Antibisa, atau yang juga dikenal sebagai antivenin dan imunoglobulin antibisa, adalah sebuah pengobatan spesifik untuk envenomasi. Antibisa terdiri dari antibodi dan digunakan untuk menangani gigitan atau sengatan berbisa.[1] Antibisa hanya direkomendasikan saat terdapat tingkat keracunan yang signifikan atau berpotensi tinggi berbisa.[1] Antibisa spesifik yang dibutuhkan tergantung oleh spesies yang terlibat. Pengobatan ini diberi dengan cara disuntik.[1]

Antibisa
Panen bisa pada ular
Data klinis
AHFS/Drugs.com monograph
Kat. kehamilan ?
Status hukum ?
Rute Disuntik
Pengenal
Kode ATC J06
ChemSpider none
Sinonim Antivenin, antiven
Data kimia
Rumus ?

Efek samping dari antibisa bisa parah.[1] Efek samping tersebut menakup penyakit serum, sesak nafas, dan reaksi alergi seperti anafilaksis.[1] Biasanya antibisa dibuat dengan cara mengumpulkan bisa dari hewan yang relevan, lalu menyuntikkan sedikit darinya kepada seekor hewan domestik. Antibodi yang terbentuk nantinya akan dikumpulkan dari darah hewan domestik yang disuntik, lalu dimurnikan.[2]

Terdapat varian untuk gigitan laba-laba, gigitan ular, sengatan ikan dan sengatan kalajengking.[3] Karena biayanya produksinya yang mahal, dan umur simpannya yang pendek saat tidak didinginkan, metode-metode alternatif untuk memproduksi antibisa sedang dijelajahi secara aktif.[4] Salah satu metode alternatif ini melibatkan produksi dari bakteri.[5] Pendekatan lainnya adalah untuk mengembangkan pengobatan bertarget (yang tidak seperti antibodi, biasanya merupakan rekayasa dan lebih mudah diproduksi dalam skala besar).[6]

Antibisa pertamakali dikembangkan pada akhir abad ke-19 dan mendapatkan penggunaan umum pada 1950-an.[2][7] Antibisa terdapat pada Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia.[8]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e World Health Organization (2009). Stuart MC, Kouimtzi M, Hill SR, ed. WHO Model Formulary 2008. World Health Organization. hlm. 396–397. hdl:10665/44053. ISBN 9789241547659. 
  2. ^ a b Dart RC (2004). Medical Toxicology (dalam bahasa Inggris). Lippincott Williams & Wilkins. hlm. 250–251. ISBN 9780781728454. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-01-09. 
  3. ^ British national formulary : BNF 69 (edisi ke-69). British Medical Association. 2015. hlm. 43. ISBN 9780857111562. 
  4. ^ Knudsen C, Laustsen AH (April 2018). "Recent Advances in Next Generation Snakebite Antivenoms". Tropical Medicine and Infectious Disease. 3 (2): 42. doi:10.3390/tropicalmed3020042 . PMC 6073149 . PMID 30274438. 
  5. ^ Molteni M. "Bacteria Are Brewing Up the Next Generation of Antivenoms". Wired – via www.wired.com. 
  6. ^ "How to simplify the treatment of snake bites". The Economist. 2021-01-02. ISSN 0013-0613. Diakses tanggal 2021-01-02. 
  7. ^ Gad SC (2007). Handbook of Pharmaceutical Biotechnology (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. hlm. 692. ISBN 9780470117101. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-01-09. 
  8. ^ World Health Organization (2019). World Health Organization model list of essential medicines: 21st list 2019. Geneva: World Health Organization. hdl:10665/325771 . WHO/MVP/EMP/IAU/2019.06. License: CC BY-NC-SA 3.0 IGO.