini dinon-aktifkan pada tahun 1972.

Pada tahun 2006, terjadi sebuah insiden semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo. Peristiwa yang dikenal dengan Lumpur Lapindo, melumpuhkan Jalur kereta api Sidoarjo-Bangil. Karena kejadian ini, kereta api yang melintas jalur itu harus berjalan dengan taspat yang sangat pelan, yaitu sekitar 5-10 km/jam. PT Kereta Api akhirnya memutuskan untuk mengaktifkan kembali jalur ini sebagai jalur relokasi.

Pembangunan jalur ini dimulai pada tahun 2009 dan selesai sekitar tahun 2011. Rencananya, akan dibangun jalur kereta api dari Stasiun Tulangan ke Stasiun Gununggangsir sebagai jalur relokasi. Setelah selesai dibangun pada tahun 2011, jalur ini belum dilewati kereta api karena belum disertifikasi oleh Kementrian Perhubungan. Kereta api pertama melewati jalur ini terjadi pada Juli 2014. Karena terjadi sebuah tabrakan di Buduran, Sidoarjo, berberapa kereta api terpaksa dialihkan lewat jalur ini. Jalur ini secara resmi dioperasikan pada November 2014, dengan beroperasinya Kereta api Jenggala Sidoarjo-Mojokerto

Jalur Terhubung

Daftar Stasiun

Keterangan: Stasiun Prambon tidak ikut diaktifkan kembali