G.K.R. Mangkubumi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Infobox royalty
|name= Ratu Pembayun
|title= Gusti Kanjeng Ratu
|full name= [[Gusti Kanjeng Ratu Pembayun]]
|image =Ratu_PembayunGusti Kanjeng Ratu Pembayun.jpgpng
|caption=RatuFoto Pembayunresmi OctoberGusti 2011Kanjeng Ratu Pembayun.
|spouse = [[Pangeran Wironegoro]]
|issue= Raden Ajeng Artie Ayya Fatimasari<br />Raden Mas Drasthya Wironegoro
Raden Mas Drasthya Wironegoro
|house= [[Hamengkubuwono]]
|father=[[Sri Sultan Hamengkubuwono X]]
Baris 14 ⟶ 13:
|birth_place= [[Bogor]], [[Indonesia]]
}}
'''Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun''' ({{lahirmati|[[Bogor]]|24|2|1972}}) adalah putri pertama dari pasangan [[Sri Sultan Hamengku BuwonoHamengkubuwono X]] dengan [[Gusti Kanjeng Ratu Hemas]] dari [[Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]].
 
==Masa Kecilkecil dan Pendidikanpendidikan==
Ratu Pembayun dibesarkan di Yogyakarta hingga usia SMA. Beliau sekolah di [[SMA BOPKRI 1 Yogyakarta]] sebelum akhirnya pindah sekolah ke Singapore di [[International School of Singapore]]. Setelah Lulus SMA, beliau melanjutkan pendidikanya di beberapa college di California sebelum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di [[Griffith University]] Brisbane, [[Queensland]], [[Australia]].
 
==Pernikahan==
Ratu Pembayun menikah dengan [[Pangeran Wironegoro]] pada tanggal 28 Mei 2002. Berhubung beliau adalah putri tertua, maka pernikahan tersebut mendapat banyak perhatian dari publik. Pernikahan ini juga menjadi acuan bagi pernikahan-pernikahan adik-adiknya.
 
Sebelum menikah, sesuai dengan adat keraton, calon pengantin wanita menerima gelar dan nama baru dari sebelumnya Gusti Raden Ajeng Nurmalitasari menjadi [[Gusti Kanjeng Ratu Pembayun]]. Pemberian gelar ini dilangsungkan melalui upacara wisuda yang digelar di keraton Yogyakarta. Sementara itu calon pengantin pria mendapat gelar [[Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro]]. Pada saat yang bersamaan, Ratu Pembayun juga diangkat sebagai pemimpin kegiatan keputren dan seluruh putri keturunan Sultan HBHamengkubuwono X.<ref>http://news.liputan6.com/read/33704/gra-nurmalitasari-menyandang-gelar-baru</ref>
 
Rentetan acara pernikahan diawali dengan prosesi "Nyantri" ,<ref>http://www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2002/5/28/n2.htm</ref> dimana calon pengantin pria [[Nieko Messa Yudha]] yang sebelumnya telah diberi gelar [[Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro]] mulai masuk ke Keraton pada tanggal 27 Mei 2002.
 
Sesuai dengan adat yang berlaku di Keraton, Sri Sultan Sendiri yang menikahkan puterinya dengan [[KPH Wironegoro]]. Prosesi "panggih" pernikahan dihadiri oleh pejabat tinggi negara, termasuk Presiden [[Megawati Soekarnoputri]] serta Duta-duta besar perwakilan negara-negara sahabat.<ref>http://www.tempo.co/read/news/2002/05/28/05811565/Presiden-dan-Pejabat-Tinggi-Negara-Hadiri-Pernikahan-Puteri-Sultan-HB-X</ref>. Sebagai Putri Raja, Ratu Pembayun melewati prosesi "pondongan" dalam prosesi panggih dimana mempelai pria dibantu salah seorang paman dari mempelai wanita [[GBPH Yudhaningrat]] memondong (mengangkat) mempelai wanita sebagai simbol "meninggikan" posisi seorang istri. Beberapa berita melaporkan bahwa prosesi panggih ini diliputi oleh suasana "magis" berkaitan dengan angin kencang yang bertiup di dalam tembok keraton serta petir yang menggelegar di siang hari bolong<ref>http://www.pda-id.org/library/index.php?menu=library&act=detail&gmd=Artikel&Dkm_ID=20020120</ref>
Baris 44 ⟶ 43:
Sebagai aktivis di bidang sosial, GKR Pembayun pernah mendapatkan penghargaan "Wanita Tak Terpatahkan" (Sunsilk Unbreakable Woman) atas usahanya untuk memberdayakan perempuan di desa-desa.<ref name="an">[http://www.antaranews.com/print/83092/blaze-at-sufi-shrine-triggers-violence-in-indian-kashmir Antaranews.com: GKR Pembayun Terima "Perempuan Tak Terpatahkan"].</ref>
 
===Aktivitas Politikpolitik===
{{Templat: Keluarga Kerajaan Yogyakarta}}
Saat suaminya [[KPH Wironegoro]] mengawali kiprahnya di dunia politik, banyak pertanyaan apakah Ratu Pembayun akan mengikuti jejak suami dan ibunya. Pembayun menepis pertanyaan tersebut dengan menyatakan beliau lebih nyaman di pekerjaan sosial.<ref name="matawanita.com"/><ref>http://www.harianjogja.com/baca/2013/02/08/gkr-pembayun-emoh-berpartai-377147</ref>
Baris 67 ⟶ 66:
* 2012 - sekarang Pusat Penyelamatan Satwa Jogya (PPSJ)
 
==Peranan di Keratonkeraton==
Sebagai Putri tertua dan Lurah Putri di lingkungan Kraton, Ratu Pembayun bertugas mengharmoniskan hubungan dengan adik-adiknya dan keluarga besar Keraton pada umumnya.<ref>http://www.koran-sindo.com/node/328807</ref> Jabatanya sebagai salah satu Penghageng juga menuntutnya untuk memimpin beberapa upacara adat di lingkungan Keraton seperti "Tumpak Wajik", "Persi Burak" juga beberapa upacara adat yang menjadi rangkaian prosesi pernikahan adik-adiknya Ratu Hayu dan Ratu Bendara.
 
Menurutnya Keratonkeraton sebagai pusat kebudayaan harus menjadi saringan dari pengaruh modernisasi yang tidak sesuai dengan budaya kita. Pada saat yang sama Keraton juga harus membuka diri dengan kemajuan zaman. Saat ditanya mengenai suksesi di lingkungan keraton, beliau menjawab "tergantung Bapak Saja".<ref>http://kabare.jogja.com/?a=b1R5L0ZlWjNWRi9JblVkUmhOIHk%3D%3D</ref>
 
Salah satu bentuk dari usaha melestarikan budaya terwujud dalam keaktivan Ratu Pembayun dalam olah tari. Beliau adalah penari keraton andalan bersama adik-adiknya [[Ratu Condrokirono]] dan [[Nurastuti Wijareni|Ratu Bendoro]].