Muhammad Nashiruddin Al-Albani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibensis (bicara | kontrib)
Menolak 3 perubahan teks terakhir (oleh Fulaann dan 114.125.5.213) dan mengembalikan revisi 15140049 oleh LaninBot
Yamjisaka (bicara | kontrib)
→‎Menuju Ilmu Hadits: Perbaikan kalimat ambigu.
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 51:
Suatu hari di perpustakaan azh-Zhahirriyyah, selembar kertas hilang dari manuskrip yang digunakan Syaikh al-Albani untuk belajar. Kejadian ini menjadikannya mencurahkan seluruh perhatian untuk membuat katalog dari seluruh manuskrip hadits di perpustakaan agar folio yang hilang tersebut bisa ditemukan. Dan karena sebab ini, Syaikh al-Albani pun mendapatkan banyak sekali ilmu dari ribuan manuskrip hadits yang disalinnya. Kehebatannya ini dibuktikan beberapa tahun kemudian oleh Dr. Muhammad Mustafa A'dhami pada pendahuluan "Studi Literatur Hadits Awal", di mana Dr. Muhammad Mustafa A'dhami mengatakan: ''"Saya mengucapkan terima kasih kepada Syaikh Nashiruddin al-Albani, yang telah menempatkan keluasan ilmunya pada manuskrip-manuskrip langka dalam tugas akhir saya"'', hal ini dikarenakan Dr. Muhammad Mustafa A'dhami memanfaatkan perpustakaan itu untuk penyelesaian doktoralnya.
 
Tak cukup dengan belajar sendiri, Syaikh al-Albani pun sering ikut serta dalam majlis ulama besar semacam Syaikh Muhammad Bahjat al-Baitar yang sangat ahli dalam bidang hadits. Didatanginya pula majelis Syaikh Bahjat al-Baitar dan Syaikh al-Albani pun banyak mengambil manfaat darinya. Suatu ketika ada seorang ahli hadits, al-musnid (ahli sanad), sekaligus sejarawan dari Kota Halab ([[Aleppo]]) tertarik kepadanya, dia adalah Syaikh Muhammad Raghib at-Tabbakh yang kagum terhadap kecerdasan Syaikh al-Albani. Syaikh at-Tabbakh berupaya menguji pengetahuan Syaikh al-Albani terhadap ilmu hadits, dan hasilnya sangat memuaskan. Maka turunlah sebuah pengakuan dari Syaikh at-Tabbakh, yaitu ''al-Anwar al-Jaliyyah fi Mukhtashar al-Atsbat al-Hanbaliyyah'', sebuah ijazah sekaligus sanad yang bersambung hingga Imam Ahmad bin Hanbal (yang melalui jalur Syaikh at-Tabbakh). Imam Ahmad bin Hanbal adalah salah seorang Imam ahli hadits di antara Imam yang empat (Hanafi, Malik, Syafi'i, dan Ahmad), dan Imam Ahmad juga merupakan salah satu guru yang paling berpengaruh bagi Imam Bukhari.
 
Syaikh al-Albani mulai melebarkan hubungannya dengan ulama-ulama hadits di luar negeri, senantiasa berkorespondensi dengan banyak ulama, ada di antaranya yang berasal dari [[India]], [[Pakistan]], dan negara-negara lain. Mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan hadits dan agama pada umumnya, termasuk dengan Syaikh Muhammad Zamzami dari [[Maroko]], Syaikh 'Ubaidullah Rahman (pengarang Mirqah al-Mafatih Syarh Musykilah al-Mashabih), dan juga Syaikh Ahmad Syakir dari [[Mesir]], bahkan mereka berdua (Syaikh al-Albani dan Syaikh Ahmad Syakir) terlibat dalam sebuah diskusi dan penelitian mengenai hadits. Syaikh al-Albani juga bertemu dengan ulama hadits terkemuka asal [[India]], yaitu Syaikh Abdus Shomad Syarafuddin yang telah menjelaskan hadits dari jilid pertama kitab ''Sunan al-Kubra'' karya Imam an-Nasai, kemudian juga karya Imam al-Mizzi yang monumental yaitu ''Tuhfat al-Asyraf'', yang selanjutnya mereka berdua saling berkirim surat. Dalam salah satu surat, Syaikh Abdus Shamad menunjukkan pengakuan atas keyakinan dia bahwa Syaikh al-Albani adalah salah satu ulama hadits terhebat pada masa itu.