Iris Shun-Ru Chang (Hanzi tradisional: 張純如; Hanzi: 张纯如; Pinyin: Zhāng Chúnrú; 28 Maret 19689 November 2004) adalah seorang sejarahwan dan wartawati lepas Tionghoa-Amerika. Ia paling dikenal karena bukunya yang kontroversial tentang Pembantaian Nanking, The Rape of Nanking. Ia melakukan bunuh diri pada 2004 setelah mengalami depresi yang diakibatkan oleh maniak depresi (bipolar disorder).

Iris Chang

Awal kehidupan

sunting

Chang adalah anak perempuan dari dua profesor yang lahir di Tiongkok yang kemudian berimigrasi ke Amerika Serikat dari Taiwan. Chang dilahirkan di Princeton, New Jersey dan dibesarkan di Champaign-Urbana, Illinois. Di sana ia belajar di SMA Laboratorium Universitas Urbana, Illinois dan lulus pada 1985. Ia memperoleh gelar sarjana dalam jurnalisme dari Universitas Illinois di Urbana-Champaign pada 1989, gelar magister dalam Seminar Penulisan dari Universitas Johns Hopkins, dan belakangan bekerja sebagai wartawan lepas New York Times dari Urbana-Champaign. Dalam kapasitasnya ini, ia menulis enam artikel halaman depan dalam tempo satu tahun.[1] Setelah bekerja sebentar di Associated Press dan di Chicago Tribune, ia memulai kariernya sebagai penulis, dan juga memberikan kuliah dan menulis artikel untuk berbagai majalah.

Chang menikah dengan Bretton Douglas, yang dijumpainya di perguruan tinggi, dan memperoleh seorang anak lelaki, Christopher, yang berusia 2 tahun pada saat ia meninggal dunia. Chang tinggal di Sunnyvale, California pada tahun-tahun terakhir hidupnya.

Pekerjaan

sunting

Meskipun bukan seorang sejarahwan yang terlatih, Chang menulis tiga buah buku yang mendokumentasikan pengalaman-pengalaman orang Asia dan orang Tionghoa Amerika dalam sejarah.

Bukunya yang pertama berjudul Thread of the Silkworm (1995),[2] mengisahkan pengalaman hidup seorang profesor Tionghoa, Dr. Tsien Hsue-shen pada masa Bahaya Merah pada tahun 1950-an. Meskipun Tsien adalah salah seorang pendiri Jet Propulsion Laboratory (JPL) milik NASA, dan menolong militer Amerika Serikat dalam melakukan debriefing terhadap para ilmuwan dari Jerman Nazi selama bertahun-tahun, ia tiba-tiba dikenai tuduhan palsu sebagai mata-mata, anggota Partai Komunis AS, dan dikenai tahanan rumah dari 1950 hingga 1955. Dr. Tsien Hsue-shen berangkat ke Republik Rakyat Tiongkok pada September 1955 dengan menumpang kapal dagang President Cleveland. Sekembalinya ke Tiongkok, Tsien mengembangkan program misil Dongfeng, dan belakangan misil ulat sutra, yang ironisnya digunakan melawan AS pada masa Perang Teluk dan Perang Irak 2003.

 
The Rape of Nanking, buku Chang yang paling terkenal

Bukunya yang kedua, The Rape of Nanking (1997),[3] diterbitkan pada peringataan ke-60 Pembantaian Nanking, dan sebagian didorong oleh kisah-kisah kakek-neneknya sendiri tentang pelarian mereka dari pembantaian tersebut. Buku ini mendokumentasikan kekejaman-kekejaman yang dilakukan terhadap orang-orang Tionghoa oleh anggota-anggota Tentara Kekaisaran Jepang pada Perang Tiongkok-Jepang II, dan memuat pula berbagai wawancara dengan para korbannya. Buku ini mendapatkan pujian dari sebagian pihak karena mengungkapkan rincian kekejaman itu, dan kritik dari yang lainnya karena dianggap tidak akurat. Setelah diterbitkannya buku ini, Chang melakukan kampanye untuk membujuk Pemerintah Jepang agar meminta maaf atas perilaku tentara-tentaranya pada masa perang dan membayar ganti rugi. Karya ini merupakan karya pertama dalam bahasa Inggris yang populer, yang secara khusus membahas kekejaman itu sendiri, dan selama berbulan-bulan menduduki Daftar buku terlaris New York Times.

Bukunya yang ketiga, The Chinese in America (2003),[4] adalah sebuah sejarah tentang orang-orang Tionghoa-Amerika yang mengatakan bahwa orang-orang ini diperlakukan sebagai orang asing. Ia menulis: "Amerika dimasa kini tidak akan menjadi Amerika yang sama tanpa prestasi etnis Tionghoanya. Garuklah permukaan dari setiap selebriti Amerika yang keturunan Tionghoa, dan kita akan menemukan bahwa, betapapun hebat keberhasilan mereka, betapa pun hebat sumbanganmereka bagi masyarakat Amerika, pada akhirnya semua pernah dipertanyakan identitasnya pada satu kesempatan atau lainnya."

Selebriti

sunting

Seperti yang ditunjukkan oleh banyak pengamat, entah positif atau negatif, Iris Chang telah melewati status sebagai penulis dan kini menjadi selebriti. The Rape of Nanking membuat ia banyak diminta sebagai pembicara dan tokoh untuk diwawancarai, dan lebih luas lagi, sebagai juru bicara bagi keseluruhan pandangan bahwa pemerintah Jepang belum cukup melakukan untuk membayar ganti rugi para korban karena invasi mereka atas Tiongkok. Ini menjadi masalah politik di AS tak lama setelah buku ini diterbitkan. Chang merupakan salah satu dari pembela utama dari resolusi Kongres yang diajukan pada 1997 untuk meminta pemerintah Jepang meminta maaf atas kejahatan-kejahatan perangnya, dan bertemu dengan Ibu Negara Hillary Clinton pada 1999 untuk mendiskusikan masalahnya.[5] Dalam salah satu kejadian yang sering disebut-sebut (seperti dilaporkan dalam The Times of London):

ia mengkonfrontasi duta besar Jepang untuk Amerika Serikat di televisi, menuntut permintaan maaf dan mengungkapkan ketidakpuasannya atas pengakuannya semata-mata "bahwa sungguh sayang hal-hal itu harus terjadi, tindakan-tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para anggota militer Jepang". "Karena kata-kata seperti ini dan ketidakjelasan ungkapan seperti itulah maka rakyat Tiongkok, saya pikir, menjadi marah," demikian reaksinya.[butuh rujukan]

Laporan-laporan surat kabar menggambarkannya memiliki "wajah publik" dengan "kontrol yang tinggi"[butuh rujukan], yang dicirikan oleh para kritiknya sebagai akibat dari manipulasi publik dengan emosionalisme dan hausnya akan kontroversi. Meskipun demikian ia terus dicari untuk dimintai pendapatnya tentang karya-karya lain mengenai sejarah Tiongkok modern.

Penampilan Iris Chang sebagai tokoh publik meningkat dengan karyanya yang terakhir The Chinese in America. Dalam buku itu ia mengatakan bahwa orang Tionghoa-Amerika diperlakukan sebagai orang asing.[butuh rujukan]

Setelah kematiannya ia mendapatkan penghormatan dari sesama rekan penulisnya. Mo Hayder mempersembahkan sebuah novel baginya. Wartawan Richard Rongstad menulis elegi tentang dia: "Iris Chang menyalakan sebuah pelita dan meneruskannya kepada orang lain dan kita tidak boleh membiarkan api itu padam."[1]

Depresi dan kematian

sunting

Chang mengalami gangguan mental pada Juli 2004. Keluarga dan para dokter mengatakan bahwa hal itu sebagian disebabkan karena ia terus-menerus kurang tidur. Pada saat itu, ia sudah beberapa bulan melakukan penelitian untuk bukunya yang keempat, tentang Barisan Maut Bataan, sementara pada saat yang sama mempromosikan The Chinese in America. Dalam perjalanan ke Harrodsburg, Kentucky, yang diharapkannya akan memungkinkannya memperoleh akses kepada "kapsul waktu" dari rekaman suara dari para anggota militer, ia mengalami depresi yang sangat mendalam yang membuat ia tidak mampu meninggalkan kamar hotelnya di Louisville. Seorang veteran setempat yang membantunya dalam penelitiannya menolongnya untuk mendaftarkan diri ke RS Jiwa Norton di Louisville. Di situ dia didiagnosis dengan psikosis reaktif, diinapkan selama tiga hari dan kemudian dipulangkan kepada orangtuanya. Bahkan setelah keluar dari rumah sakit, ia masih menderita depresi dan dianggap mempunyai risiko mengembangkan bipolar disorder.[6]

Tentang kurang tidurnya, Chang juga dilaporkan sangat terganggu oleh pokok penelitiannya. Pekerjaannya di Nanjing membuat ia secara fisik lemah, demikian kata salah seorang rekan penelitinya.[7]

Pada hari Selasa, 9 November 2004 sekitar pk. 9 pagi, Chang ditemukan meninggal dunia di mobilnya oleh seorang petugas distrik air kabupaten di sebuah jalan desa di selatan Los Gatos dan sebelah barat dari Jalan Raya Negara California 17, di Kabupaten Santa Clara.

Penyidik menyimpulkan bahwa Chang telah menembak dirinya sendiri di mulut denagn sebuah revolver. Pada saat kematiannya ia dirawat dengan obat-obatan Depakote dan Risperdal untuk mengendalikan tekanan dan maniaknya.[6]

Ia meninggalkan tiga catatan bunuh diri, yang masing-masing bertanggal Senin, 8 November 2004. "Pernyataan Iris Chang" berbunyi:

Saya berjanji untuk bangun dan keluar dari rumah setiap pagi. Saya akan mampir di rumah orang tua saya lalu pergi berjalan kaki yang lama. Saya akan mengikuti perintah-perintah dokter untuk memakan obat-obat saya. Saya berjanji untuk tidak menyakiti diri sendiri. Saya berjanji untuk tidak mengunjungi situs-situs web yang berbicara tentang bunu diri.[6]

Catatan berikutnya, yang ditujukan kepada suaminya dan saudara lelakinya, adalah sebuah coret-coretan dari catatan ketiga:

Bila kita percaya bahwa kita mempunyai masa depan, kita akan berpikin dalam arti generasi dan tahun-tahun. Bila tidak, kita hidup bukan hanya dari hari ke hari -- melainkan dari menit ke menit. Adalah jauh lebih baik bila engkau mengenang saya sebagaimana adanya saya -- dalam masa-masa puncak saya sebagai penulis laris -- daripada sebagai sosok yang bermata liar yang kembali dari Louisville... Setiap tarikan napas menjadi sulit sulit -- kecemasannya dapat dibandingkan dengan orang yang tenggelam di laut terbuka. Saya tahu bahwa saya tindakan-tindakan saya akan memindahkan penderitaan ini kepada orang lain, ya, bahkan kepaa orang-orang yang paling mencintai saya. Maafkanlah saya. Maafkan saya karena saya tidak dapat memaafkan diri saya sendiri.[2]

Catatan ketiga memuat:

Ada aspek-aspek dari pengalaman saya di Louisville yang tidak akan pernah saya pahami. Jauh di dalam hati saya curiga bahwa anda mempunyai lebih banyak jawaban tentang hal ini daripada saya. Saya tidak akan pernah bisa menggoyahkan keyakinan saya bahwa saya telah direkrut, dan kemudian dianiaya, oleh kekuatan-kekuatan yang lebih dahsyat daripada yang dapat saya bayangkan. Entah itu adalah CIA atau suatu organisasi lainnya, saya tidak akan pernah mengetahuinya. Selama saya masih hidup, kekuatan-kekuatan ini tidak akan pernah berhenti mengikuti saya.

Hari-hari sebelum saya berangkat ke Louisville saya merasa sangat khawatir tentang keselamatan saya. Saya tiba-tiba merasakan ancaman terhadap hidup saya sendiri: perasaan ngeri bahwa saya sedang diikuti di jalan-jalan, van putih diparkir di luar rumah saya, surat-surat yang rusak tiba di kotak pos saya. Saya yakin bahwa penahanan saya di Rumah Sakit Norton adalah upaya pemerintah untuk mendiskreditkan saya.

Saya telah mempertimbangkan untuk melarikan diri, tetapi saya tidak akan pernah bisa lolos dari diri saya dan pikiran saya sendiri. Saya melakukan ini karena saya terlalu lemah untuk menanggung tahun-tahun yang penuh penderitaan dan siksaan di depan.

Laporan mengatakan bahwa berita-berita tentang bunuh dirinya sangat memukul komunitas mereka yang selamat dari pembantaian itu di Nanjing.[7] Untuk menghormati Chang, para korban yang selamat itu mengadakan upacara peringatan pada saat yang sama pada penguburannya di Gate of Heaven Cemetery di Los Altos, California pada Jumat 12 November 2004, di gedung peringatan para korban di Nanjing. Gedung peringatan para korban di Nanjing, yang mengumpulkan dokumen-dokumen, foto-foto, dan tulang-belulang dari pembantaian itu, menambahkan sebuah sayap yang dipersembahkan kepada Iris Chang pada 2005.

Film baru: Pemerkosaan Nanking

sunting

Sebuah film yang didasarkan pada buku Iris Chang "The Rape of Nanking" yang diproduksi bersama oleh AS, Britania Raya, dan Tiongkok, akan diedarkan ke seluruh dunia pada 2007, pada peringatan ke-70 Pembantaian Nanking. Menurut produsernya, Gerald Green, film ini merupakan versi bahasa Tionghoa dari Schindler's List.

Rujukan

sunting

  1. ^ Paula Kamen, "How 'Iris Chang' became a verb: A eulogy Diarsipkan 2008-03-07 di Archive-It," Salon.com, 30 November 2004.
  2. ^ Iris Chang. Thread of the Silkworm (Basic Books, 1995). ISBN 0-465-08716-7
  3. ^ Iris Chang. The Rape of Nanking: The Forgotten Holocaust of World War II (Basic Books, 1997). ISBN 0-465-06835-9
  4. ^ Iris Chang. The Chinese in America: A Narrative History (Penguin, 2003). ISBN 0-670-03123-2
  5. ^ "Ibu Negara bertemu dengan penulis Nanjing Massacre Diarsipkan 2007-12-17 di Wayback Machine.," Kyodo News, 3 Mei 1999.
  6. ^ a b c Heidi Benson, "Historian Iris Chang won many battles," The San Francisco Chronicle, 17 April 2005.
  7. ^ a b Kathleen E. McLaughlin, Iris Chang's suicide stunned those she tried so hard to help," The San Francisco Chronicle, 20 November 2004.

Pranala luar

sunting