Berdjoang (juga dikenal dengan judul Hope of the South) adalah film Hindia Belanda Jepang (sekarang Indonesia) tahun 1943. Film yang diproduksi studio Nippon Eigasha ini kabarnya disutradarai Rd. Ariffien, meski Ariffien bisa saja menjabat sebagai asisten sutradara. Film ini dibintangi Mohammad Mochtar, Sambas, Dhalia, Kartolo, dan Chatir Harro, dan mengisahkan beberapa warga desa dan pendekatan mereka yang berbeda-beda terhadap penguasa militer Jepang. Film propaganda ini bertujuan menarik orang Indonesia untuk bergabung dengan pasukan bantuan Jepang. Salinan film ini masih ada di Belanda.

Berdjoang
SutradaraRd. Ariffien
Ditulis olehRd. Ariffien
Pemeran
  • Mohammad Mochtar
  • Sambas
  • Dhalia
  • Kartolo
  • Chatir Harro
SinematograferSiat Yu Ming
Perusahaan
produksi
Nippon Eigasha
Tanggal rilis
  • 1943 (1943) (Hindia Belanda)
NegaraHindia Belanda
BahasaIndonesia

Di Legok, seorang juru bicara Jepang berpidato tentang pembentukan satuan militer khusus pribumi Indonesia. Dua bocah desa, Saman (Sambas) dan Anang (Mohammad Mochtar), mencoba bergabung dengan pasukan. Saman tidak diterima karena kakinya lemah, tetapi Anang diterima untuk menjalani latihan. Sementara itu, Saman bekerja secara tidak langsung untuk pemerintah pendudukan Jepang dengan bekerja di sebuah perusahaan makanan.

Saat Anang jauh dari kampung halamannya, warga desa berpendidikan Ahmad (Chatir Harro) jatuh hati dengan kekasih Anang, yaitu adik Saman, Hasanah (Dahlia). Hasanah tidak tertarik karena menurutnya Ahmad berperangai buruk dan malas. Hasanah memberitahu Ahmad agar bergabung dengan pasukan Jepang, tetapi ditolaknya. Saman, yang sudah membuktikan kerajinan dirinya, naik pangkat dan menikahi putri bosnya, Nani (R.A. Pulunggana).

Suatu hari, Anang – sekarang pemimpin satuan – pulang bersama beberapa prajuritnya. Ia melihat Saman tidak dapat bergabung dengan pasukan dan meminta maaf, karena Anang menganggap kelakuan keduanya saat kecil mengakibatkan Saman terluka. Percakapan mereka buyar akibat teriakan "Maling!" dari luar. Mereka keluar rumah dan menangkap basah Ahmad sedang mencuri dari pabrik Saman. Meski Saman menghajar Ahmad beberapa kali, ia menolak membawa Ahmad ke pengadilan. Anang kemudian kembali bersama pasukannya.[1][2]

Produksi

sunting

Kekaisaran Jepang mulai menduduki Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pada awal 1942. Industri perfilman di negara ini langsung ditutup: semua kecuali satu studio film ditutup. Studio film Jepang, Nippon Eigasha, mendirikan cabang di Hindia Belanda.[3] Inilah perusahaan yang memproduksi Berdjoang.[1] Film ini merupakan satu dari sekian film propaganda Jepang yang dibuat selama masa pendudukan. Berjoang bertujuan menarik orang Indonesia agar bergabung dengan pasukan Jepang.[4]

Berdjoang diproduksi oleh studio Jepang, Nippon Eigasha. Film ini kabarnya ditulis dan disutradarai Rd. Ariffien,[5] namun sejarawan film Indonesia Misbach Yusa Biran berpendapat bahwa seorang pria Jepang bernama Kurata Bunjin adalah sutradara aslinya, sedangkan Rd. Ariffien adalah asistennya.[1] Film ini dibintangi Mohammad Mochtar, Sambas, Dhalia, Kartolo, dan Chatir Harro. Hajopan Bajo Angin menjadi pengarah artistiknya.[5] Film hitam putih ini menggunakan dialog berbahasa Indonesia dan Jepang.[4] Syuting dimulai tanggal 1 September 1943[1] menggunakan kamera yang dioperasikan Siat Yu Ming.[4]

Film ini beralih dari bangkitnya gerakan karya-karya intelektual yang diproduksi di dalam negeri tahun 1940 dan 1941. Film-film tersebut menampilkan mahasiswa sebagai pahlawan yang diperankan aktor-aktor berpendidikan, sedangkan Berdjoang merendahkan elit intelektual ke tingkat pencuri biasa.[2]

Rilis dan tanggapan

sunting

Berdjoang dirilis tahun 1943.[5] Ini adalah satu-satunya film fitur buatan dalam negeri yang dirilis di Hindia Belanda. Nippon Eigasha dan Persafi membuat lima film pendek lain sekaligus beberapa film berita sebelum Jepang menyerah bulan Agustus 1945.[6][7]

Film ini adalah salah satu film propaganda Jepang yang selamat dan disimpan di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.[4][8] Rekaman berdurasi 10 menit yang dianggap sebagai akting keempat ditemukan di Jakarta dan disimpan di Institut Suara dan Film Belanda.[4] Rekaman ini ditayangkan di Festival Film Dokumenter Internasional Yamagata 1997 pada segmen film berita Jepang dan film-film lain pada masa pendudukan Hindia Belanda.[7]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b c d Biran 2009, hlm. 340.
  2. ^ a b Biran 2009, hlm. 342.
  3. ^ Biran 2009, hlm. 319, 332.
  4. ^ a b c d e Beeldengeluid.nl, Berdjoang.
  5. ^ a b c Filmindonesia.or.id, Berdjoang.
  6. ^ Biran 2009, hlm. 386–387.
  7. ^ a b YIDFF, Indonesia.
  8. ^ Biran 2009, hlm. 351.

Kutipan

sunting