Ekspedisi Bangsa Spanyol ke Formosa


Ekspedisi Bangsa Spanyol ke Formosa merupakan kampanye yang diatur dan dilancarkan oleh bangsa Spanyol yang bermarkas di Manila, Filipina pada tahun 1626. Ekspedisi ini merupakan respon Spanyol terhadap kolonisasi Belanda yang dibangun di Formosa, yang sekarang dikenal sebagai Taiwan. Sambil bekerja sama dengan Portugis, upaya ini dibuat untuk menarik para pedagang Tionghoa dan membatasi ekspansi kekuasaan Belanda di Asia.

Ekspedisi Formosa

Bendera Spanyol Baru.
Tanggal1626
LokasiKeelung, Taiwan
Hasil

Kemenangan Spanyol

  • Pembangunan Spanyol di Formosa
Pihak terlibat
Kerajaan Middag Spanyol Hindia Timur Spanyol
Kekuatan
200 orang Spanyol dan 400 masyarakat adat Filipina

Latar belakang

sunting

Sebagai bagian dari kampanye di Asia, Perusahaan Hindia Timur Belanda berusaha untuk mendirikan pos terdepan perdagangan di Kepulauan Penghu (Pescadores) di tahun 1622, tapi diusir oleh otoritas Ming.[1] Di tahun 1624, perusahaan itu mendirikan benteng yang disebut Benteng Zeelandia di pantai pulau kecil Tayouan, yang sekarang merupakan bagian dari pulau utama di Anping, Tainan.[2] David Wright, seorang perantara Perusahaan berkebangsaan Skotlandia, yang hidup di pulau itu dalam dasawarsa 1650an, menggambarkan area dataran rendah pulau itu dibagi di antara 11 suku yang memiliki ukuran berbeda, dari dua pemukiman sampai 72 pemukiman. Sebagian suku ini terjatuh dalam kendali Belanda, sementara yang lainnya tetap mandiri.[3] Perusahaan ini mulai mengimpor tenaga kerja dari Fujian dan Penghu (Pescadores), banyak dari mereka yang kemudian menetap di sana.[1]

Ekspedisi

sunting
 
Lokasi Keelung, Taiwan

Pada tanggal 5 Mei 1626, bangsa Spanyol pertama mendarat di Formosa, sesuai yang diperintahkan oleh Gubernur Jenderal Filipina, Fernándo de Silva, di Cape Santiago, tapi mereka memutuskan area itu tidak cocok untuk pertahanan.[4] Jadi, bangsa Spanyol melanjutkan perjalanan ke arah barat sepanjang pantai sampai mereka tiba di Keelung. Pelabuhan yang dalam dan terlindungi dengan baik, termasuk sebuah pulau kecil di mulut pelabuhan, membuatnya menjadi tempat yang ideal untuk membangun pemukiman pertama, yang mereka beri nama Santisima Trinidad. Mereka membangun benteng, di pulau dan di pelabuhannya. Tempat ini menjadi garnisun ratusan orang Spanyol (keturunan Spanyol di Filipina) dan tentara penduduk asli Filipina dari Filipina. Koloni ini dirancang untuk melindungi perdagangan Spanyol dan Portugis dari campur tangan markas Belanda di Selatan Taiwan.

Akibat

sunting

Benteng San Domingo dibangun Spanyol di tahun 1629 di Tamsui, yang kemudian menjadi nama situs benteng ini masa sekarang, untuk mendukung keberhasilan membangun kekuasaan Spanyol di Formosa.[5] Di satu malam di tahun 1636, sekelompok penduduk lokal, yang merasa marah karena pajak yang ditetapkan gubernur Spanyol, berhasil menyerang benteng dan meruntuhkannya. Di tahun 1637, Spanyol membangun kembali benteng itu menggunakan batu dan menaikkan ketinggian dinding sampai lebih dari dua puluh kaki.

Namun, pada bulan Agustus 1642, Belanda kembali ke Keelung dengan empat kapal besar, beberapa kapal yang lebih kecil, dan dengan kira-kira 369 tentara Belanda.[6] Gabungan orang Spanyol, masyarakat adat Taiwan, dan Orang Kapampangan dari Filipina menahan pasukan itu selama enam hati. Mereka akhirnya kembali ke Manila setelah dikalahkan, dan menyerahkan bendera dan sedikit artileri yang masih tersisa.[6] Sebastián Hurtado de Corcuera, gubernur Filipina, disalahkan karena kekalahan di Formosa dan akhirnya diadili karena tindakannya,[7] lalu dipenjarakan selama lima tahun di Filipina. Sejarawan sejak masa Corcuera mencelanya karena kehilangan Formosa,[6] tapi faktor-faktor lain, seperti perkembangan Kerajaan Belanda di Asia Tenggara, dan masalah-masalah keuangan di dalam Kerajaan Spanyol, juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi.

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b Wills, John E., Jr. (2006). "The Seventeenth-century Transformation: Taiwan under the Dutch and the Cheng Regime". Dalam Rubinstein, Murray A. Taiwan: A New History. M.E. Sharpe. hlm. 84–106. ISBN 978-0-7656-1495-7. 
  2. ^ Oosterhoff, J.L. (1985). "Zeelandia, a Dutch colonial city on Formosa (1624–1662)". Dalam Ross, Robert; Telkamp, Gerard J. Colonial Cities: Essays on Urbanism in a Colonial Context. Springer. hlm. 51–62. ISBN 978-90-247-2635-6. 
  3. ^ Valentijn, François (1903) [First published 1724 in Oud en Nieuw Oost-Indiën]. "Notes on the Topography". Dalam Campbell, William. Formosa under the Dutch: described from contemporary records, with explanatory notes and a bibliography of the island. London: Kegan Paul. hlm. 6–7. LCCN 04007338. 
  4. ^ Davidson (1903), hlm. 19.
  5. ^ Davidson (1903), hlm. 20.
  6. ^ a b c Andrade, Tonio (2005). How Taiwan Became Chinese: Dutch, Spanish and Han Colonization in the Seventeenth Century. Columbia University Press. 
  7. ^ Jose Eugenio Barrio (2007). "An Overview of the Spaniards in Taiwan" (pdf). University of Taiwan Foreign Languages in Literature. University of Taiwan. Diakses tanggal 2012-05-16. 

Bibliografi

sunting
Templat:Spanish FormosaTemplat:Philippines conflicts