Batalyon Artileri Pertahanan Udara 13

Batalyon Artileri Pertahanan Udara 13/Parigha Bhuana Yudha (disingkat Yon Arhanud 13/Belibis) merupakan satuan bantuan tempur di bawah komando Menarhanud 2/Sisingamangaraja Kodam I/Bukit Barisan. Batalyon ini juga sering disebut Batalyon Arhanud 13/Belibis karena lambang satuannya adalah burung Belibis. Yon Arhanud 13 bermarkas di Pekanbaru, Riau.

Batalyon Artileri Pertahanan Udara 13/
Parigha Bhuana Yudha
Lambang Yonarhanud 13/Parigha Bhuana Yudha
Dibentuk17 Oktober 1966
NegaraIndonesia
CabangArhanud
Tipe unitSedang
PeranPasukan Artileri Udara
Bagian dariMenarhanud 2/Sisingamangaraja
MarkasPekanbaru, Riau
JulukanYonarhanud 13/PBY
MotoParigha Bhuana Yudha
BaretCoklat
MaskotBelibis
Ulang tahun17 oktober
Tokoh
Komandan saat iniLetkol Arh Budi Prasetya, S.T. (2022 - Sekarang)

Batalyon ini didirikan pada tanggal 17 Oktober 1966 dengan Danyon pertama Mayor Art Coleman. Berdasarkan Radiogram Men Pangad Nomor : TR/129/1966 tanggal 17 Oktober 1966, maka Yon Arhanud 13 diberi nama kesatuan Parigha Bhuana Yudha, di mana Parigha berarti Pemukul, Bhuana berarti Angkasa, Yudha adalah Peperangan. Dengan nama itu Batalyon ini diharapkan menjadi Senjata pemukul di angkasa yang dahsyat dalam peperangan.

Sejarah sunting

Satuan Yonarhanudse 13 dahulunya masih disebut Yonarsuse 13 dibentuk berdasarkan kebutuhan organisasi Artileri TNI AD pada tahun 1965 untuk melindungi objek-objek vital terhadap serangan udara, karena pada masa itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia. Berdirinya satuan Yonarhanudse-13/BS pada saat itu bersama-sama dengan satuan Arhanud lainnya dalam jajaran TNI AD dengan satu proyek dikenal dengan proyek 515. Proyek ini terdiri dari 5 (Lima) Batalyon Artileri Sasaran Udara Sedang (Arsuse), 1 (satu) Batalyon Artileri Sasaran Udara Ringan (Arsuri) dan 5 (Lima) Detasemen Radar. Untuk Yonarhanudse 11 termasuk di dalam salah satu dari 5 (Lima) Batalyon Arsuse.

Pada tanggal 19 Maret 1965, dikenal dengan adanya Operasi Gigih. Kohanudnas melaksanakan gerakan pemindahan gerakan personel dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatra dengan 2 gelombang. Gelombang pertama pada bulan Juni 1965 dan gelombang kedua pada bulan September 1965 di Pekanbaru. Setelah Debarkasi, diadakan latihan Arhanud selama 3 bulan, dan pada bulan September 1965 telah digelar dua Baterai Arhanudse di komplek lapangan udara Simpang Tiga Pekanbaru dalam rangka Operasi Dwikora. Datangnya personel dan material embarkasi dua, pada bulan September 1965, termasuk dua stasiun P-20, dipandang perlu melaksanakan latihan secara menyeluruh pada bulan Februari 1966, pertahanan udara melaksanakan tugas Dwikora.

Tugas & Operasi sunting

  • Operasi Dwikora di Pimpin Mayor Art Coleman di Irian Jaya TMT 1965 s.d 1967
  • Operasi Pangan Karya Bhakti di Pimpin Mayor Art Suparno Tahun 1966
  • Operasi Ayam Alas di Pimpin Lettu Art Susanto Tahun 1966
  • Operasi Bina Dharma Andalas di Pimpin Letda Art Usep Suhamijaya Tahun 1971
  • Operasi Darat Natuna di Pimpin Letda Art M Toyib Tahun 1983-1984
  • Operasi Pam NAD di Pimpin Lettu Art Kasno Tahun 1999
  • Operasi Pam Horizontal Maluku di Pimpin Kapten Art M Imran ,Spd Tahun 2003
  • Operasi Darat Natuna di Pimpin Lettu Art Wendra Tahun 2006

Lambang Satuan sunting

  • Bentuk bendera Empat persegi panjang dengan ukuran Lebar : 12 cm + 5 cm Jumbai, Panjang : 58 cm + 5 cm Jumbai.
  • Panjang tiang: 2,5 cm, Tinggi Mahkota : 25 cm
  • Tata Warna : Hijau (sebagai dasar), Merah Biru dan Hitam.
  • Lukisan dan Susunan. Pada muka sebelah kanan terdapat Pataka Kodam I/Bukit Barisan. Pada muka sebelah kiri terdapat Tunggul Yonarhanudse 13/BS di atas dasar Hijau dari kain beludru. Tambang dengan lilitan burung Belibis terbang, lima pucuk anak Panah, busur terantang seutas pita bertuliskan semboyan “Parigha Bhuana Yudha”.
  • Surya sangkala Kilating Lindu Gapuraning Swarga, memiliki arti Teguh dalam Cobaan menuju Pintu Keagungan. Surya sengkala tersebut bermakna bilangan; Kilat (6), Lindu (6), Gapura (9), Swarga (1). Suryasengkala tersebut mengandung makna tahun 1996, tahun kelahiran Yon Arhanudse 13.
  • Dasar, berwarna Hijau dari kain beludru melammbangkan jiwa TNI-AD sebagai alat perjuangan kepercayaan Rakyat dan Negara.
  • Jumbai berwarna Kuning Emas, melambangkan keagungan dan keluhuran budi.
  • Lukisan Tambang melingkar dengan 45 lilitan, tambang melambangkan Pertahanan. Melingkar melambangkan kekuatan Tekad 45, lilitan melambangkan perjuangan 45. Dimaksudkan selalu tangguh terhadap cobaan serta berkeyakinan bulat guna kekuatan perjuangan 45.
  • Burung Belibis sedang terbang dengan bulu sayap 7 helai dan ekor 5 helai. Burung Belibis melambangkan mahir dalam bersiasat, sedangkan terbang melambangkan Ketrampilan. 7 helai melambangkan Sapta Marga. 5 helai melambangkan Sumpah Prajurit. Dimaksudkan bahwa selalu dapat menunaikan tugasnya dengan cepat dan tepat dan selalu berpegang kepada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
  • 5 pucuk anak panah tegak ke atas. 5 melambangkan Pancasila. Anak panah melambangkan senjata ampuh, tegak ke atas melambangkan membinasakan musuh-musuh perjuangan yang mengancam Negara serta selalu berpedoman pada Pancasila.
  • Busur terentang 13 ruas. Busur terentang melambangkan kesiapsiagaan tertinggi, 13 ruas pegangan busur melambangkan Yonarhanudse 13. Dimaksudkan agar Yonarhanudse 13 setiap saat selalu siap menerima Komando serta melaksanakannya guna kebesaran keluarga Kodam I/Bukit Barisan khususnya serta keluhuran Bangsa dan Negara umumnya. Busur dan anak panah melambangkan senjata yang ampuh bila dipersatukan, dimaksudkan agar selalu memupuk persatuan dan Kesatuan (Gotong Royong) baik antara Angkatan maupun dengan Rakyat.
  • Seutas pita bertuliskan semboyan "Parigha Bhuana Yudha".

Komandan sunting

Pranala luar sunting