Abdurrahman Baswedan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 81:
Foto A.R. Baswedan di majalah [[Matahari (surat kabar)|Matahari]] yang mengenakan surjan dan blangkon itu menjadi kontroversi di kalangan Arab di Hindia Belanda, terlebih karena ada tulisan A.R. Baswedan yang berjudul "Peranakan Arab dan Totoknya". Dalam tulisan itu, A.R. Baswedan mengajak keturunan Arab yang berada di Hindia Belanda saat itu untuk bersatu, membaur dengan masyarakat lainnya. Yang dimaksud dengan peranakan Arab (''muwalad'') adalah warga Arab yang lahir di negeri ini (saat itu bernama Hindia Belanda), sementara totok (''wulaiti'') adalah mereka yang lahir di kampung halamannya, di Hadramaut, Yaman. Dalam tulisan itu, A.R. Baswedan mengajak kepada peranakan Arab dan juga yang totok untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.<ref>Hadhrami Traders, Scholars, and Statesmen in the Indian Ocean, 1750s-1960s, (Leiden: Brill), hal. 14, 1997. </ref>
 
TulisanA.R. Baswedan berjudul "Peranakan Arab dan Totoknya" ini sangat kuat dan menjadi salah satu penentu perjalanan bangsa ini. Karena itu, [https://afandriadya.com/2011/11/07/majalah-tempo-d/ ''Majalah Tempo'' Edisi ''Khusus 100 Tahun Kebangkitan Nasional 1908-2008,'' "Indonesia yang Kuimpikan, 100 Catatan yang Merekam Perjalanan Sebuah Negeri"] memasukkan tulisan A.R. Baswedan tersebut sebagai salah satu yang membentuk Indonesia.
== Sumpah Pemuda Keturunan Arab ==
Berkat foto dan tulisan ini, A.R. Baswedan lalu mengumpulkan dan menyatukan para pemuda Arab untuk berkomitmen menyatakan Indonesia sebagai tanah air. Terinspirasi oleh [[Sumpah Pemuda]] yang digalang oleh Muh. Yamin, Soegondo, dan kawan-kawannya pada 28 Oktober 1928 di Jakarta, para pemuda keturunan Arab pun mengucapkan [[Sumpah Pemuda Keturunan Arab]] di Semarang setelah mendirikan Persatoean Arab Indonesia (PAI), di kemudian hari menjadi Partai Arab Indonesia (PAI).
 
== Sumpah Pemuda Keturunan Arab ==
TulisanA.R. Baswedan berjudul "Peranakan Arab dan Totoknya" ini sangat kuat dan menjadi salah satu penentu perjalanan bangsa ini. Karena itu, [https://afandriadya.com/2011/11/07/majalah-tempo-d/ ''Majalah Tempo'' Edisi ''Khusus 100 Tahun Kebangkitan Nasional 1908-2008,'' "Indonesia yang Kuimpikan, 100 Catatan yang Merekam Perjalanan Sebuah Negeri"] memasukkan tulisan A.R. Baswedan tersebut sebagai salah satu yang membentuk Indonesia.
Berkat foto dan tulisan ini, A.R. Baswedan lalu mengumpulkan dan menyatukan para pemuda Arab untuk berkomitmen menyatakan Indonesia sebagai tanah air. Terinspirasi oleh [[Sumpah Pemuda]] yang digalang oleh Muh. Yamin, Soegondo, dan kawan-kawannya pada 28 Oktober 1928 di Jakarta, para pemuda keturunan Arab pun mengucapkan [[Sumpah Pemuda Keturunan Arab]] di Semarang setelah mendirikan Persatoean Arab Indonesia (PAI), di kemudian hari menjadi Partai Arab Indonesia (PAI).
 
== Karya ==