Diagonal Anatolia adalah garis pemisah imajiner yang melintasi bagian tengah dan timur Turki secara diagonal, dimulai dari sudut di sebelah timur laut Laut Mediterania hingga ke sudut tenggara Laut Hitam, dan kira-kira memotong sebagian atas sungai Efrat sekitar daerah perbatasan Turki.

Diagonal Anatolia melintasi Turki dalam arah diagonal dari timur laut Laut Mediterania ke sebelah tenggara Laut Hitam.

Penghalang biogeografis sunting

Diagonal Anatolia pertama kali diusulkan oleh ahli botani Inggris Peter Hadland Davis pada tahun 1971. Ia melihat banyak spesies tanaman yang berada di sebelah barat diagonal tidak ditemukan di sebelah timur diagonal, sementara spesies yang lain ditemukan di sebelah timur diagonal, tetapi tidak ditemukan di sebelah barat diagonal. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap 550 spesies tanaman, 135 di antaranya merupakan "spesies timur" dan 228 spesies lainnya merupakan "spesies barat". Namun hasil pertimbangan Davis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pada fisik dan geologi, atau perubahan pada iklim atau jenis tanah yang dapat menjelaskan fenomena tersebut.[1] Tidak hanya menjadi penghalang bagi keanekaragaman hayati, sekitar empat ratus spesies tanaman endemik yang ada pada lokasi ini tidak dapat ditemukan di tempat lain.[2]

 
Perbukitan Gipsum di selatan Sivas

Pada tahun 1989, ahli botani Turki T. Ekim dan A. Güner memeriksa distribusi spesies di diagonal Anatolia dengan melakukan studi yang terperinci mengenai "Flora Turki" (Flora of Turkey), yang kemudian menerbitkannya sebanyak delapan volume. Mereka sampai pada suatu kesimpulan bahwa diagonal tersebut memang ada, dan mereka menemukan sebanyak 33% dari seluruh spesies tanaman di Turki terpengaruh oleh diagonal tersebut dalam satu atau lain cara. Mereka kemudian memikirkan alasan yang dapat menjelaskan fenomena tersebut. Terdapat perbedaan ketinggian antara kedua sisi, dengan lahan di sebelah barat lebih rendah daripada lahan di sebelah timur. Perbedaan lain ialah klimatologi daerah: lahan di sebelah barat yakni kering dan semi-kering dari bentuk iklim Mediterania, sedangkan lahan di sebelah timur yakni bentuk iklim semi-kering, sub-lembab, dan lembab. Di bagian tengah diagonal Anatolia terdapat perbukitan gipsum, tetapi tidak diketahui dengan jelas mengenai efeknya terhadap distribusi tanaman. Mereka juga menyimpulkan bahwa perbedaan ekologi di antara kedua sisi diagonal bernilai lebih penting dibandingkan sejarah paleo-geologi dari daerah tersebut.

Daerah Iran-Anatolia merupakan wilayah dengan keanekaragaman hayati yang signifikan di Timur Dekat, dan Anatolia merupakan titik transisi antara flora Eropa dan flora Turki-Iran. Turki berada di luar batas selatan es pada zaman es terakhir, dan Anatolia dianggap berpotensi sebagai glasial refugium- daerah geografi yang memungkinkan spesies tanaman dan hewan dapat bertahan hidup di zaman es dan melangsungkan rekolonialisasi setelahnya- untuk kawasan Eropa. Pada zaman pleistosen akhir, permukaan air laut di wilayah Anatolia lebih rendah dibandingkan permukaan air laut di wilayah tersebut pada saat ini, yaitu sebanyak 130 m (427 ft), sehingga memungkinkan terbentuk pulau penghubung yang melintasi selat Bosphorus dan Laut Marmara. Setelah berakhirnya zaman es terakhir, tanaman yang dapat bertahan dan masih hidup di bagian barat diagonal Anatolia dapat menyebar kembali ke Eropa, sementara tanaman yang dapat bertahan dan masih hidup di bagian timur lokasi ini dapat kembali menyebar ke Suriah, Irak dan Timur Dekat.[3]

Pegunungan Taurus memberi iklim yang dingin dan lembab untuk spesies yang tidak dapat bertahan hidup di musim panas yang panas kering di kedua sisi diagonal. Hal ini membantu kelangsungan hidup dan spesiasi spesies-spesies tersebut, yang menyebabkan banyak ditemukannya spesies endemik pada lokasi tersebut hingga hari ini.[4]

Referensi sunting

  1. ^ Ekim, T.; Güner, A. (1989). "The Anatolian Diagonal: fact or fiction?". Proceedings of the Royal Society of Edinburgh. Section B. Biological Sciences. 86: 69–77. doi:10.1017/S0269727000008915. 
  2. ^ Münir Öztürk; Khalid Rehman Hakeem; I. Faridah-Hanum; Recep Efe (2015). Climate Change Impacts on High-Altitude Ecosystems. Springer. hlm. 280–283. ISBN 978-3-319-12859-7. 
  3. ^ Bilgin, Rasit (2011). "Back to the Suture: The Distribution of Intraspecific Genetic Diversity in and Around Anatolia". International Journal of Molecular Sciences. 12: 4080–4103. doi:10.3390/ijms12064080. ISSN 1422-0067. 
  4. ^ Ansell, Stephen W.; Stenøien, Hans K.; Grundmann, Michael; Russell, Stephen J.; Koch, Marcus A.; Schneider, Harald; Vogel, Johannes C. (2011). "The importance of Anatolian mountains as the cradle of global diversity in Arabis alpina, a key arctic–alpine species". Annals of Botany. 108 (2): 241–252. doi:10.1093/aob/mcr134. PMC 3143044 . PMID 21712298.