Ampupu
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
E. urophylla
Nama binomial
Eucalyptus urophylla
S. T. Blake

Ampupu atau Eucalyptus urophylla secara alami hidup pada tanah vulkanik, berada pada tujuh pulau di kawasan timur Indonesia (Timor, Flores, Wetar, Lembata (Lomblem), Alor, Adonara dan Pantar) pada ketinggian berkisar dari 180 m hingga 3000 m.[1] Tumbuh baik pada tanah berdrainase baik dan bersifat toleran terhadap tanah padat dan asam.[2] Nama lainnya adalah Eucalyptus decaisneana yang merupakan famili Myrtaceae.[2] Musim bunga berlangsung antara bulan Januari hingga Maret, sedangkan buah masak dan siap dipanen pada bulan Juni hingga September.[2] Pembuahan terjadi secara periodik.[2] Buah berbentuk kapsul, jika sudah masak kapsul akan merekah.[2]

Sejarah sunting

Nama Eucalyptus urophylla diberi oleh Dr. Blake.[3] Nama urophylla berasal dari Yunani, yaitu auro yang berarti ekor, dan phylla berarti daun.[3]

Habitat sunting

Ampupu (Eucalyptus urophylla) merupakan jenis pohon endemik asli Indonesia yang penyebaran alaminya terdapat di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Maluku Tenggara, yaitu di pulau-pulau Flores, Solor, Lomblen, Adonara, Pantar, Alor, Timor, dan Wetar.[4] Mengingat produksinya tinggi dan dapat digunakan untuk berbagai tujuan pengusahaan, jenis pohon ini telah dikembangkan di beberapa negara seperti Brasil, Papua Nugini, China, Malaysia, Kamerun, Kongo, Gabon, Madagaskar, Costa Rica, dan Solomon.[4] Eucalyptus urophylla pada umumnya terdapat pada zona iklim basah sampai iklim kering yaitu tipe hutan C, D, dan E pada klasifikasi Shmidt dan Ferguson.[3] Eucalyptus urophylla mampu tumbuh pada tanah yang kurang subur, berbatu dan tanah rawa.[3] Untuk pertumbuhannya, Eucalyptus urophylla menghendaki cahaya sepanjang tahun (jenis intoleran), dan juga merupakan pohon yang tetap hijau sepanjang tahun.[3]

Deskripsi sunting

Pertumbuhan riap maupun diameter Eucalyptus urophylla sangat tinggi.[3] Tinggi pohon dapat mencapai 40 meter dan rata-rata bebas cabang 25 meter.[3] Diameternya bisa mencapai 100 cm atau lebih dan tidak berbanir, kulit luar biasanya coklat muda sampai coklat tua, keadaan kulit licin dan mengelupas memanjang tidak teratur.[3] Eucalyptus urophylla mempunyai tekstur yang keras merata dan licin karena serat-seratnya terpadu.[3] Eucalyptus urophylla mempunyai bunga yang memanjang dan tidak memiliki tangkai bunga.[3] Warna benang sari putih dan banyak.[1] Daun Eucalyptus urophylla berbentuk bulat telur, memanjang dan lanset, dimana pada pangkal mengecil hingga ke ujung meruncing.[3] Pada tingkat anakan bentuk duduk daun berhadapan dan pada tingkat pohon bentuk duduk daun tersebar.[3]

Kandungan sunting

Tanaman ini memiliki kandungan minyak atsiri yang berkhasiat sebagai antibakteri, antivirus, antiinflamasi, analgesik, antiinfeksi, insektisida, dan ekspektoran.[4] Kandungan lainnya adalah 1,8-cineole, kripton, α-pinene, p-cymene, α-terpineol, trans-pinaocarveol, phellandral, cuminal, globulol, limonene, aromadendrene, sapthulenol dan terpinene-4-ol.[5] Ampupu ini mengandung minyak esensial yang umumnya tercampur dengan senyawa terpenoid.[6] Selain itu, Ampupu juga banyak mengandung flavonoid dan senyawa floroglukinol terfosforilasi.[6]

Kegunaan sunting

Penggunaan kayu hasil olahan tanaman Eucalyptus urophylla umumnya digunakan untuk bahan baku pulp dan kertas, tapi juga dapat digunakan untuk konstruksi bangunan dan telah lama dipergunakan untuk industri arang di Brazil.[7] Eucalyptus urophylla juga digunakan sebagai bahan baku kayu lapis (vinir) serta kayu gergajian lainnya.[3] Eucalyptus urophylla juga tergolong kayu kuat dan awet yang dapat digunakan untuk bahan penopang beban berat seperti bantalan kereta api serta bahan bangunan lainnya.[3] Kayu E. urophylla memiliki kualitas serat yang baik dengan kelas mutu II.[8] Umur kayu mempengaruhi kadar kimia kayu E. urophylla tetapi tidak mempengaruhi hasil rendemen pemasakan dan bilangan kappa pulp pada taraf nyata 95%.[8] Kayu E. urophylla berumur 6 tahun menghasilkan pulp dengan sifat optik dan mekanis terbaik.[8] Kayu E. urophylla berumur 7 tahun menghasilkan noda pada lembaran pulpnya sehingga kurang baik digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas.[8]

Referensi sunting

  1. ^ a b (Inggris) B. Pepe, K. Surata, F. Suhartono, M. Sipayung, A. Purwanto & W. Dvorak. "Conservation Status of Natural Populations of Eucalyptus Urophylla in Indonesia & International Efforts to Protect Dwindling Gene Pools". Diakses tanggal april 28 2014. 
  2. ^ a b c d e Nurhasybi, Hero Dien Pancang Kartiko, M. Zanzibar, Dede Jajat Sudrajat, Agus Astho Pramono, Buharman, Sudrajat, Suhariyanto (2010). ATLAS BENIH TANAMAN HUTAN INDONESIA. Bogor: Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor. ISBN 979-96134-1-8. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n Mukriz Damanik (2009). "Kajian Minyak Atsiri Pada Ekaliptus (Eucalyptus Urophylla) Umur 4 Tahun Di PT Toba Pulp Lestari, Tbk" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-05-02. Diakses tanggal 2014-05-02. 
  4. ^ a b c "Info Hutan" (PDF). Diakses tanggal May 1 2014.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "web1" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  5. ^ (Inggris) Ameur Elaissi (2012). "Chemical composition of 8 eucalyptus species' essential oils and the evaluation of their antibacterial, antifungal and antiviral activities". 
  6. ^ a b (Inggris) Carsten Kulheim, Hamish Webb, Suat Hui Yeoh, Ian Wallis, Gavin Moran, William Foley (2011). "Using The Eucalyptus Genome to Understand The Evolution of Plant Secondary Metabolites in The Myrtaceae" (PDF). Diakses tanggal May 2 2014. 
  7. ^ Widyana, Y., M. Na’iem, dan S. Danarto (2000). "Studi Pendahuluan Fenologi Pembungaan Eucalyptus pelita F. Muell di Wanagama I Gunung Kidul, Yogyakarta". Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM. 
  8. ^ a b c d Angga Wijaya Nasdy (2013). "Kualitas Kayu Ampupu (Eucalyptus urophylla S. T.Blake) Berbagai Umur Tanam Sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas" (PDF). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-05-02. Diakses tanggal May 2 2014.