Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ahmad.baddawi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
NaidNdeso (bicara | kontrib)
Baris 63:
== Sejarah ==
{{Utama|Sejarah TNI Angkatan Udara}}
TNI AU lahir dengan dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada Tanggal 23[[22 Agustus]] [[1945]], gunayang memperkuatmerupakan Armadasalah Udarasatu yangdari saatkeputusan ituyang berkekurangandihasilkan pesawatoleh terbang dan fasilitas-fasilitas lainnyaPPKI. padaBKR tanggalbertugas 5menjaga Oktoberterjaminnya 1945keamanan berubahdan menjadiketertiban Tentaraumum.<ref>{{Cite Keamanan Rakyat (TKR) jawatan penerbangan di bawahweb|url=https://tni-au.mil.id/profil/sejarah/|title=Sejarah|website=TNI KomodorAngkatan Udara Soerjadi Soerjadarma.|language=id-ID|access-date=2019-07-31}}</ref>
 
Guna memperkuat Armada Udara yang saat itu berkekurangan pesawat terbang dan fasilitas-fasilitas lainnya. pada tanggal [[5 Oktober]] [[1945]] berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) jawatan penerbangan di bawah [[Soerjadi Soerjadarma|Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma]].
Pada tanggal 23 Januari 1946 TKR ditingkatkan lagi menjadi TRI, sebagai kelanjutan dari perkembangan tunas Angkatan Udara. Pada tanggal 9 April 1946, TRI jawatan penerbangan dihapuskan dan diganti menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia, yang kini diperingati sebagai hari lahirnya TNI AU yang diresmikan bersamaan dengan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
 
Pada tanggal [[23 Januari]] 1946 TKR ditingkatkan lagi menjadi TRI, sebagai kelanjutan dari perkembangan tunas Angkatan Udara. Pada tanggal 9 April 1946, TRI jawatan penerbangan dihapuskan dan diganti menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia, yang kini diperingati sebagai hari lahirnya TNI AU yang diresmikan bersamaan dengan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
 
Pada 29 Juli 1947 tiga kadet penerbang TNI AU masing-masing Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko Harbani dan Kadet Sutarjo Sigit dengan menggunakan dua pesawat Cureng dan satu Guntei berhasil melakukan pengeboman terhadap kubu-kubu pertahanan Belanda di tiga tempat, masing-masing di kota Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.