Anjing kintamani adalah ras anjing yang berasal dari daerah pegunungan Kintamani, pulau Bali. Anjing yang memiliki sifat pemberani ini sudah lama mulai dibiakan sehingga dapat diakui oleh dunia internasional.

anjing kintamani
Nama panggilan Kinta
Negara asal Indonesia
Ciri-ciri
Berat Jantan 15–17 kilogram (33–37 pon)
Betina 13–15 kilogram (29–33 pon)
Tinggi Jantan 45–55 sentimeter (18–22 in)
Betina 40–50 sentimeter (16–20 in)
Bulu Medium, mantel kasar dan ganda dengan kerah
Warna Putih (resmi);
warna hitam, krem, dan belang-belang juga ada
Masa hidup 14 tahun
Catatan
Diakui Perkumpulan Kinologi Indonesia dan Perkumpulan Kinologi Asia
Anjing Kintamani di Kintamani, Bangli

Secara fenotipe Anjing kintamani mudah dikenal, dapat dibandingkan dengan jelas antara anjing kintamani dengan anjing-anjing lokal yang ada, ataupun anjing hasil persilangan antara ras yang sama maupun persilangan lainnya.

Standar fenotipe anjing kintamani meliputi ciri-ciri umum, sifat-sifat umum, tinggi badan hingga ke gumba, dasar pigmentasi kulit, bentuk kepala, telinga, mata, hidung, gigi, bentuk leher, bentuk badan, kaki dan ekor mempunyai kesamaan. Perbedaannya pada distribusi warna rambut dan ditetapkan pada tanggal 16 Oktober 1994. Standar ini dipakai sebagai acuan dasar pada setiap kontes anjing dan pameran anjing kintamani.[2]

Sejarah sunting

Anjing kintamani adalah hewan peliharaan biasa di Indonesia. Trah ini adalah asli dari desa Sukawan, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Anjing kintamani berasal dari wilayah pegunungan, gunung berapi dan hutan. Awal mula anjing kintamani masih belum diketahui. Dokumentasi tradisional Lontar Bali yang sangat kuno, menyebutkan tentang Kuluk Gembrong yang diyakini sebagai asal mula Anjing kintamani. Pada tahun 1985, dengan kolaborasi dari Program Studi Kedokteran Hewan Udayana Universitas, Klub Anjing kintamani di Bali (Pantrab) mengadakan pertunjukkan anjing pertama di Bali, anjing kintamani kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Nama trah itu diberikan berdasarkan wilayah asal usul anjing ini.[1]

Standardisasi sunting

Untuk memperoleh standar anjing kintamani diperlukan pengamatan dan penelitian yang terus menerus dan berkelanjutan. Gambaran sementara yang dapat dilihat dari keunggulan anjing kintamani dari hasil pengamatan lapangan dan hasil pemuliabiakan pada anjing kintamani yang berambut putih spesifik dapat diuraikan sebagai berikut:

Ciri-ciri umum sunting

Anjing ini dapat digolongkan dalam kelompok anjing pekerja dengan ukuran sedang, memiliki keseimbangan tubuh dan proporsi tubuh yang baik dengan pertulangan kuat yang dibungkus oleh otot yang kuat, sebagai anjing pegunungan memiliki rambut yang panjang (moderat) dengan warna putih spesifik, hitam atau cokelat. Pengelompokan dalam sistem FCI, anjing kintamani masuk dalam group V karena memiliki ciri-ciri anjing spitz dan tipe primitif seperti Chow Chow, Basenji, dan Samoyed.[1]

Bentuk kepala sunting

Kepala bagian atas lebar dengan dahi dan pipi datar, moncong proporsional dan kuat terhadap ukuran bentuk kepala, rahang tampak kuat dan kompak, memiliki gigi-gigi kuat dengan gerakan gigi seperti menggunting, bibir berwama hitam atau cokelat tua. Telinganya tebal, kuat, berdiri berbentuk “V” terbalik dengan ujung agak membulat. Jarak antara kedua telinga cukup lebar, panjang telinga kurang lebih sama bila dibandingkan dengan jarak antara dasar dua telinga bagian dalam dengan sudut mata luar.

Mata berbentuk lonjong seperti buah almond dengan bola mata berwarna cokelat gelap dan bulu mata berwarna putih. Hidung berwarna hitam atau coklat tua dan warna hidung ini sering berubah karena penambahan umur dan musim.

Dalam upaya mendapatkan pengakuan dari Federasi Kinologi Internasional, dalam memenuhi persyaratan perlu upaya-upaya secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu upaya adalah meneliti hubungan antara struktur dan profil DNA distribusi warna rambut putih spesifik secara genotip dengan fenotip warna rambut putih spesifik pada anjing kintamani.[3]

Distribusi warna rambut pada anjing kintamani dapat dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu:[1]

  1. Warna rambut putih sedikit kemerahan dengan warna coklat-kemerahan pada telinga, rambut di bagian belakang paha dan ujung ekornya.
  2. Warna hitam mulus atau dengan dada putih sedikit.
  3. Warna coklat muda atau cokiat tua dengan ujung moncong kehitaman, sering disebut oleh masyarakat sebagai warna Bang-bungkem.
  4. Warna dasar coklat atau coklat muda dengan garis-garis warna kehitaman, yang oleh masyarakat disebut warna poleng atau anggrek.

Tinggi dan bentuk badan sunting

Anjing kintamani jantan mempunyai tinggi 45 cm sampai 55 cm dan anjing betina 40 cm sampai 45 cm. Dengan warna rambut kebanyakan berwarna putih spesifik (sedikit kemerahan) dengan warna merah kecoklatan (krem) pada ujung telinga, ekor dan rambut di belakang paha. Warna lainnya adalah hitam mulus dan cokelat dengan moncong berwarna hitam (bangbungkem), pigmentasi kulit, hidung, bibir kelopak mata, skrotum, anus dan telapak kaki berwarna hitam atau cokelat gelap.

Lehernya tampak anggun dengan panjang sedang, kuat dengan perototan yang kuat pula. Dada dalam dan lebar, punggung datar, panjangnya sedang dengan otot yang baik. Badan anjing betina relatif lebih panjang dari jantan. Anjing kintamani (Bali) memiliki rambut krah (badong) panjang berbentuk kipas di daerah gumba, makin panjang rambut badong makin baik.

Kaki agak panjang, kuat dan lurus jika dilihat dan depan atau belakang. Tumit tanpa tajir, gerakan kaki ringan. Ekor memiliki rambut yang bersurai, posisinya tegak membentuk sudut 45 derajat atau sedikit melengkung tetapi tidak jatuh atau melingkar di atas pinggang atau jatuh ke samping. Makin panjang rambut ekor makin baik.[1]

Sifat-sifat umum sunting

Anjing kintamani memiliki sifat pemberani, tangkas, waspada dan curiga yang cukup tinggi. Merupakan anjing penjaga yang cukup handal, sebagai pengabdi yang baik terhadap pemiliknya, loyal terhadap seluruh keluarga pemilik dan tidak lupa pada pemilik atau perawatnya. Anjing kintamani (Bali) suka menyerang anjing atau hewan lain yang memasuki wilayah kekuasaannya dan juga menggaruk-garuk tanah sebagai tempat perlindungan. Pergerakannya bebas, ringan dan lentur.[4]

Kutipan sunting

  1. ^ a b c d e FCI (26 Maret 2019), Kintamani-Bali Dog (PDF), diakses tanggal 1 April 2019 
  2. ^ "Anjing kintamani". Google Arts & Culture. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-01. Diakses tanggal 2022-06-01. 
  3. ^ "Kintamani, dari Desa Menuju Dunia". Jagad Tani - Petaninya Milenial (dalam bahasa Inggris). 2020-05-13. Diakses tanggal 2022-06-01. 
  4. ^ ID, Trubus. "Menilik Perjalanan Panjang Anjing Kintamani untuk Mendapat Pengakuan Dunia". Kumparan. Diakses tanggal 2022-06-01. 

Referensi sunting

Pranala luar sunting