Deus Ludens adalah pemahaman akan gambaran Tuhan yang bersenang-senang atau bersantai.[1][2] Deus ludens merupakan pasangan dari pemahaman Deus Faber.[2] Pemahaman ini berusaha melawan gambaran deus faber atau gambaran bahwa Tuhan adalah pekerja.[2] Tuhan juga mempunyai waktu di mana Ia bersenang-senang dan bersantai.[2] Implikasi dari pemahaman ini adalah manusia pun harus mempunyai waktu istirahat, bersantai, serta bersenang-senang.[2] Dengan kata lain, pemahaman deus ludens dan deus faber harus diletakkan secara seimbang.[2] Keseimbangan antara bekerja dan bersantai merupakan bagian dari kehidupan manusia.[2] Manusia bukanlah sebuah mesin yang dapat bekerja tanpa kehabisan tenaga.[2] Akan tetapi, manusia juga tidak bisa bermalas-malas tanpa menghasilkan sesuatu.[2] Inilah yang dimaksud dengan keseimbangan dalam kehidupan.[2]

Tuhan yang menciptakan manusia adalah Tuhan yang bermain dengan manusia di taman eden

Pandangan Alkitab

sunting

Gambaran tentang Tuhan yang bersenang-senang ini dapat ditemukan dalam Alkitab yaitu dalam Kitab Amsal 8:30.[3] Dalam Kitab Amsal 8:30, hikmat dipersonifikasi sebagai anak kesayangan Tuhan.[3] Dalam hal ini, personifikasi hikmat berarti bahwa hikmat dianggap berwujud seorang anak.[3] Tuhan bermain dan bercanda dengan hikmat.[3] Dalam pemahaman deus ludens, Tuhan juga digambarkan bermain dengan manusia sebagai ciptaan-Nya.[4] Gambaran ini terdapat dalam kitab Kejadian.[2] Dalam kitab Kejadian 3:8 dikatakan bahwa Tuhan berjalan-jalan di Taman Eden.[2] aktivitas yang dilakukan Tuhan di Taman Eden dipandang sebagai suatu konsep dari deus ludens.[2] Gambaran tentang deus ludens ini juga terkait dengan pemahaman homo ludens yang dirumuskan oleh Johan Huizinga.[3][5] Konsep homo ludens atau manusia yang bersenang-senang merupakan konsekuensi yang muncul dari deus ludens.[3][5] Selain homo ludens, pemahaman deus ludens ini berhubungan teologi humor.[4] Konsep deus ludens juga berhubungan dengan konsep deus otiosus.[1] Deus otiosus adalah pemahaman yang menggambarkan Tuhan sebagai sosok yang tersembunyi.[1] pemahaman deus absconditus sendiri dinyatakan oleh beberapa tokoh seperti Martin Luther dan Thomas Aquinas.[1]

Aplikasi

sunting

Konsep deus ludens dapat diaplikasikan dalam bentuk konkret.[1] Namun, bentuk konkret dari deus ludens dapat ditemukan apabila disandingkan dengan konsep deus otiosus.[1] Deus ludens dan deus otiosus dapat diaplikasiikan dalam bentuk permainan yaitu petak umpet.[1] Tuhan yang tersembunyi sebenarnya sedang bermain petak umpet dengan manusia sebagai ciptaan-Nya.[1] Dalam permainan petak umpet, Tuhan yang menjadi pihak yang bersembunyi sedangkan manusia menjadi pihak mencari.[1] Tuhan ingin manusia datang mencari dan menemukan diri-Nya.[1] Dalam permainan petak umpet, kita dapat melihat bagaimana cara Tuhan berelasi dengan manusia.[1] Pemahaman tentang Tuhan dan manusia yang bermain petak umpet diungkapkan oleh seorang yang bernama Schneur Zalman.[1] Ilutrasi tentang Tuhan dan manusia yang bermain petak umpet terinspirasi dari kisah anak Schneur Zalman yang bermain petak umpet.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m (English) Belden C. Lane. 1998. The Solace of Fierce Landscape. New York: Oxford University Press. Hlm 179-180.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m Emanuel Gerrit Singgih. 2011. Dari Eden ke Babel: Sebuah Tafsir Kejadiaan 1-11. Yogyakarta: Kanisius.
  3. ^ a b c d e f (English) Richard Kearney. 2001. God who may be: a Hermeneutic Religion. Bloomington:Indiana University Press. Hlm 106-109.
  4. ^ a b (English) Johan Cilliers. 2004. The living Voice of Gospel: Revisiting the basic principles of preaching. Stellenbosch: African Sun Media. Hlm 33-35.
  5. ^ a b (English) Varadaraja V. Raman. 2011. Indic Visions: is an age of science.New York: Metanexus Institute. Hlm 86.