Kritik terhadap multikulturalisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Farras (bicara | kontrib)
Farras (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Kritik terhadap multikulturalisme''' mempertanyakan perlu tidaknya keragaman budaya suku bangsa di dalam suatu negara. [[Multikulturalisme]] adalah topik perdebatan utama di beberapa negara Eropa yang dulu identik dengan etos budaya nasional yang tunggal.<ref>{{cite web|author=Munira Mirza |url=http://www.spiked-online.com/Articles/0000000CA4C4.htm |publisher=Spiked-online.com |accessdate=2012-02-01}}</ref><ref>{{cite web|author=Kenan Malik |url=http://www.spiked-online.com/Articles/00000002D35E.htm |title=The trouble with multiculturalism |publisher=Spiked-online.com |accessdate=2012-02-01}}</ref><ref>{{cite web|url=http://news.bbc.co.uk/1/hi/uk/4295318.stm |title=Report attacks multiculturalism |publisher=BBC News |date=2005-09-30 |accessdate=2012-02-01}}</ref> Para kritikus multikulturalisme menolak [[integrasi sosial|integrasi budaya]] berbagai kelompok etnis dan budaya dengan hukum dan nilai negara yang dihuninya. Para kritikus juga mendukung [[asimilasi budaya|asimilasi]] berbagai kelompok etnis dan budaya dengan [[identitas bangsa]] yang tunggal.
 
Kritik lain terkait multikulturalisme mencakup pemahaman yang lebih mendalam mengenai sejarah kolonial negara 'inang'. Buku karya [[Sneja Gunew]] berjudul "''Haunted Nations: The [[colonialism|colonial]] dimensions of multiculturalism''" menyebutkan bahwa multikulturalisme adalah strategi pemerintah untuk melayani imigran [[kelompok minoritas|minoritas]] di negaranya.<ref name="Gunew 2004 16">{{cite book|last=Gunew|first=Sneja|title=Haunted Nations: The colonial dimensions of multiculturalisms|date=2004|publisher=Routledge|location=11 New Fetter Lane, London EC4P 4EE|isbn=0-415-28483-X|page=16}}</ref> Menurut penelitian Gunew, multikulturalisme dapat menjadi tabir bagi masyarakat yang lebih memilih dipandang sebagai "lebih [[homogen]] meski jelas-jelas [[heterogen]]".<ref name="Gunew 2004 16"/> Karena itu, dimensi kolonial sejarah suatu negara sangat berdampak pada pembentukan identitas 'kaum minoritas'<ref>{{cite book|last=Gunew|first=Sneja|title=Haunted Nations: The Colonial Dimensions of Multiculturalisms|date=2004|publisher=Routledge|location=11 New Fetter Lane, London EC4P 4EE|isbn=0-415-28483-X|page=75}}</ref> sekaligus mengagung-agungkan 'perbedaan budaya'.<ref>{{cite book|last=Gunew|first=Sneja|title=Haunted Nations: The Colonial Dimensions of Multiculturalisms|date=2004|publisher=Routledge|location=11 New Fetter Lane, London EC4P 4EE|isbn=0-415-28483-X|page=93}}</ref> [[Étienne Balibar]] mengklaim bahwa multikulturalisme justru mengekang jenis rasisme yang kurang tampak yang disebut "rasisme diferensialis"; rasisme jenis ini bergantung pada "kenampakan 'perbedaan'".<ref>{{cite book|last=Gunew|first=Sneja|title=Haunted Nations: The Colonial Dimensions of Multiculturalisms|date=2004|publisher=Routledge|location=11 New Fetter Lane, London EC4P 4EE|isbn=0-415-28483-X|pages=79–80}}</ref> TheGunew kindsmengingatkan ofbahwa racistdampak implicationsrasis ofkarena recognizing visiblemengakui 'differenceperbedaan', warnsyang Gunew,nyata isadalah thatsi thepemandang viewerdapat assumesberasumsi certainbahwa ada "lifestyleketidakcocokan gaya incompatibilitieshidup".<ref>{{cite book|last=Gunew|first=Sneja|title=Haunted Nations: The Colonial Dimensions of Multiculturalisms|date=2004|publisher=Routledge|location=11 New Fetter Lane, London EC4P 4EE|isbn=0-415-28483-X|page=80}}</ref> Pendapat ini tampaknya tidak rasis, tetapi Balibar mengatakan bahwa multikulturalisme adalah "rasisme yang pada awalnya tidak menampakkan superioritas kelompok tertentu atas kelompok lain, melainkan 'hanya' ... ketidakcocokan gaya hidup dan tradisi".<ref>{{cite book|last=Gunew|first=Sneja|title=Haunted Nations: The Colonial Dimensions of Multiculturalisms|date=2004|publisher=Routledge|location=11 New Fetter Lane, London EC4P 4EE|isbn=0-415-28483-X|page=80|quote=Balibar}}</ref>
 
==Lihat pula==