Bahasa Sasak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 179:
Semua tingkatan, kecuali ragam paling rendah, disebut sebagai bahasa ''alus'' ("halus" atau "sopan") dalam bahasa Sasak.{{sfn|Austin|2010|p=33}} Ragam-ragam ''alus'' dipakai dalam konteks resmi dan kepada orang dengan status sosial yang lebih tinggi, terutama terhadap para ''mènak'' (kasta tinggi tradisional, yang mencakup sekitar delapan persen populasi suku Sasak).{{sfn|Austin|2010|p=33}} Sistem ini juga dapat ditemukan pada dialek-dialek bahasa Sasak secara umum. Meski untuk kosakata di tingkatan paling rendah ada banyak variasi dialektal, bentuk kosakata ''alus'' selalu konsisten di seluruh dialek.{{sfn|Austin|2010|p=34}} Menurut spesialis bahasa-bahasa Indonesia [[Bernd Nothofer]], sistem ini diadopsi dari bahasa Bali atau Jawa.{{sfn|Austin|2010|p=35}}
 
== RujukanSastra ==
Orang Sasak memilki tradisi menulis dengan perantara [[lontar|daun lontar]] yang dikeringkan.{{sfn|Austin|2010|p=35}} Tradisi baca-tulis mungkin dikenalkan pada abad ke-14 oleh kemaharajaan Hindu-Buddha Jawa [[Majapahit]], yang pengaruhnya mencakup wilayah pulau Lombok.{{sfn|Austin|2010|p=31}} Naskah-naskah lontar tertua yang bertahan berasal dari abad ke-19; banyak di antaranya yang dikumpulkan oleh pemerintah Belanda dan disimpan di perpustakaan-perpustakaan [[Leiden]] atau [[Bali]].{{sfn|Austin|2010|p=35}} Selain itu, Museum Matarm di Lombok juga mengoleksi beberapa naskah, dan banyak juga individu atau keluarga yang menyimpannya sebagai [[pusaka]] untuk diwariskan lintas generasi.{{sfn|Austin|2010|p=35}}
 
Naskah-naskah lontar ini masih dibacakan dalam pementasan yang disebut ''pepaòsan''.{{sfn|Austin|2010|p=39}} Pembacaan naskah ini dilakukan dalam beberapa acara penting, termasuk pemakaman, pernikahan, dan [[khitanan]].{{sfn|Austin|2010|p=39}} Masyarakat Sasak di perdesaan membaca naskah lontar sebagai bagian dari ritual untuk memastikan kesuburan hewan ternak mereka.{{sfn|Austin|2010|p=39}} Peter K. Austin, dalam penggambarannya mengenai sebuah ''pepaòsan'' dalam acara khitanan pada tahun 2002,{{sfn|Austin|2010|p=42}} menyebutkan bahwa pementasan tersebut menggunakan salinan kertas dari naskah asli alih-alih daun lontar.{{sfn|Austin|2010|p=44}}
 
Lontar Lombok ditulis dalam bahasa Sasak, [[bahasa Kawi]] (ragam literer bahasa Jawa Kuna) atau kombinasi keduanya.{{sfn|Austin|2010|p=36}} Naskah-naskah ini menggunakan aksara ''hanacaraka'', sebuah sistem penulisan yang hampir serupa dengan [[aksara Bali]].{{sfn|Austin|2010|p=36}} Huruf dasarnya terdiri dari sebuah konsonan ditambah bunyi vokal ''a''.{{sfn|Austin|2010|p=36}} Lima huruf pertamanya disebut ''ha'', ''na'', ''ca'', ''ra'' dan ''ka'', maka aksara ini dinamai demikian.{{sfn|Austin|2010|p=36}} Suku kata dengan bunyi vokal selain ''a'' dituliskan dengan menambahkan [[diakritik]] di atas, di bawah, atau di samping huruf dasar.{{sfn|Austin|2010|p=36}} Konsonan akhir dan gabungan konsonan juga bisa dituliskan dengan aksara ini.{{sfn|Austin|2010|p=36}}
 
== Referensi ==
=== Catatan ===
{{notelist}}