Masjid Al-Qana Taman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambahkan Kategori:Makam di Indonesia menggunakan HotCat
Zekti (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{tone}}
{{rapikan}}
Masjid yang bangunan utamanya terbuat dari kayu jati dengan ukuran cukup besar yang ada di Kelurahan/Kecamatan Taman, Kota Madiun dikenal para jemaah dan pengunjung sebagai Masjid Besar Kuno Madiun. Jarang yang mengetahui jika masjid yang dibangun oleh Kiai Ageng Misbach tahun 1754 itu semula bernama Masjid Donopuro.
 
'''Makam dan Masjid Kuno Taman''' adalah peninggalan sejarah yang berada di Kelurahan [[Taman, Taman, Madiun|Taman]], [[Kota Madiun|Madiun]]. Nama lain dari masjid ini adalah Masjid Donopuro atau Masjid Besar Kuno Madiun.
Dalam sejarahnya, Masjid Donopuro didirikan di tanah [[perdikan]] (daerah bebas pajak) dari Kerajaan Mataram yang diberikan kepada Kanjeng Pangeran Ronggo Prawirodirjo I yang saat itu menjabat Bupati Wedono Timur (Monco Negari Timur) Kerajaan Mataram Bagian Timur Gunung Lawu.
 
==Sejarah==
Selanjutnya, tanah perdikan dengan otonomi khusus itu diserahkan kepada Kanjeng Raden Ngabehi Kiai Ageng Misbach yang saat itu menjadi penasihat Kanjeng Pengeran Ronggo Prawirodirjo I.
Masjid ini dibangun oleh Kiai Ageng Misbach atau Kiai Donopuro tahun [[1754]]. Masjid yang semula bernama Masjid Donopuro ini didirikan di tanah [[perdikan]] (daerah bebas pajak Kerajaan Mataram. Wilayah ini diberikan kepada Kanjeng Pangeran Rangga Prawirodirjo I yang saat itu menjabat bupati wedana timur (Manca Negari Timur), [[Kerajaan Mataram]] di sebelah timur [[Gunung Lawu]]. Selanjutnya, tanah perdikan itu diserahkan kepada Kanjeng Raden Ngabehi Kiai Ageng Misbach yang saat itu menjadi penasihat Kanjeng Pengeran Ronggo Prawirodirjo I.
 
Melalui masjid ini, syiar agama Islam di wilayah [[Karesidenan Madiun]] terjadi.
“Memang tak banyak yang mengetahui dulu nama asli Masjid Besar Kuno Madiun ini Masjid Donopuro. Hal itu sesuai dengan julukan pendirinya, yakni Kiai Ageng Misbcah yang memiliki sebutan Kiai Donopuro,” terang, Raden Mas Suko Pramono, keturunan ketujuh Kanjeng Pengeran Ronggo Prawirodirjo I ini kepada Surya, Kamis (3/9).
 
Baru setelahSetelah masjid kunokuna yang dikelilingi makam para mantan bupati Madiun ini masuk dalam daftar peninggalan [[cagar budaya]] tahun 1981 silam, maka namanya pun diganti menjadi Masjid Besar Kuno Madiun.
Menurut Mas Suko Pramono, melalui masjid kuno yang beratap joglo dengan tiga pintu masuk utama inilah syiar agama Islam di wilayah Karesidenan Madiun terjadi.
 
==Arsitektur==
Lelaki yang akrab dipanggil Raden Suko ini menyebutkan sejumlah tradisi ke-Islaman yang saat itu menjadi sarana syiar agama di antaranya perayaan 1 Muharam yang diwarnai dengan pembacaan Al Qur’an serta sajian makanan jenang sengkolo, nasi liwet, sayur bening, dan lauk-pauk tradisional seperti tahu dan tempe.
Masjid yang bangunan utamanya terbuat dari kayu jati dengan ukuran cukup besar. Bangunan ini beratap [[tajug]] dengan tiga pintu masuk utama.
Raden Suko menjelaskan, sampaiSampai saat ini masjid kuno tersebut tidak pernah direnovasi sama sekali, kecuali hanya penambahan kanopi jika jemaah membeludak.
 
Di komplek masjid ini terdapat makam para mantan bupati Madiun, mulai dari Kanjeng Pangeran RonggoRangga Prawirodirjo I dan penasihatnya Kiai Ageng Misbach, hingga sejumlah bupati Madiun penerusnya.
Dijelaskan, sayur bening yang disajikan pada malam 1 Muharam memiliki arti kebeningan jiwa. Sedangkan nasi liwet berarti kebeningan atau kejernihan jiwa itu diharapkan dapat mengental di hati.
 
==Tradisi==
Jenang sengkolo memiliki arti adanya harapan agar dijauhkan dari musibah. Sedangkan lauk tahu tempe mewakili makanan khas yang digemari rakyat kebanyakan.
Dahulu di masjid ini dilaksanakan sejumlah tradisi yang menjadi sarana syiar agama. Tradisi tersebut antara lain perayaan 1 [[Muharam]] yang diwarnai dengan pembacaan Al Qur’an serta sajian makanan [[jenang]] sengkala, [[nasi liwet]], [[sayur bening]], dan lauk-pauk tradisional seperti [[tahu]] dan [[tempe]]. Sayur bening memiliki arti kebeningan jiwa. Sedangkan nasi liwet berarti kebeningan atau kejernihan jiwa itu diharapkan dapat mengental di hati. Jenang sengkala memiliki arti adanya harapan agar dijauhkan dari musibah. Lauk tahu tempe mewakili makanan khas yang digemari rakyat kebanyakan.
 
Selain menyajikan aneka makanan tersebut bagi jemaah dan warga sekitar, masjid juga menggelar seni Gembrunggembrung, berupa senandung sholawat[[shalawat]] yang diiringi alat musik sejenis jidor dan lesung (alat untuk menumbuk padi). Namun sekarang seni itu sudah hampir musnah dan tidak pernah diadakan lagi. Yang masih tersisa adalah Grebeg Bucengan (tumpengan) saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
 
==Rujukan==
“Namun sekarang seni itu sudah hampir musnah dan tak pernah diadakan lagi. Yang masih tersisa adalah Grebeg Bucengan (tumpengan) saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW,” ungkap lelaki berusia 44 tahun ini.
* Harian Surya
 
Tak Direnovasi
Raden Suko menjelaskan, sampai saat ini masjid kuno tersebut tidak pernah direnovasi sama sekali, kecuali hanya penambahan kanopi jika jemaah membeludak.
 
Dikatakan, baik bangunan dalam masjid maupun pendopo joglo masjid merupakan bangunan utama masjid kuno tersebut.
 
Di komplek masjid ini terdapat makam para mantan bupati Madiun, mulai dari Kanjeng Pangeran Ronggo Prawirodirjo I dan penasihatnya Kiai Ageng Misbach, hingga sejumlah bupati Madiun penerusnya.
Asmunadi, 47, warga Kelurahan/Kecamatan Taman, Kota Madiun, mengaku tak pernah tahu kalau masjid tersebut memiliki nama asli Masjid Donopuro.
 
“Sudah bertahun-tahun saya menjadi jemaah di sini, saya tidak tahu kalau nama asli masjid ini Masjid Donopuro. Umumnya warga menyebut Masjid Kuno Taman atau Masjid Kuno Madiun,” kata Asmunadi sebelum mengikuti berbuka bersama di masjid tersebut.
 
[[Kategori:Masjid di Jawa Timur]]
[[Kategori:Makam di Indonesia]]
[[Kategori:Benda Cagar Budaya di Indonesia]]