Kota Surakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
Menolak 3 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 13527290 oleh Mimihitam
Baris 61:
Pada masa sekarang, nama Surakarta digunakan dalam situasi formal-pemerintahan, sedangkan nama ''Sala''/''Solo'' lebih merujuk kepada penyebutan umum yang dilatarbelakangi oleh aspek kultural. Kata ''sura'' dalam [[Bahasa Jawa]] berarti "keberanian" dan ''karta'' berarti "makmur", sebagai sebuah harapan kepada Yang Maha Kuasa. Dapat pula dikatakan bahwa nama ''Surakarta'' merupakan permainan kata dari [[Kartasura]]. Kata ''sala'', nama yang dipakai untuk desa tempat istana baru dibangun, adalah nama pohon suci asal [[India]], yaitu pohon [[Sala (pohon)|sala]] ''[[:species:Shorea robusta|Shorea robusta]]'').
 
Ketika [[Indonesia]] masih menganut [[Ejaan van Ophuysen]], nama kota ini diejaditulis '''Soerakarta'''. Dalam [[aksara Jawa]] modern, ditulis {{jav|ꦱꦸꦫꦏꦂꦠ}} atau {{jav|ꦯꦸꦫꦑꦂꦡ}}. Nama "Surakarta" diberikan sebagai nama "wisuda" bagi pusat pemerintahan baru [[Kesultanan Mataram|Mataram]]. Namun, sejumlah catatan lama menyebut, bentuk antara "Salakarta".<ref>Lihat, misalnya, Ann Kumar. 1980. Javanese court society and politics in the late eighteenth century: the record of a lady soldier. Part I. The religious, social, and economic life of the court. ''Indonesia'' 29:1-46. Artikel ini mengkaji suatu catatan harian mengenai kehidupan keraton [[Kasunanan Surakarta|Kasunanan]] pada masa [[Pakubuwana IV]]. Pembukaan pada ''Serat Babad Mangkunagaran'' (1779) juga menyebut ''Pémut tatkala wiwit tinulis, wonten nagari ing '''Salakarta'''.''</ref>
 
== Sejarah ==
Baris 455:
=== Museum dan perpustakaan ===
[[Berkas:Museum Radya Pustaka.jpg|jmpl|Museum Radya Pustaka, museum tertua di Indonesia.]]
Museum batik yang terlengkap di Indonesia, yaitu [[House of Danar Hadi]], dan museum tertua di Indonesia, yaitu [[Museum Radya Pustaka]], terletak di Jalan Slamet Riyadi, [[Daftar museum di Surakarta|Surakarta]]. Museum Radya Pustaka yang dibangun pada tanggal [[28 Oktober]] [[1890]] oleh KRA. Sosrodiningrat IV, ''pepatih dalem'' pada masa pemerintahan [[Pakubuwana IX|Sunan Pakubuwana IX]] dan [[Pakubuwana X|Sunan Pakubuwana X]], museum ini memiliki artefak-artefak kuno kebudayaan Jawa dan bertempat di kompleks Taman Wisata Budaya Sriwedari.<ref>[http://student.d3ti.mipa.uns.ac.id/sofyan/PAGE/tempat_2.html Museum Radya Pustaka]</ref> Selain itu ada pula Museum Keraton Surakarta (termasuk perpustakaan Sasana Pustaka), Museum Pura Mangkunegaran (termasuk perpustakaan Reksa Pustaka), Museum Pers, [[Museum Sangiran]] (terletak di [[Kabupaten Sragen]]), dan [[Museum Lukis Dullah]].
 
Selain museum, terdapat pula sebuah situs budaya bernama Balai Sudjatmoko. Bangunan ini adalah rumah Sudjatmoko yang di dalamnya masih bisa dilihat karya-karya dan peninggalan Sudjatmoko baik dalam bentuk buku, kaca mata, toga, dan foto-foto asli dokumenter koleksi pribadi keluarga Sudjatmoko. Balai Sudjatmoko difungsikan oleh pengelolanya sebagai pusat apresiasi baik pementasan, pertunjukan, pameran, bedah buku dan sarasehan. Para seniman juga diberi kesempatan luas untuk memanfaatkan Balai Sudjatmoko untuk melakukan apresiasi seni dalam bentuk pameran baik pameran lukisan, patung, kriya sampai dengan pameran pendidikan. Di samping itu, Balai ini juga dapat dijadikan sebagai alternatif wahana pembelajaran bagi orang non seni.<ref>[http://bappeda.surakarta.go.id/balai-soedjatmoko Balai Soedjatmoko]</ref>