Proklamasi Kalimantan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k +perbaiki, +rapikan, replaced: Refrensi → Referensi, removed stub tag using AWB
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-dimana +di mana); perubahan kosmetik
Baris 3:
'''Proklamasi Kalimantan 17 Mei 1949''' adalah sebuah proklamasi yang menyatakan Kalimantan bagian yang tak terpisahkan dari Republik Indonesia sebagai reaksi atas [[Perjanjian Linggarjati]] yang menyatakan hanya [[pulau Jawa]] yang merupakan wilayah Republik Indonesia.
 
Pada tanggal [[18 November]] [[1946]], Letnan [[Asli Zuhri]] dan Letnan Muda [[Mursyid]] menemui [[Hasan Basry]] di [[Tabat Padang, Haruyan, Hulu Sungai Tengah|Tabat]], [[Haruyan, Hulu Sungai Tengah|Haruyan]], untuk membentuk Batalyon [[ALRI DIVISI IV]] (A), sebagai bagian dari ALRI DIVISI IV yang bermarkas di [[Tuban]]. Dengan segera Hasan Basri melaksanakan perintah ini dengan melebur Pasukan [[Banteng Indonesia]] dan beberapa organisasi kemiliteran yang ada di Kalimantan. Sebagai komandan batalyon ditetapkan Letnan Kolonel Hasan Basry, dengan markas di Haruyan. Penyatuan kesatuan ini membuat operasi militer yang dilaksanakan dalam rangka mempertahan kemerdekaan menjadi lebih terarah dan terpadu.
Akibatnya [[Belanda]] lebih meluaskan daerah pembersihannya, daerah-daerah yang dianggap sarang pejuang ditembaki dan di bumi hanguskan. Untuk menghindari kontak langsung dengan Belanda, markas TNI ALRI DIVISI (A) di pindahkan ke [[Birayang, Batang Alai Selatan, Hulu Sungai Tengah|Birayang]], dekat [[Barabai, Hulu Sungai Tengah|Barabai]] sejak awal [[1947]]. Namun karena selalu dikejar dan diserang, akhirnya markas TNI ALRI DIVISI (A) disepakati adalah dimanadi mana-mana, tergantung Hasan Basry dan kawan-kawan berada di mana.
Pada tanggal [[16 Mei]] [[1948]], TNI ALRI DIVISI (A) mengeluarkan sikap terhadap Belanda dan dunia internasional. Isinya adalah :
# TNI ALRI DIVISI (A) adalah bagian dari [[Angkatan Perang Republik Indonesia]].
Baris 14:
“Agar semua kelompok pemberontak, utamanya yang tergabung dalam kelompok pimpinan Hasan Basry, menyerah dengan membawa pakaian, senjata dan mengangkat tangan ke atas, kepada pemerintah yang sah dan akan dianggap berlindung kepada pemerintah yang sah, serta akan dipertimbangkan menringankan kejahatan pemberontakan yang dilakukan”
 
Ultimatum ini membuat pejuang-pejuang marah dan menambah operasi militer terhadap pos-pos Belanda. Suasana semakin panas, setiap hari terjadi serangan dan penembakan. Serangan terhadap Belanda terjadi dimanadi mana-mana seperti di [[Haruai, Tabalong|Haruai]], [[Distrik Negara|Nagara]], [[Tanjung, Tabalong|Tanjung]], [[Dusun Tengah, Barito Timur|Ampah]], [[Tamiang Layang, Dusun Timur, Barito Timur|Tamiang Layang]], [[Wawai, Batang Alai Selatan, Hulu Sungai Tengah|Wawai]], [[Tabing Rimbah]], [[Sungai Tabuk]], [[Pantai Hambawang Barat, Labuan Amas Selatan, Hulu Sungai Tengah|Pantai Hambawang]], [[Ilung, Batang Alai Utara, Hulu Sungai Tengah|Ilung]], [[Limpasu, Limpasu, Hulu Sungai Tengah|Limpasu]], dan di tempat lainnya. Belanda merasa kurang aman berada di jalanan, sampai akhirnya pimpinan Belanda di Banjarmasin mengeluarkan Staat van Oorlog en Beleg (suasana darurat perang) pada tanggal 16 Desember 1948.
Hubungan TNI ALRI DIVISI (A) dengan markas besar di Tuban terputus oleh blokade Belanda. Atas kondisi demikian, pejuang-pejuang berinisiatif untuk melakukan langkah penting dalam menguasai daerah Kalimantan sebagai daerah perjuangan.
 
Baris 20:
Pada tanggal [[7 Januari]] [[1949]] bertempat di [[Durian Rabung, Padang Batung, Hulu Sungai Selatan|Durian Rabung]], [[Padang Batung, Hulu Sungai Selatan|Padang Batung]], dibentuk Panitia Persiapan Proklamasi dengan ketua H. [[Aberani Sulaiman]], wakil ketua [[Gt. Aman]], sekretaris Hasnan Basuki, dan beberapa orang lainnya sebagai anggota. Diadakan beberapa kali rapat dalam perumusan kegiatan, tempat rapat sering berpindah-pindah, untuk menghindari patroli Belanda. Selain itu, mata-mata Belanda berada di mana-mana, sehingga setiap pertemuan dilakukan secara hati-hati dan dengan penjagaan yang ketat.
 
Pada tanggal [[15 Mei]] 1949, dilakukan perumusan teks proklamasi di [[Telaga Langsat, Telaga Langsat, Hulu Sungai Selatan|Telaga Langsat]]. Perumusan di pimpin oleh H. Aberani Sulaiman, dibantu oleh Gt. Aman, Hasnan Basuki, Pangeran Arya, Budi Gawis dan Romansie. Perumusan selesai pada jam 03.00 pagi hari tanggal 16 Mei 1949, lalu diketik oleh Romansie sebanyak 10 lembar dengan pita warna merah dan huruf kapital semua. Selesai pertemuan, semua anggota berpencar namun semuanya menuju Ni’ih yaitu tempat Hasan Basry berada. Naskah teks proklamasi di bawa Kardi dan H Ramli untuk diantar ke Hasan Basry. Sesampainya di Ni’ih, teks proklamasi ditandatangani Hasan Basry di hadapan para pejuang yang telah berkumpul.
Setelah itu, dilakukan persiapan kegiatan proklamasi, dengan tempat dipilih di Mandapai pada tanggal [[17 Mei]] 1949. Kegiatan proklamasi dilaksanakan dengan upacara penaikan bendera merah putih. Sebagai komandan upacara adalah Ahmad Kusasi, sedangkan penggerek bendera adalah Abbas Basri dan Kardi. Upacara dihadiri masyarakat setempat dan anggota TNI ALRI DIVISI (A). Setelah pembacaan teks proklamasi oleh Hasan Basri dan penaikan bendera merah putih, bendera kembali diturunkan untuk menghindari serangan Belanda.