Gereja Puhsarang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 120.188.32.99 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot Tag: Pengembalian |
k Perubahan kosmetik tanda baca |
||
Baris 82:
Pada tahun 1974 kerusakan gereja Pohsarang sudah mencapai taraf yang membahayakan. Kondisinya sudah begitu parah sehingga setiap saat bisa runtuh menimpa u mat yang sedang beribadah, maka renovasi tak dapat ditunda lagi. Berhubung waktu itu keuangan paroki sangat lemah begitu pula keadaan keuangan Keuskupan Surabaya juga tidak mencukupi maka Romo Kumoro, Pr yang waktu itu menjadi Pastor Paroki punya gagasan untuk mengganti dinding gereja yang terbuat dari kayu dengan tembok biasa dari batu bata. Demikian pula bentuk atapnya yang unik itu akan diganti dengan konstruksi blandar, usuk, reng dan berbentuk seperti layaknya kapel atau sebuah kelas. Dengan demikian diharapkan jangka waktu untuk renovasi berikutnya menjadi lebih lama. Untunglah hal ini tidak terjadi, andaikata ini terjadi hilanglah keindahan dan keunikan gereja Puh Sarang.
Ir. [[Johan Silas]] yang mendengar hal ini berpendapat bahwa gereja Pohsarang ini bukan hanya monumen kebudayaan Gereja Katolik tetapi juga monumen negara Indonesia, sebuah warisan budaya yang layak dipertahankan. Maka atas bantuan Ir. [[Johan Silas]] bersama mahasiswanya dimulailah renovasi kedua Gereja Puh Sarang dengan konstruksi besi siku dan usuk jati tipis. Karena minimnya beaya maka Romo FX. Wartadi, CM
=== Renovasi Ketiga Tahun 1986 ===
|