Mahasthawira Vajragiri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
LabdajiwaBot (bicara | kontrib)
k Bhiksu -> Biksu
Baris 9:
|}}
 
'''Mahasthavira Vajragiri''', juga dikenal sebagai '''Bhante Obat''' atau '''Romo Thedja''', adalah seorang [[bhiksubiksu]] yang semasa hidupnya aktif dalam berbagai pelayanan. Ia selalu mengajarkan hidup sederhana dan berbakti kepada orang tua. Selain pelayanan dharma, ia juga memberikan pelayanan kemanusiaan dengan membagi-bagikan obat kepada masyarakat tidak mampu.
 
Dia dikenal sebagai bhiksubiksu yang sangat tepat waktu. Siapapun yang sudah membuat janji dengannya tidak akan berani datang terlambat karena akan ia tinggalkan.<ref name="Buddhayana">Buddhayana.or.id. Unduh=16 Maret 2013. [http://www.buddhayana.or.id/berita.php?Lang=lnd&ID=94 Riwayat Singkat Mahasthavira Vajragiri]</ref>
 
== Biografi ==
Baris 31:
Setelah menjabat sebagai ketua wihara selama 10 tahun, [[Ashin Jinarakkhita|Su Kong]] menganjurkannya untuk melepaskan jabatan tersebut untuk menjadi [[sangha]] monastik. Ia diperkenalkan kepada Bhante Dewadharmaputra yang menjadi guru pembimbing dia. Sebelumnya, Bhante Vajragiri mewariskan sebuah usaha kepada istrinya agar dapat hidup mandiri.
 
Romo Thedja ditahbiskan sebagai samanera di [[Yogyakarta]] pada tanggal 24 Oktober 1987 pukul 05.00 WIB dengan guru penahbis Maha Nayaka Sthavira [[Ashin Jinarakkhita]] dan guru pembimbing almarhum Rshi Sthavira Jinnaphalo yang diwakili Rshi Sthavira Dewadharmaputra. Mulanya Bhante Vajragiri merasa heran, mengapa [[Ashin Jinarakkhita|Su Kong]] memilihkan seorang bhiksubiksu yang sudah almarhum sebagai guru pembimbingnya. Akhirnya ia menyadari, Su Kong menilai pribadinya yang keras dan tidak segan-segan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap siapapun (termasuk kepada gurunya) jika suatu hal menurutnya tidak benar.
 
Ia menerima ''upasampada'' (penahbisan penuh) sebagai seorang [[bhiksubiksu]] di Wihara Sakyawarman, [[Pacet, Cianjur]] pada tanggal 8 Desember 1987, pukul 08.00 WIB, dengan ''upajjhaya'' Maha Nayaka Sthavira [[Ashin Jinarakkhita]].
 
=== Sakit fisik hingga akhir hayat ===
Baris 55:
Tjing San seringkali berlatih meditasi di bawah bimbingan Su Kong dengan hanya makan bubur putih yang tawar. Pada saat berlatih selama 30 hari di Wihara Sakyawanaram, pada hari ke-23 dia memperoleh pengalaman spiritual: ia merasa seperti dilempar seperti bola oleh sesosok yang tak kasat mata. Ia juga memperoleh berbagai godaan seperti rasa kantuk, aroma masakan yang tidak kasat mata, dan wanita. Pada saat bermeditasi bersama '''Bhiksu Li Bun Sui''' dan Bapak '''Beng Guan''', ia mendapat makanan dari bau dedaunan yang ada di sekitar tempat meditasi.
 
Setelah menjadi seorang bhiksubiksu, Bhante Vajragiri sempat bertemu muka dengan Yang Mulia [[Dalai Lama XIV]] di India. Setiap tahunnya ia mengikuti retret sebanyak dua sampai tiga kali dan melatih diri hanya mengonsumsi makanan tawar tanpa garam. Ia juga banyak menghasilkan karya yang sangat membantu umat Buddhis maupun masyarakat secara umum hingga di akhir hayatnya. Suatu ketika ia terjatuh akibat terpeleset, saat mencari tempat berteduh dari hujan bersama dengan salah seorang anak asuhnya. Saat itu ia sedang membagi-bagikan obat kepada penduduk Lampung yang membutuhkan. Awalnya Bhante Vajragiri bersama anak asuhnya hendak berteduh pada suatu pondok di seberang parit kecil; tetapi saat melompati parit, pijakannya kurang jauh sehingga tumitnya terluka. Luka tersebut diperparah penyakit [[diabetes]] yang ia idap sehingga mengharuskannya beristirahat cukup lama dari aktivitas kemanusiaan.
 
== Buah karya ==
Baris 85:
Bhante selalu memberikan nasihat untuk hidup sederhana serta berbakti kepada orang tua. Ia selalu berusaha mencari cara hidup hemat; di saat usia tua mengharuskannya untuk mandi air hangat, ia menjerang air dalam cerek kemudian merendam cerek itu dalam bak berisi air hingga hangat, sementara air dalam cerek bisa digunakan untuk minum. Ia juga selalu memberikan wejangan berupa jasa-jasa orang tua dalam setiap ceramahnya.
 
Bagi para [[bhiksubiksu]] muda, ia menjadi teladan yang ketat menjalankan sila. Selain tidak makan setelah lewat tengah hari, ia juga ber[[vegetarian]]. Seorang siswi, '''Bhiksuni Girikshanti''', mengungkapkan:
:"Saya melihat bhante adalah sosok yang tegas sebagai guru, juga sosok yang sangat berwibawa. Kalaupun kita melakukan kesalahan yang tanpa kita sadari, dia akan menegur dengan bijaksana. Bhante Vajragiri adalah seorang guru yang sangat bijaksana dengan disiplin yang tinggi. Kepeduliannya teramat mendalam terhadap mereka yang ada di daerah-daerah terpencil. Saat dia sakit pun masih memikirkan membagikan obat bagi umat yang ada di daerah. Bhante pernah mengatakan 'kita hidup jangan mementingkan diri sendiri, bagaimana hidup kita bisa bermanfaat untuk orang lain. Kalau kita tidak dapat memberi setidaknya kita tidak membuat makhluk lain menderita'. Perhatian bhante kepada kami siswa-siswanya seperti seorang ayah kepada anak. Saat umat berdanamakan atau dia diundang makan di luar, kalau saya tidak ikut karena ada tugas, Bhante pasti tidak lupa untuk membawakan saya makanan."