Orang Peranakan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di masa + pada masa , -Di masa +Pada masa , - di Masa + pada Masa )
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
:''Artikel ini mengenai {{Tentang|kelompok etnis perpaduan antara Tionghoa dan Pribumi Nusantara. Untuk orang |keturunan Tionghoa di Indonesia, lihat [[|Tionghoa Indonesia]]''}}
{{Infobox ethnic group
|group = '''Orang Peranakan'''<br />'''<small>峇峇娘惹</small>'''<br /><small>'''土生華人'''</small>
Baris 6:
|poptime = 8.000.000 (perkiraan)<ref name="thejakartapost">[http://www.thejakartapost.com/news/2008/05/26/chinese-indonesians-can039t-be-put-boxes.html Chinese Indonesians], The Jakarta Post</ref>
|popplace = [[Indonesia]] (6.000.000), [[Thailand]] (1.000.000), [[Malaysia]] (500.000), [[Singapura]] (500.000) <ref name="theperanakansourcelibrary">[http://peranakan.hostoi.com/IndonesiaPeranakans.htm Peranakan Indonesia], The Peranakan Source Library</ref>
|langs = [[Bahasa kreol Melayu|Kreol MelayuPeranakan]] (asli), [[Bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[Bahasa Tionghoa lisan|Tionghoa lisan]], [[Bahasa Inggris|Inggris]], [[Bahasa Belanda|Belanda]]
|rels = [[Buddha Mahayana]], [[Kekristenan]]<br> [[Khonghucu]], [[Taoisme]], [[Islam Sunni]]
|related = [[Tionghoa perantauan]], [[Jawi Peranakan]]
Baris 40:
 
==Bahasa==
{{utama|Bahasa kreol MelayuPeranakan}}
Bahasa orang Peranakan, yaitu [[Bahasa kreol Melayu]] (atau "[[Bahasa Melayu Baba]]"), adalah dialek [[kreol]] dari [[bahasa Melayu]], yang berisi banyak kata [[dialek Hokkian]]. Bahasa ini adalah bahasa yang hampir punah, dan penggunaan kontemporernya terbatas pada anggota generasi tua. [[Bahasa Indonesia]], [[bahasa Melayu|Melayu]] atau [[bahasa Inggris|Inggris]] kini telah menggantikan bahasa ini sebagai bahasa utama yang digunakan di kalangan generasi muda.
 
Di Indonesia, orang Peranakan muda masih bisa berbicara bahasa kreol ini, meskipun penggunaannya terbatas pada acara-acara informal. Peranakan muda telah kehilangan banyak bahasa tradisional mereka, sehingga biasanya ada perbedaan dalam kosakata antara generasi tua dan muda.
Baris 132:
Budaya Peranakan telah mulai menghilang di Malaysia dan Singapura. Tanpa dukungan kolonial Inggris terhadap netralitas ras mereka, kebijakan pemerintah di kedua negara setelah kemerdekaan dari Inggris telah mengakibatkan asimilasi budaya Peranakan kembali ke aliran umum budaya Tionghoa. Singapura kemudian mengklasifikasikan Peranakan sebagai etnis Tionghoa, sehingga mereka menerima instruksi formal dalam [[bahasa Mandarin]] alih-alih Melayu sebagai bahasa kedua (sesuai dengan "Kebijakan [[Bahasa Ibu]]"). Di Malaysia, standarisasi semua Melayu ke dalam [[Bahasa Melayu]] - yang diperuntukkan untuk semua kelompok etnis - telah menyebabkan hilangnya karakteristik unik dari para ''Baba Melayu''.
 
Di Indonesia, budaya Peranakan kehilangan popularitas dibandingkan [[budaya Barat]] modern, namun dalam beberapa tingkat kaum Peranakan mencoba untuk mempertahankan [[Bahasa Peranakan|bahasa]], [[Masakan Peranakan|masakan]], dan adat istiadat mereka. Peranakan muda masih berbicara [[bahasa kreol]] merekaPeranakan, meskipun banyak perempuan muda Peranakan tidak memakai ''kebaya''. Pernikahan biasanya mengikuti budaya barat karena kebiasaan tradisional Peranakan kehilangan popularitas. Tercatat hanya tiga komunitas peranakan yang masih menjunjung tinggi adat pernikahan tradisional Peranakan, yaitu: [[Tangerang]] (oleh orang [[Tionghoa Benteng]]), Peranakan Makassar dan Peranakan Padang. Dari tiga komunitas tersebut, orang Tionghoa Benteng adalah yang paling patuh terhadap budaya Peranakan, namun jumlah mereka semakin berkurang.<ref name="Pernikahan Peranakan">{{cite web |url=http://nasional.kompas.com/read/2008/02/05/18160273/Imlek.Prosesi.Pernikahan.China.Peranakan.Hanya.Bertahan.di.Tiga.Kota |title=Imlek, Prosesi Pernikahan China Peranakan Hanya Bertahan di Tiga Kota |deadurl=no |accessdate=10 July 2012}}</ref>
 
Orang Tionghoa Benteng biasanya hidup sebagai golongan ekonomi bawah, banyak dari mereka mencari peluang di bidang lain. Beberapa organisasi mencoba untuk meringankan beban hidup mereka.<ref name="Tionghoa Benteng Get Free Health Service">{{cite web |url=http://www.thejakartapost.com/news/2012/05/15/Tionghoa-benteng-get-free-health-service.html |title=Tionghoa Benteng get free health service |deadurl=no |accessdate=10 July 2012}}</ref> Hingga Mei 2012, sekitar 108 keluarga Tionghoa Benteng terancam tergusur dari rumah tradisional mereka. Alasan dari pemerintah Tangerang adalah bahwa daerah tersebut sebenarnya dimaksudkan sebagai lahan hijau untuk kota. Hal ini menimbulkan masalah karena kebanyakan dari mereka adalah orang-orang berpenghasilan rendah dan tidak tahu di mana untuk berpindah, sedangkan pemerintah juga tidak memberikan uang kompensasi yang cukup untuk membeli rumah baru. Beberapa upaya penggusuran di 2010 dan 2011 yang berakhir dengan kekerasan, telah menyebabkan trauma bagi mereka.<ref name="Tionghoa Benteng Vows Fight Upcoming Eviction">{{cite web |url=http://www.thejakartapost.com/news/2012/05/19/Tionghoa-benteng-vows-fight-upcoming-eviction.html |title='Tionghoa Benteng' vows to fight upcoming eviction |deadurl=no |accessdate=10 July 2012}}</ref>