Kota Medan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 41:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Chinese erepoort op Kesawan tijdens de viering van het vijfentwintigjarig regeringsjubileum van Koningin Wilhelmina TMnr 60024750.jpg|thumb|220px|Daerah Kesawan tahun 1920-an]]
 
Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang [[Tionghoa]] dan [[Suku Jawa|Jawa]] sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun [[1880]] perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang [[Suku Minangkabau|Minangkabau]], [[Suku Mandailing|Mandailing]] dan [[Suku Aceh|Aceh]]. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, & menjadi [[guru]] dan [[ulama]].
 
Sejak tahun [[1950]], Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha18,53km2 menjadi 26.510 ha265,1km2 di tahun [[1974]]. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali18x lipat.
 
== Pemerintahan ==