Suku Batak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Dikembalikan ke revisi 13424649 oleh 27christian11 (bicara).
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 90:
 
== Penyebaran agama ==
[[Berkas:Etnis Batak.png|thumbjmpl|420px|Kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara yang diwarnai, memiliki mayoritas penduduk Batak.]]
=== Masuknya Islam ===
Dalam kunjungannya pada tahun 1292, [[Marco Polo]] melaporkan bahwa masyarakat Batak sebagai orang-orang "liar" dan tidak pernah terpengaruh oleh agama-agama dari luar. Meskipun [[Ibn Battuta]], mengunjungi Sumatera Utara pada tahun 1345 dan mengislamkan [[Sultan Al-Malik Al-Dhahir]], masyarakat Batak tidak pernah mengenal Islam sebelum disebarkan oleh pedagang Minangkabau. Bersamaan dengan usaha dagangnya, banyak pedagang Minangkabau yang melakukan kawin-mawin dengan perempuan Batak. Hal ini secara perlahan telah meningkatakan pemeluk Islam di tengah-tengah masyarakat Batak.<ref>{{cite book |last=Dobbin|first=Christine|title=Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784 – 1847}}</ref> Pada masa [[Perang Paderi]] di awal abad ke-19, pasukan Minangkabau menyerang tanah Batak dan melakukan pengislaman besar-besaran atas masyarakat Mandailing dan Angkola.<ref>[http://www.amazon.com/dp/0472101765 Kipp, 1990.]</ref> [[Kerajaan Aceh]] di utara, juga banyak berperan dalam mengislamkan masyarakat Karo dan Pakpak. Sementara Simalungun banyak terkena pengaruh Islam dari masyarakat [[Melayu]] di pesisir Sumatera Timur
Baris 96:
=== Misionaris Kristen ===
{{seealso|Sejarah masuknya Kekristenan ke suku Batak}}
[[Berkas:Batak.png|thumbjmpl]]
Pada tahun 1824, dua misionaris Baptist asal [[Inggris]], [[Richard Burton]] dan [[Nathaniel Ward]] berjalan kaki dari [[Sibolga]] menuju pedalaman Batak.<ref>Burton, R. and Ward, N., "Report of a Journey into the Batak Country, in the interior of Sumatra, in the year 1824." ''Transactions of the Royal Asiatic Society,'' London 1:485-513.</ref> Setelah tiga hari berjalan, mereka sampai di dataran tinggi [[Silindung]] dan menetap selama dua minggu di pedalaman. Dari penjelajahan ini, mereka melakukan observasi dan pengamatan langsung atas kehidupan masyarakat Batak. Pada tahun 1834, kegiatan ini diikuti oleh [[Henry Lyman]] dan [[Samuel Munson]] dari [[Dewan Komisaris Amerika untuk Misi Luar Negeri]].<ref>[https://www.amherst.edu/aboutamherst/magazine/issues/2000_winter/amherst_authors#anchor52178 "Missionaries: The Martyrs of Sumatra," in ''The Most of It: Essays on Language and the Imagination.'' by Theodore Baird, Amherst, Mass.: Amherst College Press, 1999.]</ref>
 
Baris 114:
 
== Kepercayaan ==
[[Berkas:The Childrens Museum of Indianapolis - Carved bone calendar and almanac.jpg|thumbjmpl|rightka|Sebuah kalender Batak yang terbuat dari tulang, dari abad ke-20. Dimiliki oleh Museum Anak di Indianapolis.]]
Sebelum suku Batak Toba menganut agama [[Kristen Protestan]], mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang [[Mulajadi na Bolon]] yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam ''[[Debata Natolu]]''.
 
Baris 150:
Adanya falsafah dalam perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: ''Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul''. merupakan suatu filosofi agar kita senantiasa menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah teman terdekat. Namun dalam pelaksanaan adat, yang pertama dicari adalah yang satu marga, walaupun pada dasarnya tetangga tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan Adat.
 
[[Berkas:Ahnenhaus der Batak Toba.jpg|uprightlurus|thumbjmpl|Rumah Adat Batak Toba]]
 
== Falsafah dan sistem kemasyarakatan ==
 
[[Berkas:Flag of Batak (1).jpg|thumbjmpl|Bendera yang digunakan oleh Suku Batak]]
 
Masyarakat Batak memiliki falsafah, asas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut ''[[Dalihan Natolu|Dalihan na Tolu]]''. Berikut penyebutan Dalihan Natolu menurut keenam puak Batak
Baris 192:
 
=== Ritual kanibalisme ===
[[Berkas:Batak Warriors 60011135 edit.jpg|thumbjmpl|Pejuang Batak]]
Ritual kanibalisme telah terdokumentasi dengan baik di kalangan orang Batak, yang bertujuan untuk memperkuat ''tondi'' pemakan itu. Secara khusus, darah, jantung, telapak tangan, dan telapak kaki dianggap sebagai kaya ''tondi''.