Fatahillah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
artikel bermasalah
Baris 3:
 
== Latar belakang ==
Ada beberapa pendapat tentang asal Fatahillah. Satu pendapat{{siapa}} mengatakan ia berasal dari [[Pasai]], [[Aceh Utara]], yang kemudian pergi meninggalkan Pasai ketika daerah tersebut dikuasai Portugis. Fatahillah pergi ke [[Mekah]], lalu ke tanah Jawa, [[Demak]], pada masa pemerintahan Raden Trenggono.{{fact}} Ada pendapat lain yang mengatakan{{siapa}} bahwa Fatahillah adalah putra dari raja Makkah (Arab) yang menikah dengan putri [[kerajaan Pajajaran]].{{fact}} Pendapat lainnya lagi mengatakan{{siapa}} Fatahillah dilahirkan pada tahun [[1448]] dari pasangan Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar [[Mesir]] keturunan Bani Hasyim dari Palestina, dengan Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran, Raden Manah Rasa.{{fact}}
 
Ada sumber sejarah yang mengatakan{{siapa}} sebenarnya ia lahir di Asia Tengah (mungkin di Samarqand), menimba ilmu ke Baghdad, dan mengabdikan dirinya ke Kesultanan Turki, sebelum bergabung dengan Kesultanan Demak.{{fact}}
 
== Hubungan antara Sunan Gunung Jati dan Fatahillah ==
Penelitian terakhir{{siapa}} menunjukkan Sunan Gunung Jati tidak sama dengan Fatahillah. [[Sunan Gunung Jati]] (SGJ) adalah seorang Ulamaulama Besarbesar dan Muballighmuballigh yang lahir turun-temurun dari para Ulamaulama keturunan cucu [[Nabi Muhammad SAW]], Imam Husayn.{{fact}} Nama asli SGJSunan Gunung Jati adalah [[Syarif Hidayatullah]] putra Syarif Abdullah putra Nurul Alam putra Jamaluddin Akbar.{{fact}} Jamaluddin Akbar adalah Musafir besar dari Gujarat, India yang memimpin putra-putra dan cucu-cucu nyacucunya berdakwah ke Asia Tenggara, dengan Campa (pinggir delta Mekong, Kampuchea sekarang) sebagai markas besar.{{fact}} salahSalah satu putra Syekh Jamaluddin Akbar (lebih dikenal sebagai [[Syekh Maulana Akbar]],SMA) adalah [[Syekh Ibrahim Akbar]] (ayahandaayah [[Sunan Ampel]]).{{fact}}
 
<!--{{tone}}
Bakat keruhaniyan dan kepemimpinan SMA tampak jelas turun ke dalam diri SGJ. Sehingga bagi kaum Sufi beliau (SGJ) adalah pemimpin spiritual hingga kini untuk wilayah nusantara, sedangkan bagi sejarawan SGJ adalah peletak dasar [[Kesultanan Cirebon]] dan Banten. -->
 
Sedangkan Fatahillah adalah seorang Panglima Pasai, bernama Fadhlulah Khan (F Kh), orang Portugis melafalkannya sebagai Falthehan. Ketika Pasai dan Malaka direbut Portugis,beliau ia hijrah ke tanah Jawa untuk memperkuat armada kesultanan-kesultanan Islam di Jawa (Demak, Cirebon dan Banten) setelah gugurnya Raden Abdul Qadir bin Yunus ([[Pati Unus]], menantu Raden Patah Sultan Demak pertama).
 
Dalam wawancara dengan majalah Gatra di akhir dekade 90, alm. Sultan Sepuh Cirebon juga mengkonfirmasi perbedaan 2 tokoh besar ini dengan menunjukkan bukti 2 makam yang berbeda. Syarif Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati sebenarnya dimakamkan di Gunung Sembung, sementara Fatahillah (yang menjadi menantu beliau dan Panglima Perang pengganti Pati Unus) dimakamkan di Gunung Jati.
Baris 18 ⟶ 19:
Menurut [[Saleh Danasasmita]] sejarawan Sunda yang menulis sejarah [[Pajajaran]] dalam bab [[Surawisesa]], Fadhlullah Khan masih berkerabat dengan Walisongo karena kakek buyut beliau Zainal Alam Barakat adalah adik dari Nurul Alam Amin (kakek Sunan Gunung Jati) dan kakak dari Ibrahim Zainal Akbar (ayahanda Sunan Ampel) yang semuanya adalah putra-putra Syekh Maulana Akbar dari Gujarat,India.
 
<!--tanpa sumber
«Ada 2 kemungkinan datangnya Fadhlullah Khan dari [[Pasai]].»
 
Baris 24 ⟶ 26:
Kemungkinan ke 2 adalah, beliau tidak ikut perang Malaka 1513 & 1521, tapi sudah hijrah lebih dulu ke tanah Jawa setelah jatuhnya Pasai 1512, 9 tahun kemudian diangkat oleh Sunan Gunung Jati menggantikan Pati Unus yang gugur setelah dinikahkan dengan Ratu Ayu, putri Sunan Gunung Jati yang ditinggal Pati Unus.
 
Analisa kami<!--???--> mengkompromikan 2 kemungkinan diatas adalah setelah jatuhnya Malaka (1511) kemudian Pasai (1512), bisa dikatakan seluruh tokoh besar dan para Panglima Muslim dari Pasai dan Malaka yang selamat kemudian hijrah ke tanah Jawa sebagai satu-satunya basis Kerajaan Islam yang masih exist (di Asia Tenggara) dan sangat aneh bila kemudian tidak ikut bergabung dengan Armada Islam tanah Jawa pimpinan Pati Unus dalam ekspedisi 1521 yang sangat besar, selain karena dendam yang belum terlampiaskan terhadap Portugis, juga para Tokoh dan Panglima Pasai dan Malaka (yang dalam pengasingan di tanah Jawa) bila tak ikut kewajiban Jihad pasti akan dikucilkan.\
Di Demak dan Cirebon, F Kh mendapat gelar [[Wong Agung Pasai]], di Banten dapat gelar [[Tubagus Pasai]].
 
Baris 32 ⟶ 34:
 
Setelah kemenangan ini F Kh diangkat Sunan Gunung Jati sebagai Penasehat Kesultanan Cirebon, sedangkan kota Jayakarta diserahkan ke menantu FKh, yaitu [[Tubagus Angke]]. Setelah wafatnya Tubagus Angke diserahkan kepada putra beliau yaitu [[Pangeran Jayakarta]] yang kemudian pada 1619 karena kalah dalam konflik dengan [[VOC]], meninggalkan Jayakarta yang [[dibumihanguskan]] yaitu pemusnahan dengan cara pembakaran barang,gedung,bangunan agar tak dapat dipakai oleh musuh.
-->
 
{{indo-bio-stub}}