Priayi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k tebalkan judul pada intro
Menambah informasi
Baris 4:
 
Istilah priyayi menjadi terkenal saat [[Clifford Geertz]] melakukan penelitian tentang masyarakat [[Jawa]] pada tahun 1960-an, dan mengelompokkan masyarakat Jawa ke dalam tiga golongan: priyayi, [[santri]] dan [[abangan]]. Kelompok santri digunakan untuk mengacu pada orang yang memiliki pengetahuan dan mengamalkan agama. ''Abangan'' digunakan untuk mereka yang bukan priyayi dan juga bukan santri. Namun penggolongan ini tidaklah terlalu tepat, karena pengelompokkan priyayi - non priyayi adalah berdasarkan garis keturunan seseorang, sedangkan pengelompokkan santri - abangan dibuat berdasarkan sikap dan perilaku seseorang dalam mengamalkan agamanya (Islam). Dalam realita, ada priyayi yang santri dan ada pula yang abangan, bahkan ada pula yang non muslim.
 
==Etimologi==
Kata ''priyayi'' konon berasal dari dua kata Jawa ''para'' dan ''yayi'' yang secara harafiah berarti "para adik". Yang dimaksud adalah para adik raja.
 
Namun menurut [[S.O. Robson|Robson]] ([[1971]]) kata ini bisa pula berasal dari kata [[bahasa Sansekerta|Sansekerta]] ''priyā'', yang berarti kekasih.
 
{{stub}}
 
==Bibliografi==
*[[Clifford Geertz]], [[1961]], ''[[The Religion of Java]]'', Glencoe, [[Illinois]]: Free Press.
*[[S.O. Robson]], [[1971]], ''Wangbang Wideha''. [[Den Haag|The Hague]]: Martinus Nijhoff.
 
[[kategori:Jawa]]