Bina Keterampilan Pedesaan Indonesia atau Bitra Indonesia adalah sebuah lembaga non profit (NGO) yang didirikan tahun 1980 di Kota Medan, Sumatera Utara, awalnya dengan nama Bina Taruna Tani (Bintarni), lalu pada tahun 1986 berganti nama menjadi BITRA. BITRA Indonesia sebagai organisasi nirlaba yang bertujuan; mendampingi masyarakat mengembangkan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) dalam upaya meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan dan martabat dalam pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan dan meneguhkan/memperkuat partisipasi masyarakat marginal dalam memecahkan masalah dihadapi.

Program

sunting
  • Pengembangan masyarakat
  • Advokasi
  • Teknologi informasi & komunikasi dan studi (riset)
  • Dokumentasi & publikasi.

Aktifitas

sunting

BITRA juga melakukan advokasi kebijakan berbasis riset yang telah melahirkan banyak kebijakan di tingkat desa dan kabupaten. Mendampingi ribuan keluarga petani pedesaan dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempertahankan kedaulatan pangan, nutrisi dan lingkungan hidupnya. BITRA Indonesia turut memelopori berdirinya Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) untuk konservasi flora dan fauna juga rehabilitasi lahan kritis di Kabupaten Mandailing Natal. Kini BITRA Indonesia juga aktif melakukan konservasi 13.600 ha hutan kawasan penyangga (buffer zone) Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) bersama Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Jamboe Papeun di Aceh Selatan. BITRA juga sangat aktif mendorong inisiatif-inisiatif masyarakat lokal dalam mengakses berbagai macam ruang publik yang dapat dimanfaatkan untuk kebaikan dan kemakmuran masyarakat seperti ruang pasar bersama dan perluasan hasil bumi petani.

Penghargaan

sunting

Tahun 2000, salah satu perempuan desa "dampingan" BITRA Indonesia mendapatkan Prize for Women’s Creatifity in Rural Live, dari WWSF Switzerland dan tahun 2015, berikutnya penghargaan Rural Development dan Poverty Eradication, The Second Leadership Award on Rural Development and Poverty EradicationThe ASEAN Secretariat Jakarta: "The NGO Profiles: The Second ASEAN Leadership Award on Rural Development and Poverty Eradication, halaman 27, The ASEAN Secretariat Jakarta, 2015</ref>, di Laos dari Sekretariat ASEAN, diterima BITRA.

Sejarah

sunting

Kelahiran BITRA Indonesia dimotori oleh beberapa orang anak muda (saat itu), mereka adalah; Soekirman, Tk Bajar (Alm), Wahyudhi (Alm), Sabirin (Alm), Swaldi, Suroto, Listiani (Alm), didasari oleh keberpihakan kepada masyarakat miskin, lemah, kurang mampu dan kurang beruntung, terutama mereka yang berada di desa dan termarginalkan. Berangkat dari keberpihakan tersebut, sejak tahun 1980 (masih dengan nama Bintarni) mulai melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan sumber daya manusia pedesaan di Sumatera Utara. Sebagai lembaga sosial, non profit, biasa disebut Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non Government Organization (NGO), awalnya BITRA Indonesia berbentuk paguyuban (perkumpulan tanpa badan hukum), kemudian berubah dan terdaftar menjadi Yayasan, pada 1992. Rapat Pleno BITRA Februari 2005, mengukuh kan pilihan BITRA bentuk badan hukumnya Yayasan, maka dibakukanlah BITRA menjadi lembaga sosial yang berbadan hukum, berdasar pada Undang-undang nomor 28 tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 16 tahun 2001, tentang Yayasan, pada tahun 2007. Kemudian mengalami pembaharuan kembali melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) RI, tahun 2019.

Referensi

sunting

1. The Second ASEAN Leadership Award on Rural Development and Poverty Eradication https://asean.org/wp-content/uploads/2021/09/5.-10.-october-2015-ASEAN-NGO-Profiles-2015.pdf