Bahasa Maladewa

bahasa nasional di Maladewa
(Dialihkan dari Bahasa Divehi)

Bahasa Divehi atau Dhivehi Bas adalah anak cabang bahasa Indo-Arya paling selatan, dan dituturkan oleh sekitar 300 ribu jiwa di Maladewa, dan sekitar 5.000 jiwa di Pulau Minicoy, Lakadewa, India.

Sejarah sunting

Menurut sejarahnya, bahasa Divehi dan Sinhala merupakan keturunan dari satu bahasa Indo-Arya berasal dari daratan India. Pada tahun 500 SM, diperkirakan seiring dengan berpindahnya penutur Indo-Arya ini ke selatan, bahasa yang disebut Elu ini kemudian terpecah menjadi dua. Sinhala dan Divehi.

Naskah tertua dalam bahasa Divehi ditemukan dalam piringan perak yang disebut dengan Loamaafaanu dan ditulis dengan huruf Hakuru.

Kemudian Divehi mengalami transformasi yang signifikan ketika banyak pelaut dari berbagai penjuru berdatangan ke kepulauan ini. Seiring dengan masuk Islamnya penduduk pulau ini pada abad ke-13, bahasa Divehi mulai banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa para pelaut tadi, seperti bahasa Arab, Hindi, bahasa Prancis, bahasa Inggris dan bahasa Portugis.

Sistem penulisan sunting

Sistem penulisan tertua dalam bahasa Divehi adalah apa yang dinamakan sebagai Evela Hakuru yang ditemukan di sebuah lempengan dekat Male. Disusul Divehi Hakuru, yang merupakan keturunan huruf Brahmi dan hampir serupa dengan Sinhala. Namun semenjak abad ke-16, tepatnya semenjak terusirnya Portugis dari Maladewa, mulai dipergunakan huruf turunan Divehi Hakuru dan turunan huruf Arab yang disebut sebagai huruf Thaanaa, dan ditulis dari kanan ke kiri seperti layaknya huruf Arab.

Wilayah sebar tutur sunting

Penutur bahasa Divehi tersebar di 1.900 pulau karang di wilayah Maladewa dan pulau Minicoy di Lakadewa, India.

Dialek sunting

Dikarenakan persebaran penduduk yang hidup di pulau-pulau karang, maka bahasa Divehi mengalami perkembangan sendiri-sendiri di tiap pulau. Baik dalam pelafalan maupun kosakata. Penutur bahasa Divehi di Male tidak dapat memahami apa yang dibicarakan oleh penduduk pulau karang Addu. Sedangkan di Lakadewa, digunakan dialek Mahl.

Jadi secara umum, Divehi dibagi menjadi tiga dialek utama, yakni:

  • Dialek pulau karang utara
  • Dialek pulau karang selatan, dan
  • Dialek Mahl.

Namun selain itu, bahasa Divehi juga terbagi atas 3 dialek sosial, yakni:

  • Reethi bas atau aadhe-vadainevvun (dialek tinggi, dan sekarang dipakai sebagai bahasa media).
  • Labba-dhuruvun (dialek yang dipakai untuk pejabat, orang lebih tua, dan orang asing), dan
  • Bahasa sehari-hari.

Status bahasa sunting

Bahasa Divehi sebelum tahun 1965 benar-benar digunakan sebagai bahasa resmi di segala bidang kehidupan. Namun semenjak menjadi republik, Maladewa menetapkan juga bahasa Inggris sebagai bahasa resmi, baik di pemerintahan maupun di lembaga pendidikan. Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, tetapi Divehi tetap menjadi bahasa utama dalam kehidupan sehari-hari, maupun kesempatan-kesempatan resmi (termasuk di lembaga pemerintahan dan media).

Angka melek huruf di kalangan penduduk Maladewa merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara-negara Asia Selatan lainnya, dengan kisaran 98% penduduk dapat membaca dan menulis, baik dalam Bahasa Divehi maupun Inggris.

Kosakata sunting

Divehi berakar dari bahasa-bahasa Indo-Arya dan memiliki kemiripan dengan Bahasa Sinhala, tetapi banyak terpengaruh bahasa-bahasa lainnya, khususnya Bahasa Arab, Bahasa Inggris,dan Bahasa Urdu atau Hindi.

Beberapa kosakata bahasa Inggris, seperti athol (gugusan pulau karang) dan doni (kapal penyeberangan antar pulau karang) berasal dari bahasa Divehi, atholu dan dhoani.

Contoh sunting

  • Assalamualaikum : Halo!
  • Kihine? : Apa kabar?
  • Aan : Ya
  • Noon : Tidak
  • Shukuriya : Terima kasih
  • Kon nameh kiyanee?: Siapa namamu?
  • Rangalhu : Baik
  • Ma-aafu kirey : Maaf
  • Dhanee : Selamat tinggal

Referensi sunting