Bioturbasi adalah salah satu proses pelapukan tanah dan sedimen secara biologi.

Partikel tanah tertinggal di taring walrus setelah mereka menggali pasir untuk mencari kerang
Jejak aktivitas makhluk hidup pada masa lampau di atas permukaan batu kapur

Bioturbasi merupakan istilah yang diberikan terhadap destabilisasi substrat oleh aktivitas fauna juga dapat mengganggu keadaan di dasar laut. Bioturbasi (gangguan biologi) penting dalam struktur komunitas bentik laut,[1] termasuk meiofauna. Dalam kasus lingkungan sedimen, hal ini dapat terjadi melalui aksi penggalian oleh Copepoda atau Polychaeta pemakan deposit.[2] Faktor yang dapat mempengaruhi komunitas meiofauna adalah kehadiran makroinvertebrata, seperti kepiting penggali Chasnagnathus granulata (Dana) di habitat tersebut. Kepiting ini menggali dan mempertahankan liang yang terbuka semi permanen, dan memindahkan sejumlah besar sedimen selama proses makan sehingga terbentuk gundukan di permukaan sedimen dan memelihara liang yang terbentuk pada permukaan sedimen di sekitar galian.[3]

Bioturbasi umumnya terjadi pada sekuen sedimen yang berada pada lingkungan yang mengandung oksigen, terrestrial maupun laut di mana masih memungkinkan biota hidup. Pada zona yang tidak mengandung atau terdapat sedikit sekali oksigen, di mana biota tidak dapat tumbuh, kemungkinan tidak terjadi perusakan oleh biota, namun di lingkungan kryosfer, perusakan sangat mungkin terjadi. Kedua jenis mekanisme perusakan tersebut sangat mengganggu usaha perekaan ulang dinamika lingkungan yang membentuk endapan tersebut. Karena kondisi yang tidak teratur tersebut, material berikut fosil biota teraduk sehingga tidak terdapat pada posisi yang mewakili saat (kejadian) pembentukannya. Analisis temporal tidak mungkin dilakukan pada sekuen ini. Perusakan oleh biota juga sering ditemukan pada koral, berupa lubang-lubang cacing atau binatang lain sehingga mengganggu analisis temporal.

Pada sedimen pengendapan laut dalam, masih mungkin ditemukan sisa-sisa bioturbasi ini, bisa terjadi secara lokal (di tempat tersebut) namun kemungkinan merupakan sedimen yang mengalami bioturbasi di zona yang mengandung oksigen di laut dangkal yang kemudian terjadi longsor yang sangat besar secara utuh masuk ke kedalaman palung. Sisa-sisa kryoturbasi dapat ditemukan di sedimen Kuarter maupun yang lebih tua, yang saat atau setelah pembentukannya mengalami tutupan tudung es.

Perusakan juga dapat terjadi oleh proses lain, seperti rekahan pada permukaan endapan yang mengering, atau mengalami pelarutan (batugamping) yang kemudian terisi oleh material lain (lumpur, pasir, dll).

Referensi sunting

  1. ^ Rosa & Bemvenuti 2005
  2. ^ Lindsay & Woodin 1996
  3. ^ Hines 1991; Iribarne et al. 1997; Rosa & Bemvenuti 2005