Candi Srikandi

candi di Indonesia

Candi Srikandi adalah sebuah candi yang terletak di Kompleks Candi Arjuna, Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara. Fungsinya untuk penyembahan kepada Trimurti yakni Wisnu, Syiwa dan Brahma. Bentuk dan ukuran Candi Srikandi menyerupai kubus dengan dinding yang memiliki relief Trimurti. Pembangunan Candi Srikandi diperkirana setelah awal abad ke 10 Masehi. Candi Srikandi telah menjadi salah satu cagar budaya di Kabupaten Banjarnegara.

Nama sunting

Nama Candi Srikandi berasal dari nama salah satu tokoh dalam wayang.[1] Srikandi adalah nama tokoh yang menjadi istri kedua Arjuna dalam pewayangan dan menjadi titisan Dewi Amba dalam Mahabharata.[2] Dalam pewayangan, Srikandi merupakan seorang wanita dalam kasta Kesatria.[3]

Lokasi sunting

Candi Srikandi terletak di dalam Kompleks Candi Arjuna.[4] Lokasinya berada pada Dataran Tinggi Dieng.[5] Candi Srikandi dalam satu kompleks dengan Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra.[6] Posisi Candi Srikandi berada di sebelah utara Candi Arjuna.[3]

Fungsi sunting

Candi Srikandi merupakan jenis candi umat Hindu.[7] Fungsi dari Candi Srikandi sebagai tempat penyembahan terhadap Trimurti.[3]

Arsitektur sunting

 
Candi Srikandi

Bentuk Candi Srikandi menyerupai kubus.[3] Candi Srikandi berukuran 4,8 × 3,85 × 4,9 meter.[8] Bangunan Candi Srikandi berada di atas batur setinggi 50 cm.[3] Bagian atap Candi Srikandi telah hancur sehingga bentuk aslinya tidak diketahui.[3] Terdapat motif belah ketupat pada bagian pelipit atap Candi Srikandi.[9]

Pada dinding luar Candi Srikandi, relung arca dibuat sangat menonjol.[10] Dinding-dinding Candi Srikandi memiliki relief Trimurti yang menampilkan Trimurti secara terpisah. Dinding di bagian utara menampilkan Wisnu, bagian selatan menampilkan Brahma, dan bagian timur menampilkan Syiwa.[3]

Pembangunan sunting

Pembangunan candi-candi di Kompleks Candi Arjuna memiliki masa yang berbeda meskipun letaknya saling berdekatan. Candi yang paling awal dibangun ialah Candi Arjuna dan Candi Semar. Lalu kemudian dibangun Candi Puntadewa dan terakhir pembangunan Candi Srikandi dan Candi Sembadra. Pembangunan Candi Srikandi diperkirakan setelah tahun 928 Masehi.[10]

Pelestarian sunting

Bangunan Candi Srikandi masih dalam kondisi kokoh.[11] Candi Srikandi telah menjadi salah satu cagar budaya di Kabupaten Banjarnegara.[12]

Referensi sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ Sutopo, dkk. 2021, hlm. 39.
  2. ^ Sutopo, dkk. 2021, hlm. 211.
  3. ^ a b c d e f g Sutopo, dkk. 2021, hlm. 221.
  4. ^ Andrie, dkk. 2014, hlm. 24.
  5. ^ Setyowati dan Hardati 2009, hlm. 5.
  6. ^ Istari 2015, hlm. 65.
  7. ^ Sutopo, dkk. 2021, hlm. 26.
  8. ^ Andrie, dkk. 2014, hlm. 25.
  9. ^ Istari 2015, hlm. 67.
  10. ^ a b Sutopo, dkk. 2021, hlm. 230.
  11. ^ Setyowati dan Hardati 2009, hlm. 8.
  12. ^ Sutopo, dkk. 2021, hlm. 32.

Daftar pustaka sunting

  • Andrie P., W., dkk. (2014). "Pesona Candi di Tengah Misteri Dieng". Indonesia dalam Infografik. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-709-841-4. 
  • Istari, T.M. Rita (2015). Ragam Hias Candi-Candi di Jawa: Motif dan Maknanya (PDF). Yogyakarta: Penerbit Kepel Press. ISBN 978-602-1228-99-9. 
  • Setyowati, D. L., dan Hardati, P. (2009). Mustofa, Ahmad, ed. Fenomena Dataran Tinggi Dieng (PDF). Yogyakarta: Grafindo Litera Media. 
  • Sutopo, M., dkk. (2021). Yuliyanti, D., dkk., ed. Bawanan Winasis Dieng (PDF). Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 978-979-8250-82-8.