Bahasa Jawa Banyumasan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 236:
|-----
| {{IPA|blag}} || {{IPA|?}} || {{IPA|buka}}
|-----
| {{IPA|tegi}} || {{IPA|?}} || {{IPA|tutup}}
|-----
|}
Baris 244 ⟶ 246:
Baca kegundahan [[Ahmad Tohari]] berikut ini:
 
{{cquote| ''dalamDalam kenyataan sehari-hari keberadaan basa banyumasan termasuk dialek lokal yang sungguh terancam. Maka kita sungguh pantas bertanya dengan nada cemas, tinggal berapa persenkah pengguna basa banyumasan 20 tahun ke depan? Padahal, bahasa atau dialek adalah salah satu ciri utama suatu suku bangsa. Jelasnya tanpa basa banyumasan sesungguhnya wong penginyongan boleh dikata akan terhapusTerhapus dari petaPeta etnikSuku bangsaBangsa iniIni''. Kekhawatiran belau lainnya: ''manaMana bacaan teks-teks lama Banyumasan seperti babad-babad Kamandaka, misalnya, malah lebih banyak ditulis dalam dialek Jawa wetanan. Jadi sebuah teks yang cukup mewakili budaya dan semangat wong penginyongan harus segera disediakan !!''}}
 
Sebuah fakta empiris bahwa penutur asli bahasa Banyumasan (Satria) akan mengalah bila berbicara dengan penutur bahasa wetanan (Satrio). Alasannya, Satria tidak ingin dicap sebagai orang rendahan karena menggunakan bahasa berlogat kasar.