Merpati Nusantara Airlines: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ahmaditya Irsyad (bicara | kontrib)
Ahmaditya Irsyad (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 24:
| headquarters = [[Jakarta]], Indonesia
| key_people = Asep Eko Nugroho
| website = {{URL|http://www.www.merpati.co.id}}
}}
 
Baris 36:
Direktur Utama MNA pertama kali ditunjuk dari perwira AURI yaitu, Komodor Udara Henk Sutoyo Adiputro (menjabat sejak tahun 1962-1966) telah memimpin personel maskapai sebanyak 17 orang. Beberapa bulan kemudian di tahun [[1963]], Merpati meluncurkan penerbangan dari [[Jakarta]] ke [[Semarang]], [[Tanjung Karang]] dan [[Balikpapan]].
 
Berlanjut di Tahun [[1964]], Merpati menerima seluruh hak konsesi dan operasi, serta kepemilikan sejumlah pesawat bekas maskapai [[Belanda]], [[de Kroonduif]] dari Garuda Indonesia. Pengalihan ini dilakukan karena Garuda sedang membuat dan mengembangkan sistem operasional untuk menjadi maskapai nasional. Pesawat yang dihibahkan tersebut antara lain yaitu, tiga armada Pesawat Douglas DC-3, dua armada Pesawat De Havilland Canada DHC-3 "Twin Otter" dan satu armada De Havilland Canada DHC-2 "Beaver", otomatis membuat langkah Merpati untuk melebarkan jangkauan terpencilnya mulai terlihat dengan terlaksananya peenerbangan menuju ke Papua , [[Sumatera]], dan Nusa Tenggara.
 
Seiring pperkembangannya, Merpati melakukan restrukturisasi armada lamanya dengan menambahkan tiga armada Pesawat Dornier DO-28 dan enam Pilatus Porter PC-6. Hal ini membuat armada MNA berkembang menjadi 15 armada dengan diikuti pertambahan jumlah personil maskapai menjadi 583 orang (Pilot, Teknisi dan karyawan)
 
== MisiMasa pemerintahEkspansi ==
 
Latar belakang pendirian Merpati adalah untuk mengemban tugas dan misi dari pemerintah. Namun, sejakPada tahun [[1966]], Merpati mulaidibawah mengkomersialkanarahan diri,Direktur di bawah DirutUtama Capt. [[R.B. Wibisono]] ([[1966]]-[[1967]]). Padamemfokuskan masadaerah inioperasional juga, perusahaan memperluas wilayah operasinyamaskapai di [[Papua]] dandengan membeli tiga pesawat Pilatus Porter. Misinya,Bertepatan berupadengan penerbangan-penerbanganprosesi perintis,penyerahan tetapIrian dijalankan.Barat Merpati(nama punPapua menerimasaat bantuanitu), [[PBB]] memberikan tiga Twinarmada DHC-3 Otter darikepada [[PBB]]Merpati atas dukungannya dalam menghubungkan Papua melalui sistem transportasi udara.
 
PadaDiganti masaoleh Marsekal Pertama Udara [[Santoro Suharto]] ([[1967]]-[[1975]]). Pada saat itu, terlihatterdapat kemungkinan Merpati bisa beroperasi secara mandiri. Maka,(Tanpa pemerintahberkoordinasi dengan Merpati sebagai satu-satunya maskapai penghubung daerah perintis) Pemerintah daerah mengurangi subsidi operasioperasional penerbangan perintis. Namun, ternyataOtomatis, pengurangan subsidi tersebut menimbulkan masalah keuangan yang cukup pelik karena penerbangan komersialnya belum beroperasiberkembang dengan merata di semua daerah dan diakibatkan oleh Sistem Operasional Maskapai yang belum tertata dengan mantaprapi.
 
Akhirnya, mau tak mau, Pemerintah turun tangan lagi, dengan memberinyamemberi konsesi untuk ikut ambil bagian dalam menjalankan penerbangan jarak jauh (trunk operation), jarak sedang (semi trunk), dan jarak dekat (federlinefeederline operation). UntukMenghadapi mendukungrencanA operasinya ituini, Merpati menambah armada dengan tujuh [[DC-3|DakotaDouglas DC-3]], yang dibeli dari [[Australia]] dan Garuda. Pesawat-pesawat ini dipakai untuk menerbangi rute di [[Nusa Tenggara Timur]] yang ditinggalkan Garuda. Sementara itu, penerbangan jarak jauh dan menengah baru dilaksanakan tahun [[1970]].
 
Guna meningkatkan efisiensi produksi, dan menjalankan tiga kelompok jalur niaganya, Merpati menambah armada dengan empat Vickers Viscount 828, tiga YS-11, dan dua HS-748. Sebagian dari pesawat-pesawat ini ada yang menerbangi rute internasional, seperti [[Pontianak]]-[[Kuching]] ([[Serawak]],[[Malaysia]]) dan [[Palembang]]-[[Singapura]]. Di bawah Santoso pula, Merpati menjalin kerjasama dengan sejumlah perusahaan penerbangan nasional dan internasional. Merpati menyerahkan seluruh pesawat Dakota-nya kepada [[PT Suryadirgantara]], untuk dioperasikan bersama. Selain itu, dalam meningkatkan pelayanan dan kinerja usaha, Merpati bekerjasama dengan sejumlah airlines asing, seperti [[Japan Airlines|Japan Air Lines]], [[Qantas]], [[Thai Airways International]], [[Lufthansa]], [[Olympic Airlines|Olympic Airways]], [[Trans Australia Airlines]], dan [[China Airlines]]. Kerjasama tersebut, salah satunya berupa kesepakatan dalam hal ticketing. Dengan menggunakan tiket Merpati, penumpang dapat terbang dengan airlines asing tersebut.