Sejarah pemikiran evolusi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Romawi: Perbaikan terjemahan |
→Romawi: Perbaikan terjemahan |
||
Baris 46:
{{quote|Lantaran mana ada orang berakal yang menyangka bahwa hari pertama, hari kedua, dan hari ketiga, serta malam dan siang, dapat wujud tanpa ada matahari, bulan, dan bintang-bintang? Dan bahwa hari pertama, seolah-olah benar demikiannya, dapat wujud tanpa ada langit? Siapa yang sedemikian dungu menyangka Allah, laksana juru tani, membina firdaus di Eden, nun jauh di timur, dan menumbuhkan di dalamnya sebatang pohon hayat, yang kasatmata lagi teraba nyata, sehingga barang siapa mengecap buahnya dengan gigi jasmani, maka hayatlah yang ia dapati? Dan bahwasanya orang turut ambil bagian dalam kebajikan dan kedurjanaan dengan mengunyah apa-apa yang dipetik dari pohon itu? Dan kalau dikisahkan bahwa Allah berjalan-jalan di firdaus kala sore, sementara Adam sembunyi diri di balik pohon, aku kira tidak ada orang yang meragukan bahwa kisah-kisah ini secara kias menyiratkan rahasia-rahasia tertentu, sejarah mewujud nyata secara lahiriah, bukan secara harfiah.|Origen, ''[[De Principilis]]'' [http://www.newadvent.org/fathers/04124.htm IV.16]}}
Pada abad keempat masehi, uskup dan teolog [[Agustinus dari Hippo]] mengikuti Origenes dengan berpendapat bahwa kisah penciptaan Kitab Kejadian tak harus dibaca terlalu harfiah. Dalam bukunya ''De Genesi ad litteram'' (''Tentang Pengartian Harfiah Kitab Kejadian''), ia menyatakan bahwa dalam beberapa kasus, makhluk-makhluk baru dapat
[[Henry Fairfield Osborn]] menulis dalam ''From the Greeks to Darwin'' (1894):
{{quote|"
Dalam ''[[A History of the Warfare of Science with Theology in Christendom]]'' (1896), [[Andrew Dickson White]] menulis tentang upaya Agustinus untuk menyajikan kesepakatan evolusioner kuno untuk penciptaan sebagai berikut:
|