Stasiun Madiun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 54:
Untuk mendukung distribusi hasil bumi tersebut, diperlukan sistem transportasi terpadu, terutama pada sektor perkeretaapian. Pada 1873, Pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan [[konsesi]] izin pembangunan jalur kereta api lintas [[Stasiun Surabaya Kota|Surabaya]]–[[Stasiun Solo Jebres|Solo]] dan [[Jalur kereta api Madiun–Ponorogo|Madiun–Ponorogo]]—seperti yang disebutkan dalam buku ''Spoorwegen op Java'' (1873).<ref>{{Cite book|title=Spoorwegen op Java|last=Pincoffs|first=L. dkk.|publisher=Commissie voor de Spoorwegen op Java|year=1873|isbn=|location=Rotterdam|pages=}}</ref> Jalur kereta api Surabaya–Madiun selesai dibangun pada 1 Juli 1882, kemudian dilanjutkan menuju [[Stasiun Ngawi|Paron]] hingga selesai pada 2 Juli 1883.<ref>{{Cite book|title=Statistiek van het vervoer op de spoorwegen en tramwegen met machinale beweegkracht in Nederlandsch-Indië|last=Staatsspoorwegen Ned. Indië|publisher=Burgerlijke Openbare Werken|year=1896|isbn=|location=Batavia|pages=}}</ref>
 
[[File:KITLV A210 - Werkspoor met stoomlocomotief te Madioen, KITLV 77719.tiff|jmpl|kiri|Lokomotif SS 714/C5009 diputar di atas meja putar Stasiun Madiun, sekitar tahun 1916–1919]]
 
Stasiun Madiun merupakan stasiun besar yang dilengkapi [[depo lokomotif]] dan [[balai yasa]] di sisi utara yang dikhususkan untuk penyimpanan dan perawatan [[lokomotif uap]], serta merupakan stasiun satu sisi dengan bangunan utama yang terletak sejajar dengan rel dan emplasemen. Sebagian besar bangunan stasiun, baik bangunan utama maupun emplasemen, telah mengalami renovasi setelah mengalami kerusakan saat [[Pemberontakan PKI 1948|Peristiwa Madiun]] sehingga ciri khas bangunan lama tidak terlihat.<ref>{{Cite book|title=Seoper Oeap di Djawa Tempo Doeloe|last=Raap|first=Olivier Johannes|date=2017|publisher=KPG|isbn=978-602-424-369-2|location=Jakarta|pages=60|url-status=live}}</ref>