Engel Tanzil adalah founder ruang seni Dia.lo.gue,[1] sekaligus penggagas pameran koleksi pribdai Pramoedya Ananta Toer.[2] Enjel lahir di Bandung, pada 28 April 1974,[3] Nama lengkap Engel Tanzil adalah Raden Roro Pretty Soetarmo, nama Engel berasal dari Engel Nertha Phefferkorn (Belanda). Engel tumbuh di Bandung dan menyelesaikan studinya di Universitas Katolik Parahyangan mengambil jurusan Hukum.[1]

Tentang Enjel Tazil sunting

Enjel mengenal dunia seni lebih dalam dari suaminya, kemudian tertarik sehingga menekuni profesinya saat ini. Bunda Theresa, merupakan sosok yang menjadi inspirasi Enjela karena bagi Enjela Bunda Theresa merupakan seorang pejuang bukan untuk dirinya sendiri tapi juga untuk orang lain.[1] Bagi Enjel seni itu subjektif dan luas, memiliki passion pada apa yang dikerjakan bisa disebut seniman. Sedari muda Enjel sangat tertarik pada hal-hal yang berbau seni mulai dari tarian Jawa dan Sunda, hingga musik tradisional seperti angklung dan gamelan.[2]

Keluarga sunting

Engel berasal dari keluarga campuran Indonesia-Belanda, ayahnya bekerja dengan Kementrian Luar Negeri, berasal dari Yogyakarta dan ibunya dari Bandung. Ayahnya menyukai piano dan seorang Mekanik dari Institut Teknologi Bandung, menguasai bahasa Belanda, Inggris dan Jawa. Ibunya pun fasih berbahasa Belanda, Inggris, Prancis dan Sunda.[1] Saat masih kecil, Engel bercita-cita menjadi sorang dokter, penari dan penulis, pada masa remaja Enjel adalah seorang penari tradisional.[1]

Capaian sunting

Pada tahun 2001, Engel dan suami mendirikan Dia.lo.gue dengan tujuan untuk menebarkan estetika kepada para inovator dan seniman Indonesia. Awal berdirinya Dia.lo.gue, hampir tidak ada seniman muda, kebanyakan mereka yang sudah berumur. Namun sekarang berkembang jauh lebih baik.[1] Dia.lo.gue sendiri berlokasi di Kemang, bukan sekadar galeri seni tetapi juga sebagai kafe, ruang kerja hingga toko. Semuanya dikerjakan dengan hati, karena semua akan terasa sulit jika dikerjakan jika tidak memiliki passion.[4]

Tahun 2018, Engel tertarik untuk melakukan pameran koleksi pribadi Pramoedya Ananta Toer. Engel membutuhkan waktu selama enam bulan untuk mewujudkan keinginannya, beberapa koleksi pribadi yang menjadi pameran diantaranya tiga mesin tik diruangan pak Pram, buku dan alat tulis menulis, tempat lem dan kaleng bekas serta asbak rokok dan sebungkus rokok merk Djarum.[5]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f "Engel Tanzil | Gallerist & Founder of Dia.lo.gue Artspace". A Journey Bespoke (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-07-18. 
  2. ^ a b A, Putut (2018-06-01). "Engel Tanzil, Penggagas Pameran Koleksi Pribadi Pramoedya Ananta Toer". batampos.co.id. Diakses tanggal 2020-07-18. 
  3. ^ Willy, Stephen (2013-12-24). "Engel Tanzil, Lestarikan Budaya Lewat Galeri Seni". Stephen Willy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-07-20. 
  4. ^ highendmagazine. "Engel Tanzil Talks Art Venture | Highend Magazine". https://highend-magazine.okezone.com/ (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-07-20.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  5. ^ JawaPos.com (2018-05-31). "Kisah Kolektor Karya Pramoedya Ananta Toer Gelar Pameran Perdana". JawaPos.com. Diakses tanggal 2020-07-18.