Adipati agung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 18:
Salah satu contoh penggunaan istilah ini untuk pertama kalinya adalah manakala [[Gonzalo Menéndez|Gonçalo Mendes]], Bupati [[Condado Portucalense|Portukale]] (daerah di kawasan barat laut Portugal yang dianggap sebagai cikal bakal negara Portugal), mulai menggelari dirinya sebagai ''Magnus Dux Portucalensium'' (Adipati Agung Orang Portugis) pada 987, dan memberontak melawan majikan feodalnya, Raja [[Bermudo II dari León]]. Pemberontakan dapat dipadamkan oleh bala tentara Kerajaan León, namun Gonçalo Mendes berhasil mendapatkan anugerah hak swatantra yang besar selaku seorang ''magnus dux'' (adipati agung) yang pada akhirnya bermuara pada kemerdekaan bangsa Portugis dari kerajaan bangsa Spanyol, Kastila-León.
 
Contoh lainnya adalah para penguasa [[Kadipaten Bourgogne|Burgundia]] yang turun-temurun menggelari diri mereka "Adipati Agung" (gelar yang sah adalah "Adipati") pada abad ke-15, manakala mereka menguasai sebagian besar kawasan timur laut negara Perancis modern beserta seluruh [[Negara-Negara Dataran Rendah|Negeri Dataran Rendah]]. Mereka berusaha, meskipun pada akhirnya gagal, untuk mempersatukan seluruh wilayah yang mereka kuasai menjadi sebuah negara kesatuan di antara Kerajaan Perancis di sebelah Barat dan Kekaisaran Romawi Suci (sebagian besar wilayahnya menjadi wilayah negara Jerman sekarang ini) di sebelah timur. [[Philippe yang Baik|Adipati Burgundia, Philippe III]] (memerintah 1419–1467), menyandang gelar dan sebutan penghormatan subsider "Adipati Agung Negeri Barat" yang tidak memiliki dasar hukum pada 1435, setelah berhasil menguasai [[Kadipaten Brabant]], [[Kadipaten Limburg]], Kabupaten Holland, Kabupaten Zeeland, Kabupaten Friesland, Kabupaten Hainaut, dan Kabupaten Namur. Putra sekaligus penggantinya, [[Charles Martin|Charles Si Nekat]] (memerintah 1467–1477) meneruskan penggunaan gelar dan sebutan penghormatan ini.
 
Gelar ''magnus dux'' atau adipati agung (''Didysis Kunigas'', ''Didysis Kunigaikštis'' dalam bahasa Lituania) digunakan oleh para penguasa [[ Lituania]] yang, sejak dijabat oleh [[Władysław II Jagiełło|Jogaila]], juga menyandang gelar Raja [[Polandia]]. Sejak 1573, gelar adipati agung dalam bahasa Latin maupun dalam bahasa Polandia (''wielki ksiaze'', <small>harfiah:</small> pangeran agung), yakni gelar kepala monarki Lituania, (kawasan barat) Rusia, Prusia, Samogitia, Kiev, Volinoa, Podolia, Podlakia, Livonia, Smolensk, Severia, dan Cherginov (sudah termasuk klaim-klaim kosong yang dilatarbelakangi ambisi untuk berkuasa), disandang oleh raja-raja ({{lang-pl|Krol}}) Polandia sebagai bagian dari gelar lengkap mereka yang resmi sepanjang keberadaan [[Persemakmuran Polandia-Lituania|Negara Persemakmuran Polandia-Lituania]].