Ekologi budaya adalah cabang dari ilmu ekologi yang membahas cara manusia menggunakan budaya sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungannya.[1] Proses adaptasi atau penyesuaian diri manusia terhadap lingkungannya berdasarkan budaya pada masa tertentu yang ada di sekitarnya. Manusia adalah bagian dari lingkungan yang dapat membuat perubahan pada hal-hal di sekitarnya. Istilah ekologi budaya berkaitan dengan permasalahan mengenai perubahan yang sedang terjadi di lingkungan masyarakat sekitarnya.[2]

Jika ekologi merupakan bagian dari ilmu biologi, ekologi budaya merupakan bagian dari ilmu sosial yang tidak dapat dilepaskan dari konsep kebudayaan. Berasal dari kata ekologi dan budaya, menunjukkan bahwa ekologi budaya tidak dapat dipisahkan dari kedua hal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan perubahan lingkungan, budaya, dan manusia tersebut merupakan bagian dari ekologi budaya. Unsur pokok dalam perspektif ekologi budaya yaitu aksi dan teknologi yang digunakan dalam proses pengelolaan lingkungan.[3]

Kebudayaan masyarakat tak selalu ditentukan oleh asal-usul dari masyarakat tersebut, namun juga ditentukan oleh pengaruh dari lingkungannya. Saat budaya di lingkungan sekitar mengalami perkembangan dan perubahan, maka manusia dipaksa untuk beradaptasi dengan hal tersebut, begitu juga sebaliknya. Ketika manusia mengalami perkembangan, maka lingkungan di sekitarnya juga akan mengalami perubahan. Proses adaptasi dalam ekologi budaya dapat berbeda-beda bergantung pada lingkungan sekitar dan kebudayan yang memengaruhi masyarakat tersebut. Perubahan lingkungan, perubahan budaya, dan perubahan masyarakat, menunjukkan adanya keterkaitan dan hubungan timbal balik antara lingkungan dan manusia. Ekologi budaya menuntut keseimbangan antara lingkungan budaya dan manusia sebagai bagian dari lingkungan tersebut.

Sejarah

sunting

Berawal dari studi antropologi ekologi, muncullah istilah ekologi budaya, yang merupakan bagian dari pendekatan fungsionalisme ekologi. Julian Steward (1902-1972) merupakan tokoh pertama yang membahas mengenai interaksi sebab akibat antara kebudayaan dan lingkungan dalam esainya yang berjudul The Economic and Social Basis of Primitive Bands yang diterbitkan pada tahun 1936. Steward mengemukakan pendapatnya yang mengenalkan ekologi budaya sebagai metodologi untuk memahami bagaimana manusia beradaptasi dengan berbagai macam lingkungan. Menurut Steward, lingkungan dan budaya adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dilihat secara terpisah. Kemudian, Steward menjelaskan lebih lanjut dan secara eksplisit mengenai ekologi budaya pada bukunya yang berjudul Theory of Culture Change yang diterbitkan pada tahun 1955. Buku tersebut menguraikan perspektif Steward mengenai apa yang dia sebut sebagai ekologi budaya. Ekologi budaya mengemukakan berbagai cara dalam terjadinya perubahan budaya yang disebabkan oleh adaptasi terhadap lingkungannya.[3] Ekologi budaya berkaitan dengan pengetahuan pada bidang-bidang yang sudah dikenal terlebih dahulu, seperti, antropologi, arkeologi, sosiologi, geografi, dan sejarah. Sehingga memungkinkan untuk dibahas oleh tokoh-tokoh ahli dalam bidang tersebut yaitu arkeolog, sosiolog, sejarawan, dan ahli geografi.

Dalam studi sastra

sunting

Ekologi tidak lagi hanya terbatas pada kajian mengenai ekosistem, alam, dan lingkungan, namun juga pada bidang-bidang pengetahuan lain, seperti pengetahuan sosial, dan salah satunya juga yaitu pada studi sastra. Ekologi dalam sastra sebagai kajian interdisipliner cakupannya masih sangat luas, dikenal dengan sebutan ekokritik. Ekologi budaya dalam studi sastra juga merupakan bagian dari ekokritik tersebut. Namun, secara lebih spesifik membahas mengenai budaya sebagai bagian dari lingkungan.

Ekologi budaya dalam studi sastra tidak berbeda jauh dengan ekologi budaya secara umum. Budaya dan lingkungan adalah dua hal yang saling berperan dalam kehidupan manusia. Begitu pula dengan sastra, sastra dapat dipengaruhi oleh perkembangan budaya dan lingkungan pada masa tertentu yang ada di sekitarnya.[4] Dalam studi sastra, ekologi budaya diterapkan untuk mengkaji karya sastra. Menguraikan bagaimana lingkungan dan budaya memengaruhi suatu karya sastra. Sebuah karya sastra dapat memuat gambaran mengenai lingkungan dan unsur-unsur budaya tertentu yang ada di sekitarnya.

Karya sastra sebagai suatu karya seni selalu memiliki keterkaitan dengan realitas kehidupan manusia. Dalam hal tersebut termasuk juga budaya yang tumbuh di masyarakat. Sastra lahir karena adanya beragam kebudayaan masyarakat. Karakteristik dan latar tertentu pada sebuah karya fiksi bukanlah sesuatu yang muncul dengan sendirinya. Tokoh dan penokohan dengan penggambaran fisik dan sifat yang khas terinspirasi dari berbagai keberagaman yang ada di dunia. Hal tersebut memiliki keterkaitan dengan aspek-aspek lain yang ada di luar karya sastra tersebut, seperti aspek ekonomi, aspek sosial, aspek budaya, dan aspek-aspek lainnya. Dari beberapa hal tersebut menegaskan bahwa dalam memahami suatu karya sastra, dibutuhkan kajian ekologi budaya. Kajian ekologi budaya merupakan hal yang cukup penting dalam studi sastra.[5]

Referensi

sunting
  1. ^ Andalas, Eggy Fajar; Saraswati, Ekarini; Kusniarti, Tuti (2019). EKOLOGI BUDAYA Studi Ekologi dalam Bingkai Kajian Sastra Interdisipliner (PDF). Malang: UMM Press. hlm. 114. ISBN 978-979-796-435-1.  line feed character di |title= pada posisi 15 (bantuan);
  2. ^ Putra, Candra Rahma Wijaya; Sugiarti, Sugiarti (2019-06-26). "Ekologi Budaya dalam Novel Lanang Karya Yonathan Rahardjo". ATAVISME. 22 (1): 113–127. doi:10.24257/atavisme.v22i1.515.113-127. ISSN 2503-5215. 
  3. ^ a b Adiwibowo, Soeryo (2007). Ekologi Manusia (PDF). Bogor: Fakultas Ekologi Manusia-IPB. hlm. 48–49. ISBN 9789791578608. 
  4. ^ Yunita, Galuh Farah Rahma; Sugiarti, Sugiarti (2020-05-18). "Kajian Mitos dalam Novel Aroma Karsa Karya Dewi Lestari Perspektif Ekologi Budaya". Lingua Franca:Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. 4 (1): 106–120. doi:10.30651/lf.v4i1.2375. ISSN 2580-3255. 
  5. ^ Sugiarti, Sugiarti (2018-02-14). "EKOLOGI BUDAYA DALAM SASTRA SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK". Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA). 1 (1).