Editor (majalah)
Editor adalah sebuah majalah berita yang pernah diterbitkan di Indonesia. Majalah ini mulai diterbitkan pada 29 Agustus 1987 hingga ditutup oleh Departemen Penerangan RI pada 21 Juni 1994.
Kategori | Majalah berita |
---|---|
Frekuensi | Mingguan |
Terbitan pertama | 29 Agustus 1987 |
Terbitan terakhir | 1994 |
Perusahaan | PT Indodharma Utama Media |
Negara | Indonesia |
Berpusat di | Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Majalah ini memiliki keterkaitan dengan majalah lainnya, Tempo. Hal ini karena majalah Editor diterbitkan oleh sekelompok jurnalis Tempo yang tidak puas dengan manajemen perusahaan saat itu. Jurnalis-jurnalis itu seperti Saur Hutabarat, Eddy Herwanto, Syub'ah Asa dan lainnya yang berjumlah 40 orang. Mereka kemudian memutuskan menerbitkan majalah tandingan yang sejenis. Dari nama-nama seperti Kriteria, Akurat, Era, Cakrawala, Mimbar, Lokomotip, dan lainnya, akhirnya nama Editor ditetapkan sebagai nama dari majalah mereka. Dengan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) No. 232/SK/MENPEN/SIUPP/C.1/1987, dipimpin Syub'ah sebagai Ketua Dewan Redaksi dan Bobby Arief Rudianto sebagai Pemimpin Redaksi, majalah ini mulai terbit dengan cetakan awal 100.000 kopi, yang terjual sebanyak 40.000 kopi.[1] Sebagai badan hukumnya, ada PT Indodharma Utama Media yang dimodali oleh Panin Group (yang lebih dikenal sebagai pemilik PaninBank) dan pengusaha Bambang Rachmadi (kemudian menjadi Pemimpin Umum),[2] di mana mereka memberikan modal Rp 3 miliar bagi majalah baru ini.[1]
Awalnya, redaksi Editor berkantor di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, namun kemudian pindah ke Kampung Melayu, Jakarta Timur. Layaknya Tempo, Editor juga berusaha untuk menyajikan berita yang kritis dan menguak penyimpangan di berbagai bidang, seperti korupsi, penyeludupan, aneka skandal, dan lainnya. Malahan, memasuki awal 1990-an, Editor berani menyentuh isu suksesi kekuasaan yang tabu saat itu.[2] Berita-beritanya juga banyak yang cukup "sensasional", demi menarik pembaca.[3] Pada tahun 1991, Editor memiliki sirkulasi 90.000,[4] dan di Juni 1994, tercatat majalah ini memiliki sirkulasi 60.000 kopi.[5]
Namun, celakanya, pada edisi Februari 1994, terbitan majalah ini menyatakan ketiadaan pemimpin umum dan pemimpin redaksi yang disebut sudah non-aktif.[2] Saat itulah, kekuasaan yang tidak menyenangi pemberitaan majalah ini, bisa mengambil tindakan. Pada 21 Juni 1994, Menteri Penerangan Harmoko mencabut SIUPP Editor (lewat SK Menpen No. 124/KEP/MENPEN/1994)[6] bersama dua media massa lainnya, tabloid DëTIK dan majalah Tempo. Alasan formal yang diberikan adalah karena majalah ini memiliki posisi pimpinan yang non-aktif dan pengelolanya bukan orang yang ada di SIUPP, namun belum didaftarkan ulang kembali, walaupun alasan ini dianggap berbagai kalangan hanya mengada-ada.[7][8] Pemerintah menjelaskan bahwa mereka sudah berusaha meminta manajemen Editor untuk memenuhi kewajiban itu sejak 10 Juni 1993 dengan batas waktu 3 bulan, namun tidak kunjung dipenuhi sehingga harus dilakukan pencabutan izin.[9]
Perkembangan pasca-pembredelan
suntingBerbeda dengan Tempo dan DëTIK, sikap yang diambil jurnalis dan pimpinan majalah ini lebih adaptif dan menerima penutupan itu. Hal ini disebabkan pimpinan Editor melihat tutupnya dua media massa berita itu sebagai peluang.[8] Sedangkan menurut pimpinan terakhir Editor, Eddy Herwanto, karena posisinya saat itu tidak resmi menjadi pimpinan, maka ia tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya, pada 9 Januari 1995, Eddy dan rekan-rekannya bisa mendapatkan SIUPP baru, kali ini untuk majalah Tiras (awalnya direncanakan bernama Proaktif), yang juga merupakan majalah berita.[10] Tiras dimiliki oleh Menteri Tenaga Kerja Abdul Latief (30%, lewat PT Pranadhipa Persada), 24 pendiri majalah Editor (40%, lewat PT Adidaya Visi Selaras), dan sisanya karyawan Tiras.[7][11] Sebagai badan usahanya Tiras berada di bawah PT Independenindo Bangun Media yang didirikan pada 24 Juni 1994. Eddy Herwanto sendiri didapuk sebagai Pemimpin Umum majalah baru ini, sedangkan Marah Sakti Siregar merupakan Pemimpin Redaksinya.[10][12] Tiras (digayakan TIRAS) kemudian mulai diterbitkan pada 26 Januari 1995,[13] dengan mencatatkan oplah 60.000 yang kemudian naik menjadi 75 ribu. Belakangan, pengelolanya sempat berubah menjadi oleh sebuah yayasan bernama Yayasan Sosial Tani Membangun yang dipimpin Bambang Ismawan (Pemimpin Umum), Slamet Soeseno (Pemimpin Redaksi) dan Koeswandi (Pemimpin Perusahaan).[14] Meskipun demikian, perkembangan majalah ini kurang begitu bagus,[15] dan akhirnya menghilang kira-kira di tahun 1999-2000.[16][17]
Rujukan
sunting- ^ a b Rahasia dapur majalah di Indonesia
- ^ a b c Seabad pers kebangsaan, 1907-2007
- ^ Asiaweek, Volume 14,Masalah 1-26
- ^ Citra Bung Karno: analisis berita pers Orde Baru
- ^ Political Oppositions in Industrialising Asia
- ^ PENGANTAR ILMU POLITIK: SUATU PENGANTAR
- ^ a b Politik perdagangan perempuan
- ^ a b Scandal and Democracy: Media Politics in Indonesia
- ^ Kita Hari Ini 20 Tahun Lalu
- ^ a b Setelah Editor Dibreidel, Lahirlah Tiras (Tiras, No. 0, 12 Januari 1995)
- ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 6,Masalah 33-38
- ^ Profil pers Indonesia: 50 tahun PWI mengabdi negeri
- ^ Pers di Masa Orde Baru
- ^ Tiras
- ^ Siasat bisnis: menang dan bertahan di abad Asia Pasifik
- ^ Decade of Dedication
- ^ Almanak anggota parlemen RI, 2004-2009