Geologi kuarter atau geologi muda adalah proses serta peristiwa geologi di Bumi yang terjadi dalam 2 juta tahun terakhir. Zaman geologi kuarter dibedakan menjadi kala Pleistosen dan kala Holosen.[1] Skala waktu geologi kuarter termasuk bagian dari masa Kenozoikum yang periodenya mencapai 1,8 juta tahun terakhir dan ditandai dengan evolusi manusia.[2] Penyajian data geologi pada geologi kuarter menggunakan peta geologi tematik.[3]

Skala waktu geologi

sunting

Skala waktu geologi untuk zaman geologi Kuarter sama dengan zaman geologi Tersier. Keduanya masuk dalam masa Kenozoikum dan kurun Fanerozoikum. Zaman geologi kuarter ini terbagi menjadi dua kala, yaitu kala Plestosen dan kala Holosen.[4] Sementara dalam umur radiometrik, skala waktu geologi relatif untuk zaman geologi kuarter adalah 1,6 juta tahun yang lalu.[5]

Zama Kuarter merupakan zama yang termuda dalam sub-divisi kronostratigrafi empat kali lipat. Pembagian zaman ini diusulkan pada tahun 1759 oleh Giovanni Arduino. Arduiono sendiri tidak pernah menggunakan secara langsung istilah 'quaternario', yang berarti 'urutan keempat'. Konsep zaman Kuarter ini hanya diterapkan 250 tahun sejak pertama kali digunakan. Periode zaman Kuarter ditetapkan dengan basis satuan 1,8 Mega-annum. Skala waktu geologi untuk zaman Kuarter tidak lagi digunakan setelah Gradstein dan rekan-rekannya menetapkan skala waktu geologi yang baru. Skala yang baru ini belum digunakan secara resmi oleh Komisi Internasional Stratigrafi maupun oleh (ICS) atau oleh Persatuan Internasional untuk Ilmu Geologi. Namun, skala waktu geologi ini telah memperbanyak diskusi produktif tentang status zaman Kuarter dan Tersier.[6]

Kala Pleistosen

sunting

Kala Pleistosen Awal dimulai sejak 2 juta tahun yang lalu. Para ilmuwan meyakini bahwa pada masa ini manusia mulai melakukan migrasi dari Afrika menuju ke seluruh wilayah Dunia Lama.[7] Akhir kala Pleistosen dibatasi dengan paruh kedua dari Pleistosen Atas. Batas penanggalan untuk skala waktu ini adalah 60.000 hingga 12.000 tahun yang lalu. Pertanda untuk masi ini adalah terjadinya perubahan iklim dengan cuaca yang paling dingin. Masa awal perubahan iklim ini sekitar 18.000 tahun yang lalu. Akibat perubahan iklim, tinggi permukaan air laut menurun pada rentang 120–150 sentimeter. Perubahan yang signifikan terjadi pada lingkungan, paleogeografi, dan sumber daya alam.[8]

Kala Holosen

sunting

Kala Holosen adalah kala dalam skala waktu geologi yang rentang waktunya dimulai sekitar 10.000 tahun radio karbon. Skala waktu ini kurang lebih sama dengan 11.430 tahun yang lalu. Penetapan waktu ini diberi batas penambahan atau pengurangan sebanyak 130 tahun kalender. Dalam penanggalan, rentang waktunya antara 9560 hingga 9300 SM. Holosen adalah periode terakhir dari periode neogen. Dalam periode ini, urutannya adalah kala yang keempat. Penamaannya berasal dari dua buah kata berbahasa Yunani, yaitu ὅλος (“holos”) yang berarti keseluruhan dan καινή (“kai-ne”) yang berarti baru atau terakhir. Nama lain untuk kala Holosen adalah kala Alluvium.[9]

Kondisi alam

sunting

Batuan sedimen yang terbentuk pada zaman geologi kuarter disebut sebagai batuan sedimen muda. Konsolidasi belum terjadi pada batuan sedimen muda.[10] Selain itu, bentang alam yang ada di permukaan Bumi saat ini sebagian besar terbentuk pada zaman geologi kuarter. Bentang alam yang usianya lebih tua dari zaman feologi tersier sangat sulit ditemukan. Karenanya, penafsiran terhadap suatu bentang alam harus didasarkan kepada perubahan iklim dan perubahan geologi yang terjadi pada zaman geologi kuarter.[11]

Metode penanggalan

sunting

Usia material pada geologi kuarter termasuk sulit untuk diperkirakan. Sebagian besar metode isotopik yang digunakan untuk memberikan pengetahuan mengenai usia Bumi tidak dapat diterapkan untuk material dari masa Kuarter. Hanya ada sedikit metode isotopik yang dapat memperkirakan usia dari bahan yang berasal dari masa Kuarter. Metode-metode ini pun hanya terbatas pada rentang waktu yang sempit dan hanya dapat diterapkan pada jenis material tertentu.[12]

Pelaksana

sunting

Pelaksana dari geologi kuarter adalah para ahli sedimentologi dan geomorfologi. Mereka bertugas pada bagian dokumentasi, pelaporan, dan penghubungan antara proses geologi dan arsip.[13] Para ahli di geologi kuarter bekerja untuk mendidik masyarakat, pembuat kebijakan dan para ekonom mengenai catatan masa lalu dan pengaruhnya terhadap alam, habitat dan kehidupan. Para ahli geologi kuarter berperan dalam menilai laju perubahan iklim berdasarkan catatan masa lalu. Mereka kemudian dapat mengukur kemampuan adaptasi atas perubahan iklim tersebut dengan mengadakan penelitian. Informasi yang dapat disajikan oleh para ahli geologi kuarter adalah mengenai komponen dan kempleksitas dinamika non-linier dari sistem alam. Informasi ini antara lain catatan masa lalu tentang perubahan permukaan laut, deglasiasi, dan tanggapan fluvial. Penyajian informasi ini khususnya bagi lembaga yang bertanggung jawab di bidang pembangunan.[13] Para ahli geologi kuarter juga bekerja sama dengan ahli iklim untuk membuat model iklim berdasarkan catatan masa lalu.[13]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ "Aspek Geologi Kuarter dalam Potensi dan Limitasi Pengembangan Wilayah di Indonesia". u.lipi.go.id. 20 Maret 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-22. Diakses tanggal 28 Februari 2022. 
  2. ^ Noor 2012, hlm. 6.
  3. ^ Noor 2012, hlm. 316.
  4. ^ Noor 2012, hlm. 8.
  5. ^ Noor 2012, hlm. 7.
  6. ^ Head, M. J., dkk. (2008). "The Quaternary: its character and definition" (PDF). Episodew. 31 (2): 234. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-02-28. Diakses tanggal 2022-02-28. 
  7. ^ Kasnowihardjo, Gunadi (2010). "Sekilas tentang Sebaran Manusia Prasejarah Indonesia". Papua. 2 (2): 3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-14. Diakses tanggal 2022-02-28. 
  8. ^ Prasetyo, Bagyo (2014). "Perkembangan Budaya Akhir Pleistosen-Awal Holosen di Nusantara". Kalpataru: Majalah Arkeologi. 23 (1): 1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-30. Diakses tanggal 2022-02-28. 
  9. ^ Maryone, Rini (2012). "Peninggalan Arkeologi Masa Awal Holosen di Kawasan Gunung Tukum Lembah Baliem Kabupaten Jayawijaya". Papua. IV (2): 2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-07. Diakses tanggal 2022-02-28. 
  10. ^ Noor 2012, hlm. 90.
  11. ^ Noor 2012, hlm. 167.
  12. ^ Noller, J. S., dkk. (2000). "Introduction to Quaternary Geochronology" (PDF). AGU Reference Shelf. American Geophysical Union. 4. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-02-28. Diakses tanggal 2022-02-28. 
  13. ^ a b c Sangode, S. J. (2014). "Welcome to The First Edition" (PDF). Quaternary Geology and Climate Change Newsletter. 1 (1): 1. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-02-28. Diakses tanggal 2022-02-28. 

Daftar pustaka

sunting
  • Noor, Djauhari (2012). Pengantar Geologi (edisi ke-2). Pakuan University Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-07. Diakses tanggal 2022-02-28.